Trends

Matoa Singo, Kolaborasi Keberagaman Budaya dan Teknologi

Matoa Singo, Kolaborasi Keberagaman Budaya dan Teknologi
Matoa Singo, jam tangan kayu tahan air pertama di Indonesia.

Kekuatan dari ide-ide tim Research & Development menjadi salah satu kunci yang ditonjolkan PT Matoa Indonesia. Dengan berbagai inovasi produsen jam tangan kayu asal Bandung ini telah melahirkan 19 varian dari 8 model. Salah satu produk teranyarnya yaitu Matoa Singo.

Matoa Singo diproduksi di Matoa House, Setrasari Kulon III, Sukarasa, Sukasari, Bandung. Diakui Yusuf Z, Direktur Kreatif PT Matoa Indonesia, setiap produk yang dilahirkan berangkat dari pemikiran mengenai keindahan dan keberagaman budaya di Indonesia, yang selanjutnya menjadi inspirasi bagi setiap nama produk.

(Kiri-kanan) : Brilian Muttaqin (Product Designer), Taufik M Ridwan (Marketing & Sales Director), Yori Imam A (Head of R&D), Yusuf Z(Creative Director) PTMatoa Indonesia.

Selain itu, Matoa Indonesia terus mengembangkan diri baik dari segi kualitas produk, dan juga segi karakter. Misalnya kehadiran Matoa Singo, yang merupakan jam tangan kayu tahan air pertama di Indonesia.

Matoa Singo dirancang dari bahan dasar kayu sonokeling dan pinus Jerman yang dipadukan ukiran stainless steel. Jam tangan ini dilindungi Dome Sapphire Coated K-1 Mineral Glass, yang hadir dengan dial 24 jam. Sub Dial with AM/PM marker memberikan detail yang elegan dan terperinci untuk memudahkan pengguna untuk membaca titik jam dan penanda tanggal. “Matoa Singo merupakan implementasi dari konsep tersebut dengan menggunakan karakter singa,” kata Yusuf.

Konsep ini mulai menciptakan harmoni antara keindahan kayu dan nilai-nilai lokal dengan teknologi terbarukan untuk menciptakan karya terbaik. Matoa Singo merupakan implementasi dari konsep tersebut dengan menggunakan karakter Singa.

Dipilihnya Singa untuk nama jam tangan kayu terbaru ini, karena Singa memiliki sifat bijaksana, berani, dan gagah, berpadu dengan kentalnya budaya mitologi Indonesia yang sarat akan magis. “Matoa Singo menjadi perwujudan inspirasi yang menyeimbangkan unsur budaya, unsur kontemporer, dunia materi, dan dunia spirit,” kata Yori Imam Arsalya, Head of Research & Development Matoa Indonesia.

Diakui Taufik M Ridwan Marketing & Sales Director PT Matoa Indonesia, produk jam tangan yang diproduksi Matoa dijual melalui marketplace seperti Lazada, Tokopedia dan Shoppe. Setelah memperkuat jalur distribusi online, Matoa Indonesia juga mulai memikirkan untuk menjajaki jalur distribusi offline dengan membuka toko di Bandung dan Jakarta. “Pasar kami masih kuat di Bandung dan Jabodetabek, meskipun 92%-93% kontribusi penjualan berasal dari penjualan online,” katanya.

Diakui Taufik, saat ini pihaknya akan memperkuat jaringam distribusi secara offline. Selain telah membuka satu toko di kawasan Kuningan, Jakarta, Matoa siap mengembangkan toko lainnya ke beberapa kota besar di Indonesia untuk memperkuat brand awareness jam tangan kayu.

Padahal jam tangan kayu yang dipasarkan sejak tahun 2011 sempat diekspor ke 14 negara seperti German, Inggris, Italia, Perancis, Spanyol, Malaysia, Jepang, Afrika dan lain-lain yang dijual secara online di Amazone. “Tapi saat ini pemintaan ekspor untuk sementara dihentikan mengingat adanya berbagai kendala seperti layanan purna jual, infrastruktur dan lain-lain. Kami akan perkuat pasar lokal,” kata Taufik.

Matoa Singo, produk yang akan menjadi andalan PT Matoa Indonesia dijual dengan harga Rp 1,5 juta/unit. Kehadiran Matoa Singa diharapkan akan memperkuat keberadaan seri jam tangan kayu sebelumnya yang diproduksi PT Matoa Indonesia seperti Rote, Flores, Sumba, Moyo dan Gili, Rote, Flores, Singo, Rakay, Tomia, Way Kambas dan beberapa seri limited edition yang dijual dengan harga sekitar Rp 1 juta-Rp2 juta per unit, tergantung dari modelnya, bahkan untuk Way Kambas Limited Edition dijual dengan harga Rp 3 juta per unit.

Diakui Taufik, penjualan jam tangan batu terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ia menggambarkan tahun 2011-2015 , Matoa Indonesia bisa menjual sekitar 200-250 unit/bulan). 2016, dengan menjual melalui marketplace bisa meningkat 150%. Sedangkan tahun 2017-2018 rata-rata penjualan mencapai 500-700 unit per bulan, di mana Way Kambas menjadi primadona dan memberikan kontribusi penjualan sekitar 40%-50%.

Tahun ini, dengan kehadiran Matoa Singo, diharapkan akan menjadi andalan dan memberikan kontribusi sekitar 50% dari semua model yang dimiliki Matoa. Mengingat Matoa Singo merupakan hasil pengembangan model sebelumnya, sehingga semakin ditingkatkan baik dari segi kualitas produk, dan segi karakter.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved