Marketing Strategy

Telkomsel Tak Pilih-pilih Mitra Produsen Smartphone

Telkomsel Tak Pilih-pilih Mitra Produsen Smartphone

BlackBerry, salah satu smartphone mitra Telkomsel

Untuk meningkatkan penetrasi pengguna data di Tanah Air, banyak pula kerja sama yang dilakukan antara operator telko dengan pihak prinsipal atau produsen smartphone dan feature phone dalam bentuk peluncuran produk smartphone atau feature phone yang dibundel (bundling) dengan starter pack kartu sim para operator telko. Begitu juga dengan Telkomsel yang mengaku bahwa pertumbuhan bisnisnya didorong oleh data. Telkomsel juga kerap membundel kartu simnya dengan berbagai merek produk smartphone dan feature phone. Bahkan Telkomsel tidak pilih-pilih merek mitra vendor smartphone atau feature phone yang akan diajak bekerja sama. Tujuannya hanya satu, yaitu meningkatkan pengguna data. Hal ini dinyatakan oleh Arief Pradetya, Head of Device Bundling and Customization Strategy Division Telkomsel, pertengahan Maret lalu di kantornya kepada reporter Swa Online. “Sejujurnya, siapa pun yang membawa smartphone, kami tidak memilih-milih karena itu penting buat kami. Pertumbuhan Telkomsel didorong oleh data,” ungkap Arief yang bergabung dengan Telkomsel sejak 2004. Diakui Arief, handset atau device (produk smartphone, feature phone,atau perangkat lainnya seperti perangkat machine to machine) merupakan bahan bakar bagi kesinambungan pertumbuhan bisnis Telkomsel. Oleh karena itu, Telkomsel mendorong pelanggannya yang masih menggunakan basic phone (ponsel yang tidak bisa melakukan koneksi data) untuk menggunakan smartphone atau feature phone. Diklaim Arief, pelanggan Telkomsel saat ini mencapai sekitar 125 juta dan per Januari 2013, unique IMEI (nomor telepon yang benar-benar ada handset-nya) Telkomsel mencapai 112 juta. Dari angka itu, 47 juta pelanggan merupakan basic phone. “Kalau kami ingin tumbuh, kami harus memindahkan pelanggan yang menggunakan basic phone agar menggunakan hp yang bisa mengakses data,” ungkapnya. Oleh karena itu, lanjutnya, program bundling yang dibuat pihaknya tidak selalu harus dengan handset dengan segmen highend, walau menurutnya hal itu bagus untuk image. “Tapi juga dengan feature phone untuk menjembatani atau memindahkan pelanggan yang mengunakan basic phone ke feature phone yang bisa menggunakan data, hingga ke smartphone,” tambahnya. Telkomsel melakukan transisi perpindahan pengguna basic phone ke feature phone dan smartphone secara berjenjang yang bersifat evolutif. Hal ini yang menjadi alasan Telkomsel bekerja sama dengan Nokia dan Samsung karena portofolio produk dua merek ini cukup banyak. Sejujurnya, siapa pun yang membawa smartphone, kami tidak memilih-milih karena itu penting buat kami. Pertumbuhan Telkomsel didorong oleh data. Untuk terus memiliki sustainable growth, saya harus punya bahan bakar yaitu device. Untungnya Telkomsel memiliki tantangan, karena coverage kami paling besar, otomatis kami juga menjangkau daerah-daerah yang mungkin saat ini affordabilitynya masih kecil, sehingga device yang dibutuhkan bukan device yang bisa data. “Mereka punya banyak hp yang dibawah Rp 1 juta,” tambahnya. Selain dengan merek-merek global, diakui Arief, pihaknya juga cukup banyak bekerja sama dengan merek ponsel lokal yang juga membantu penetrasi bisnis data Telkomsel. “Merek lokal juga banyak membantu. Semua merek lokal tidak ada yang tidak bisa data. Walaupun HP-nya berharga Rp 200 ribu atau Rp 300 ribu, tapi bisa data. Itu adalah range harga yang saat ini tidak bisa di-cover Samsung dan Nokia. Harga HP dua merek ini (Samsung dan Nokia) yang di bawah Rp 300 ribu, pasti tidak bisa data,” pungkas Arief. Hingga saat ini, terdapat sekitar 20 – 25 mitra produk ponsel Telkomsel dari mulai dari Samsung, Sony, Apple, LG, HTC, Nokia, BlackBerry, ZTE, Cross, dan lainnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved