Technology Trends zkumparan

Masa Depan Startup di Indonesia Usai Banyak PHK Karyawan

CEO DailySocial.id Rama Mamuaya. (Foto Ubaidillah/SWA)

Selama beberapa waktu ke belakang, banyak startup (usaha rintisan) di Indonesia melakukan banyak PHK dan bangkrut. Kondisi ini membuat banyak orang meragukan kelangsungan dan masa depan industri startup di Indonesia. Bagaimana faktanya?

CEO DailySocial.id Rama Mamuaya dalam memaparkan laporan ‘Startup Report 2022 Towards More Sustainable Startup Ecosystem in Indonesia’ bahwa PHK yang dilakukan startup hanya terjadi pada startup-startup yang sudah besar dan tidak terjadi pada startup yang masih kecil. Menurut Rama, kemungkinan startup melakukan layoff karena fundamental keuangannya kurang kuat.

“Mungkin financial fundamentalnya kurang kuat lalu kemudian melakukan efisiensi. Ini untuk supaya tampil lebih menarik secara finansial, di mata investor juga lebih menarik,” kata Rama saat menjelaskan laporan tersebut, Rabu (15/03/2023).

Dalam laporan tersebut terdapat 20 startup yang melakukan PHK sepanjang tahun 2022. Setidaknya ada lima alasan startup melakukan PHK di antaranya pertama karena ada perubahan kondisi ekonomi makro dan perilaku konsumen, sehingga perusahaan harus kembali menyelaraskan dan memprioritaskan organisasi untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan untuk jangka panjang. Kedua ada perubahan signifikan dalam proses dan tujuan bisnis. Ketiga startup tidak lagi beroperasi di Indonesia.

Alasan keempat adalah restrukturisasi SDM perusahaan dilakukan untuk memelihara daya saing. Kelima ada tantangan terkait dengan turbulensi pasar, komoditas volatilitas harga, kekurangan pasokan, perubahan peraturan, dan meningkatnya harga minyak mentah.

“Pada 2022, kami mengamati ada beberapa startup kategori quick commerce (e-commerce yang melayani pengiriman kilat) melakukan perubahan arah bisnis karena gagal menemukan model bisnis yang cocok,” katanya. Salah satu contohnya adalah quick commerce Radius yang mengubah bisnisnya menjadi social commerce dan berganti nama menjadi Bakool.

Untuk itu, banyak startup sekarang lebih memilih memperkuat fundamental bisnisnya terlebih dahulu sebelum berpikir tentang pendanaan dan pengembangan bisnis ke depan. Karena investor saat ini lebih ketat dan selektif dalam memberikan pendanaan bagi startup dan kondisi ini diprediksi akan berlangsung lebih lama.

Masa Depan Startup

Meski banyak PHK karyawan, startup di Indonesia diprediksi masih akan tetap tumbuh dan berkembang. Adanya PHK memberikan pelajaran bagi yang ingin mendirikan startup agar memperbaiki fundamental bisnis terlebih dahulu dan mencari cara bagaimana agar untung. Tidak hanya fokus pada pendanaan dan bakar-bakar uang (marketing).

Ada beberapa tren startup yang akan terjadi pada tahun 2023 di antaranya greentech startup, embedded finance (integrasi layanan keuangan dalam satu aplikasi yang dikelola oleh perusahaan non finansial tanpa perlu beralih ke layanan keuangan konvensional), dan health tech. Selain ketiga tersebut, AI dan genomics juga diprediksi akan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan di masa depan.

Dimasukkannya Greentech startup sebagai salah satu tren yang akan terjadi karena Indonesia telah mengumumkan komitmennya untuk mencapai emisi net-zero dengan 2060. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi CO2 melalui Notional Defined Contribution dengan target 32% akan dilakukan dengan upaya Indonesia dan 43% dengan dukungan internasional pada tahun 2023.

“Oleh karena itu, kami memasukkan teknologi hijau atau green tech sebagai salah satu key highlight dalam Startup Report 2022. Kami menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan bagaimana teknologi dan sains bersatu untuk menghadirkan produk dan layanan guna mencapai energi pengurangan konsumsi, pemborosan, atau dampak negatif lainnya terhadap lingkungan,” kata Rama.

Selanjutnya embedded finance di Indonesia muncul setelah industri keuangan mulai menerapkan Open Banking dan Open Finance. Meskipun keduanya relatif baru, namun inisiatif Open API (Application Programming Interface) sebagai implementasi dari Open Banking telah dimulai pada tahun 2016 oleh bank yang bekerja sama dengan fintech. Potensi pasar penerapan open finance dan segregasi akun diperkirakan mencapai Rp2,9 triliun.

Di Indonesia, startup dengan layanan seperti Embedded Finance adalah Finfra dan Digiasia Bios. Finfra saat ini fokus pada pinjaman dalam kemitraan dengan Danabijak—anak perusahaan Finfra yang memiliki lisensi tetap sebagai fintech platform dari OJK (OJK). Sementara Digiasia Bios memiliki penawaran produk keuangan lain.

Sedangkan health tech dalam laporan The e-Conomy SEA 2022, Google menyebut Healthtech sebagai salah satu sektor yang baru lahir. Namun Statista mencatat pasar healthtech di Indonesia bernilai US$1,98 Miliar pada tahun 2022 dan akan menjadi US$2,38 pada tahun 2023.

“Kemenkes juga mulai mempromosikan layanan teknologi kesehatan, dan dengan demikian, pasar menjadi lebih terorganisir. Pemerintah mengintegrasikan platform kesehatan nasional melalui Indonesia Health Service (IHS). Melalui IHS pemerintah memberikan arahan langsung dan panduan bagi pelaku ekosistem untuk membuat integrasi lebih transparan dan lebih cepat,” ujar Rama.

Dikutip dari laporan yang sama dari Dailysocial.id, tren teknologi tahun 2023 dan berikutnya adalah AI (artificial intelligence). AI semakin terdengar karena di awal tahun ini industri bisnis dihebohkan dengan adanya chat GPT yang berbasis teknologi AI.

Editor: Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved