Marketing Strategy

Riri F Hassan: PHD Lebih Cepat Tumbuh Dibanding Pizza Hut

Riri F Hassan: PHD Lebih Cepat Tumbuh Dibanding Pizza Hut

Di bawah payung PT Sarimelati Kencana, Pizza Hut Delivery (PHD) gencar membuka outlet baru. Setelah hadir di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya, PHD terus merambah ke kota-kota lain di Indonesia.

Menurut PHD Marketing Manager, Riri F Hassan, pertumbuhan bisnis PHD ini bahkan melebihi pertumbuhan bisnis saudara sekandungnya, Pizza Hut. Meski tumbuh lebih cepat, namun perempuan kelahiran 19 Desember 1974 ini meyakinkan bahwa PHD tidak akan mengganggu bisnis saudara tuanya.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana PHD bisa tumbuh pesat dan bagaimana pertumbuhan tersebut nantinya tidak akan menggerus pasar Pizza Hut, berikut perbincangan SWA Online dengan Riri F Hassan.

Saat ini sudah ada berapa outlet PHD?

PHD tahun lalu sudah mencapai 73 otlet. Saat ini total outlet PHD sebanyak 80 yang tersebar di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Dalam waktu dekat kami akan masuk Gresik, Sidoarjo, Malang. Tahun ini sebulan bisa ada 2-3 otlet baru.

Dibanding pertumbuhan outlet Pizza Hut?

Pizza Hut saat ini punya 204 outlet. Pertumbuhan PHD akan lebih cepat dari Pizza Hut, sebab sekali kami masuk ke wilayah maka harus benar-benar menyebar. Karena kami ada area delivery 30 menit, jadi outletnya harus banyak. Sebagai contoh, di Jabodetabek tahun ini wilayah yang tercover sudah 75%, hingga akhir Desember kami terus dorong wilayah yang tercover bisa mencapai 80-85%.

Apa nanti tidak menggerus pasar Pizza Hut?

Tujuan bisnis antara PHD dengan Pizza Hut berbeda. Kalau customer datang ke Pizza Hut itu ingin makan santai, beli suasana, ngobrol, duduk manis, makan cantik. Kalau PHD diciptakan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang memang laparnya mendesak atau customer sedang tidak bisa ke mana-mana, sedang ada di rumah, di kantor. Seperti kemarin ada customer yang sedang piknik ke Monas, dia pesan PHD untuk diantar ke sana. Fungsi bisnisnya beda, jadi tidak akan memakan satu sama lain.

Bukankah PHD juga bisa makan di tempat?

Di PHD memang disediakan tempat untuk makan ditempat, namun setiap otlet hanya empat atau delapan bangku. Jadi memang kami tidak ciptakan tempat itu untuk makan dengan nyaman. Tidak disediakan piring, sendok, garpu dan gelas, tidak seperti di Pizza Hut. Dari sisi menu antara PHD dan Pizza Hut juga ada perbedaan. Hanya toping yang memang sama. Harga PHD juga sedikit lebih murah dari Pizza Hut.

Untuk investasi satu outlet PHD berapa sih?

Kami tidak bisa sebut berapa, yang mahal adalah sewa tempatnya. Satu outlet investasinya di atas Rp 1 miliar.

Terbuka untuk sub franchise?

Belum ada rencana, saat ini kami masih jalan sendiri.

Kenapa? Bukankah semakin banyak akan semakin menguntungkan?

Kami ingin menstabilkan bisnis PHD dulu, ke depannya kami tidak menutup kemungkinan membuka kesempatan sub franchise. Nanti kami jual sub franchise tapi keuntungan belum stabil, nanti tidak baik buat pemegang sub franchise PHD. Kalau PHD sudah jalan sekitar 10 tahun, mungkin bisnis kami sudah bisa stabil. Saat ini kami baru jalan hampir enam tahun.

Pertumbuhan bisnis PHD dari sisi sales sendiri seperti apa?

Tahun lalu kami sempat terdongkrak salesnya, naik 20%, tepatnya sejak kami melakukan promosi di radio. Tahun ini target sales kami biasa naik 15%. Kenapa radio? Karena PHD memang masih lokal, baru ada di tiga kota. Segmen pasar PHD kelas A-B usia 20-35 tahun, jadi cocok kalau di radio.

Bisa Anda ceritakan sedikit tentang latar belakang pendidikan dan pengalaman Anda?

Saya di PHD sejak April 2011, sebelumnya saya Astro TV selama tiga tahun posisinya sales manager, MTV Indonesia selama empat tahun mulai dari Accout manager hingga jadi Account Director. Pernah juga di Grup MRA, Prambrors. Background pendidikan saya yaitu lulusan akutansi Gunadarma, saya angkatan 1992.

Banyak pengalaman di dunia media, kenapa tertarik ke PHD?

karena saya memang suka tantangan. Saat di media, saya banyak mengulik marketing side dari klien. Jadi saya belajar merketingnya di situ, mengemas suatu proposal gak hanya dilihat dari sudut jualannya saja, tapi dari pendekatan komunikasinya, cocok tidak komunikasinya dengan klien. Di situ sangat menarik buat saya, plus saya juga senang masak, senang makan. Pizza Hut kan sudah dikenal sejak lama, waktu Pizza Hut buka di Bogor, tempat kelahiran saya, itu heboh sekali. Jadi sejak dulu brand Pizza Hut memang sudah besar.

Apa tantangan terbesar PHD dan bagaimana cara PHD menaklukkan tantangan tersebut?

PHD sebenarnya tidak bisa dibilang baru, sebab dari 2007, tapi belum banyak yang tahu. Sebelumnya saya pikir hanya layanan antar dari Pizza Hut. Saya baru tahu benar tentang konsep bisnis PHD sejak saya mulai interview ke sini. Sejak itu saya langsung seperti punya greget, wah seru kalau menangani ini. Tantangannya adalah new brand, jadi brand image, brand awareness, salesnya harus dinaikkan.

Pada saat itu yang saya lihat adalah PHD awarness-nya kurang, itulah yang kami genjot terus-menerus. Kalau dari sisi produk saya tidak pernah khawatir, karena ini produk Pizza Hut. Produk yang memang sudah bagus inilah yang saya gembar-gemborkan di radio. Radio itu its like instan result untuk PHD. Bentuk promosi yang kami lakukan di radion seperti iklan, talkshow, kuis harian. Hasilnya, selain sales naik 20%, kami juga mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain best sales regional achievement, kemudian best program se Asia Pasifik. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved