Marketing Strategy

Penjualan Arwana Citramulia Tembus Rp 1,6 Triliun

Penjualan Arwana Citramulia Tembus Rp 1,6 Triliun

Roda bisnis produsen keramik menunjukkan grafik peningkatan. Ini tergambar dari hasil penjualan produsen keramik di sepanjang tahun 2014. PT Arwana Citramulia, Tbk, misalnya, berhasil mencatat penjualan sebanyak Rp 1,6 triliun di tahun 2014 dari sebelumnya Rp 1,4 triliun pada 2013. Laporan keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan ke Bursa Efek Indonesia, pada Selasa (24/2/2015), juga menunjukkan kenaikan laba bersih menjadi Rp 259,3 miliar, atau naik 10,2% dari periode sebelumnya sebesar Rp 235,1 miliar.

Pada periode yang sama, perseroan membukukan laba tahun berjalan mencapai Rp 261,65 miliar, naik dari sebelumnya Rp 237,6 miliar. Sedangkan, laba kotor sebanyak Rp 522,1 miliar dari sebelumnya Rp 502,2 miliar.

Kenaikan penjualan emiten berkode ARNA ini ini seiring dengan kenaikan beban pokok penjualan menjadi Rp 1,09 triliun dari Rp 915,4 miliar. Selain itu, beban penjualan juga naik menjadi Rp 134,8 miliar dari Rp 115,8 miliar. Beban lain-lain ikut meningkat menjadi Rp 129,9 juta dari Rp 30,6 juta, dan laba penjualan aset tetap berkurang menjadi Rp 122,0 juta dari Rp 499,4 juta.

Keramik Arwana Citra. (Foto : Ist).

Keramik Arwana Citra. (Foto : Ist).

Meski begitu, perseroan berhasil menekan beban umum dan administrasi menjadi Rp 40,05 miliar dari Rp 41,9 miliar dan berhasil menaikkan pendapatan lain-lain menjadi Rp 5,3 miliar dari Rp 1,4 miliar. Sedangkan, rugi selisih kurs turun signifikan menjadi Rp 799,28 juta dari Rp 25 miliar. Ujung-ujungnya, laba usaha perusahaan tercatat tumbuh menjadi Rp 351,83 miliar dari Rp 321,3 miliar.

Prospek Keramik

Prospek bisnis keramik di tahun ini masih prospektif. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) memproyeksikan penjualan keramik di tahun ini menjadi Rp 36 tiliun. Target itu lebih tinggi dibandingkan penjualan di tahun 2014 yang mencapai Rp 32 triliun. ASAKI berharap pertumbuhan pertumbuhan industri keramik didukung oleh program stimulus dan proteksi dari pemerintah agar daya saing industri keramik nasional semakin meningkat untuk menyongsong era MEA 2015.

Sejumlah produsen keramik merespons prospek bisnis keramik dengan memperluas jaringan penjualannya. Contohnya saja, SCG, produsen keramik premium merek COTTO, yang memperluas ekspansi pasarnya dengan menambah jaringan penjualan di sejumlah daerah. Pada pertengahan Februari 2015, SCG meresmikan COTTO Corner di Bali.

COTTO Corner, yang dibuka di showroom PT Adika Jaya Dewata, menyediakan aneka desain produk keramik berciri khas arsitektur Bali yang unik. COTTO Corner di Bali adalah showroom kedua yang dibuka setelah di Jakarta pada Januari tahun ini.

Sattawat Thitaram, Manajer Penjualan Internasional COTTO Tiles, mengatakan pihaknya melihat tren desain di Bali sangat berbeda dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Bali, lanjut dia, dikenal memiliki budaya yang unik yang terlihat dari seni arsitekturnya yang kental dengan suasana alam seperti bebatuan dan kayu. Gaya ini sangat sejalan dengan desain keramik COTTO yang motifnya bervariasi.

“Kami memiliki komitmen kuat pada riset dan pengembangan dengan melakukan investasi besar dalam teknologi produk terbaru dan studi mendalam mengenai gaya hidup konsumen. Tahun ini, COTTO juga rencananya akan membuka corner yang ketiga di Bali,” tambah Sattawat.

Keramik COTTO didistribusikan oleh PT Surya Siam Keramika, dan memiliki sejumlah jaringan penjualan di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Banjarmasin, Bali, dan Surabaya. COTTO adalah anak usaha SCG, yang merupakan merek dari Thai Ceramic Co., Ltd.

SCG terus memperluas sayap bisnisnya di ASEAN, termasuk Indonesia. Pembukaan COTTO Corner di Bali merupakan strategi terbaru SCG di Indonesia untuk industri bahan bangunan, melanjutkan pembangunan pabrik semen greenfield terintegrasi di Sukabumi serta pembukaan pabrik beton ringan greenfield di Karawang, Jawa Barat. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved