Trends

Masker Eksentrik Buatan Indonesia Dipakai Lady Gaga, Ini Dua Desainernya

Desainer Mety Choa (kiri) dan Diana Putri (kanan) perancang masker Lady Gaga (dok: Mety Choa/Diana Putri).

Dua desainer asal Indonesia dipercaya untuk membuat masker yang mengangkat haute couture fashion atau adibusana, untuk penyanyi papan atas Lady Gaga dan tim penari latarnya.

Masker-masker ini bahkan terlihat di ajang MTV Video Music Awards yang diselenggarakan di kota New York, belum lama ini, yang diselenggarakan secara tatap muka, namun lebih tertutup. Mereka adalah desainer asal Surabaya, Diana Putri untuk Diana Couture, dan Mety Choa, untuk Maison Met, di Jakarta.

Masker Bertema “Chromatica”

Tak lama setelah peluncuran album terbaru Lady Gaga yang berjudul Chromatica, bulan Mei lalu, Diana Putri langsung mendesain masker eksentrik yang bertema logo album tersebut.

Masker tersebut terlihat dipakai oleh Lady Gaga, saat tengah melakukan gladi resik untuk acara MTV Video music Awards, bersama penyanyi Ariana Grande, belum lama ini.

“Jadi saya tuh menggunakan desain ‘Chromatica’ yang terinspirasi oleh logo album terbarunya. Lalu saya juga menggunakan palette warna pink. Logonya itu kayak merupakan ‘Sin,’ jadi bentuk wavelength, yang dijelaskan dalam konsep matematika,” ujar Diana Putri melalui wawancara Skype dengan VOA belum lama ini.

Masker wajah karya desainer Diana Putri (dok: Diana Putri)
Masker wajah karya desainer Diana Putri (dok: Diana Putri)

Penggarapan masker ini memakan waktu sekitar dua hari. Warna pink Diana pilih untuk Lady Gaga, yang menggambarkan rasa cinta, kebaikan, serta healing atau penyembuhan. Menyesuaikan dengan gaya Lady Gaga yang nyentrik, Diana menghiasi masker ini dengan rhinestone atau berlian buatan, paku hiasan, dan lainnya.

Ini memang bukan pertama kalinya Diana mendesain pakaian untuk sederetan selebriti Amerika. Salah satunya adalah pakaian yang dikenakan oleh Ariana Grande di panggung MTV Video Music Awards tahun 2018. Sambil melantunkan lagu terbarunya “God is a Woman,” Ariana Grande mengenakan pakaian bernuansa emas yang terinspirasi dari judul lagu tersebut dan lukisan “The Last Supper” karya pelukis legendaris Leonardo da Vinci.

Melihat maskernya dipakai oleh Lady Gaga, Diana mengaku “happy banget.”

“Kayaknya gimana ya, kalau kita punya karya gitu dipakai oleh seorang Gaga gitu kan, gimana ya, bersyukur, happy, super-super excited!” ujarnya dengan bahagia.

Komunikasi antar Surabaya dan Los Angeles, biasanya dilakukan melalui perwakilan Diana Putri di Los Angeles ,dengan stylist Lady Gaga, Marta Del Rio. Menjelang MTV Video Music Awards 2020 lalu, Marta sempat meminta Diana untuk membuat masker berteknologi yang bisa digunakan oleh Lady Gaga saat menyanyi di panggung.

“Waktunya udah mepet banget dan kemudian untuk shippingnya kan sekarang susah ya. Akhirnya untuk mask yang technology generated itu, saya nggak bisa buatin,” jelas desainer yang pernah merancang busana untuk Janet Jackson, Kesha, Carmen Electra, Carrie Underwood, Toni Braxton, Janelle Monae, Sabrina Carpenter dan masih banyak lagi ini.

Masker wajah karya desainer Diana Putri (dok: Diana Putri)
Masker wajah karya desainer Diana Putri (dok: Diana Putri)

Namun, siapa yang menyangka jika masker karyanya ini, yang lalu ia buat dalam beberapa versi dan warna, akhirnya dipakai oleh para penari latar Lady Gaga, saat tampil di ajang MTV Video Music Awards 2020.

“Tetap saya bersyukur dipakai dancer-nya,” kata Diana.

Sejak awal merancang masker khusus untuk Lady Gaga, Diana memang fokus membuat masker yang bisa dipakai sehari-hari.

“Jadi yang kemarin untuk Gaga itu bukan untuk acara sebesar VMA. Jadi lebih kayak facemask yang bisa dipakai untuk hari-hari. Tapi tetap ada spesial signature-nya. Cuman saya bersyukur banget dia pakai face mask itu tuh pada saat dia rehearsal. Itu kan berarti face mask saya itu benar-benar nyaman untuk dipakai dia,” tambahnya.

Untuk para fans Lady Gaga, Diana lalu merancang masker yang hampir mirip dengan yang seperti ia buat untuk Lady Gaga, yang bisa ditemukan di salah satu showroom yang bekerja sama dengan perwakilan Diana Putri di Los Angeles. Masker-masker ini dijual dengan harga satuan sekitar 40 dolar atau hampir setara dengan 600 ribu rupiah.

“Kan banyak tuh mereka yang benar-benar fansnya Gaga yang memang kepingin. Jadi saya buatin tapi nggak sama kayak gitu. Kayak cuman pakai inisial namanya mereka, jadi nggak bisa sama persis,” ujar Diana.

Masker Metalik Karya Mety Choa

Merupakan sebuah kejutan bagi desainer Mety Choa, ketika Lady Gaga mengenakan masker karyanya, saat menerima penghargaan di panggung MTV Video Music Awards tahun ini. Pada waktu itu, pelantun lagu “Rain on Me” ini, menerima penghargaan di kategori artis terbaik, dan Tricon MTV Video Music Awards 2020, kategori baru yang diberikan kepada prestasi dari seorang artis di luar bidang musik.

“Luar biasa ya perasaan saya senang sekali, betul-betul come to my surprise dia bakal mengenakan masker ini untuk dua outfit ya, berarti dia suka sekali, jadi saya sangat senang,” ujar Mety Choa melalui wawancara Skype dengan VOA.

Masker berwarna metalik karya Metty ini memang menjadi satu diantara beberapa masker lain yang dipakai oleh Lady Gaga di atas panggung MTV Video Music Awards lalu. Metty mengaku senang melihat seorang bintang sebesar Lady Gaga yang mau mempromosikan penggunaaan masker di tengah pandemi ini, demi kebaikan bersama.

“Jadi saya merasa sangat senang ya, karena dia seorang bintang, tapi dia peduli. Jadi semoga impact-nya positif bagi orang-orang yang mendengar” tambahnya.

Proses penggarapan masker berbahan mesh atau jaring dengan payet berkelap-kelip ini, memakan waktu yang menurut Mety agak lama, karena banyak bagian yang harus dijahit tangan dan “harus betul-betul rapi.” Dalam perancangan, Mety mengaku hanya diberi sedikit arahan dari tim Lady Gaga, seperti dari sisi warna.

“Ini berbahan metalik mesh ya. Meskipun berbahan metalik, tapi ini betul-betul saya buat dengan pemikiran, bukan hanya cantik, glamor, tetapi juga fungsional. Jadi ada lapisan di dalamnya, ada pelindungnya, lalu bisa dipakai lagi dengan satu lapisan masker, yang biasanya kita gunakan, itu bisa dilapis di dalamnya. Jadi buat hygiene-nya aja, ada proteksinya, begitu,” jelas desainer asal Solo, Jawa Tengah ini.

Saking spesialnya, Mety hanya membuat sepuluh masker metalik ini, yang kini sudah menjadi rebutan dan membuat para kliennya “bertanya-tanya.” Terbiasa merancang gaun untuk acara karpet merah, Mety ingin merancang masker yang “fungsional,” tapi tetap “cantik.”

“Dengan bahan yang metal, tapi simpel, glamornya ada. Jadi it’s still nice, beautiful, but functional,” katanya.

Masker Metallic Mesh karya Mety Choa (Maison Met) (Dok: Mety Choa)
Masker Metallic Mesh karya Mety Choa (Maison Met) (Dok: Mety Choa)

Seperti halnya Diana, ini bukan pertama kalinya Mety Choa berkolaborasi dengan selebriti internasional. Ia pernah merancang gaun untuk penyanyi Gwen Stefani, model Gigi Hadid, aktris Kat Graham dan Dania Ramirez, serta masih banyak lagi.

“Kali ini spesial sekali, karena ini pertama kali dengan Lady Gaga. Kebetulan ini memang (permintaan) maskernya melalui brand management saya, the Clique, yang berbasis di Hong Kong. Mereka sudah mengontak dan jadilah ini (kolaborasi) bersama, masker ini yang akhirnya dikenakan di VMA,” cerita desainer yang memulai karirnya pada tahun 2004 ini.

Berkarya di Tengah Pandemi

Di tengah pandemi, Diana Putri dan Mety Choa masih terus giat berkarya, sambil beradaptasi dengan kelaziman baru, dengan merancang beragam masker atau pakaian yang lebih casual, disamping gaun-gaun pesta yang masih terus mereka rancang.

“Masih banyak (desain) gaun, tapi saya sudah mulai mendesain masker-masker, karena saya merasa penting sekali ya, saat sekarang, karena kita masih tetap pengin tampil cantik, tapi kita juga mau be safe,” jelas Mety Choa.

“Tentunya masker akan jadi salah satu item yang sangat diperlukan kalau menurut saya ke depannya,” tambahnya.

Selain berencana untuk membuat masker dengan “inovasi yang lebih lagi,” Diana masih terus melayani para klien yang kini memesan gaun untuk acara yang lebih “private,” serta memenuhi pesanan busana untuk acara-acara televisi.

“Di Surabaya sih, untuk pesta-pesta mereka lebih ke kayak private, jadi private dinner. Sebelumnya kan memang kayak pesta yang besar, nah, sekarang itu lebih ke kayak ” jelas Diana.

Di tengah pandemi yang penuh dengan segala ketidakpastian ini, kedua desainer ini berpesan agar jangan pernah berhenti berkarya dan berharap, tetap berpikiran positif, dan tidak lupa untuk terus mengucap syukur. [di]

Sumber: VoAIndonesia.com


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved