Marketing Strategy

Menarini Perkuat Segmen Consumer Health Lewat Emtrix

Menarini Perkuat Segmen Consumer Health Lewat Emtrix

Anak usaha perusahaan farmasi global asal Italia The Menarini Group, PT Transfarma Medica Indah (TFMI), memperkuat segmen penjualan consumer health-nya. Melalui produk solusi perawatan kuku bernama EMTRIX, perusahaan yang didirikan sejak tahun 1973 ini menambah daftar koleksi produk consumer healthnya dari yang sebelumnya hanya dua produk, Dermatix dan Gly Derm, menjadi tiga produk.

Brand Manager PT TPMI, Primata Tantiana, mengungkapkan memang selama ini penjualan perusahaan masih banyak dikontribusikan oleh segmen ethical product atau obat-obat yang memerlukan resep dokter seperti urogetix, nebilet, librax, ranexe dan lain-lain. Namun seiring berjalannya waktu, produk over the counter atau obat yang tidak membutuhkan preskripsi mengalami pertumbuhan yang signifikan. “Saat ini kami punya 21 portofolio produk, 3 diantaranya segmen obat yang tidak membutuhkan resep,” ujarnya ketika berbincang dengan SWA Online

Baru tahun 2010, ia menceritakan, TFMI melakukan ekspansi dengan masuk ke pasar obat yang bisa dijual tanpa resep. Tahun 2010, perusahaan meluncurkan Dermatik, tahun 2012 Gly Derm, dan baru-baru ini Emtrix. Ketiga produk ini merupakan pioner di masing-masing kategori. Dermatik misalnya untuk solusi bekas luka, Gly Derm solusi Menghilangkan Selulit (Stretch Mark), dan Emtrix solusi perawatan kuku bermasalah. “Kita memang selalu berusaha menjadi pionirnya, kita yang create market, dan kita juga edukasi market-nya,” ujarnya.

Image#5.HealthyLookingNails-with-EMTRIX

Beruntung kata dia, perkembangan tren kesehatan telah berubah seiring perkembangan zaman. Bila dulunya masyarakat lebih hirau atas perawatan penyakit-penyakit berat seperti jantung, ginjal, kangker dan lain-lain. Kini tak cuma penyakit berat, hal-hal kecil dan detail, juga menjadi hirauan masyarakat seperti kesehatan kulit, wajah, dan kuku.”Hal itu lah yang kami tangkap,” ujarnya.

Untuk produk Emtrix sendiri, ia mengungkapkan, obat ini telah laris di pasaran global sejak lama. Di Asia saja Pasifik saja, seperti Malaysia, Hong Kong, China, Singapura dan Australia, produk tersebut telah menjadi produk perawatan jamur kuku nomer satu. “Di Indonesia sendiri memang baru, karena kami melihat saat ini kuku perlahan mulai diperhatikan sebagai bagian estetika tubuh yang tidak terpisahkan dari keseluruhan penampilan seseorang,” ujarnya.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan perusahaan kepada 2.000 responden, TFMI menjadi semakin yakin produk Emtrix bisa diterima baik oleh pasar. Musababnya diketahui setidaknya rata-rata orang Indonesia mengalami masalah jamur kuku seperti kuku berubah warna, kuku menebal dan kuku rapuh. Hasil online survey TPMI menunjukan lebih dari 50% responden yang punya masalah kuku dan mengobati dengan cara tradisional seperti rendam air garam, dioles minyak tanah atau minyak taon. “Dari sini diketahui setidaknya mereka peduli dan mencoba menyembuhakan, maka itu kami menghadirkan Emtrix,” ujarnya.

Emtrix, kata Tanti, sudah dapat diperoleh mudah di toko farmasi dan jaringan apotik modern di seluruh Indonesia. Harganya pun terjangkau sekitar Rp 190 sampai 230 ribu per 10 ml untuk pemakain sekitar 3 bulan. Emtrix ia ungkapkan telah teruji secar klinis memberikan perbaikan awal pada kuku yang terinfeksi jamur dalam waktu 2 sampai 4 minggu pemakaian, dengan tingkat efektifitas penyembuhan hingga 92% dalam 8 minggu pemakaian. “Penderita jamur kuku cukup memakai EMTRIX satu kali per hari sebelum tidur dan dalam keadaan kuku kering,” ujarnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved