Management Trends

Mau Tahu Rahasia Bisnis Pendidikan BSI Menggurita?

Mau Tahu Rahasia Bisnis Pendidikan BSI Menggurita?

Makin banyaknya peluang bisnis di berbagai sektor ekonomi, tak menyurutkan gelimang bisnis di sektor pendidikan. Terbukti beberapa entrepreuner bisa menangguk untung di bisnis yang katanya lebih minim risiko tersebut. Lima sekawan, Naba Aji Notoseputro, Herman P, Efriadi, Surachman dan Sigit, menjadi salah satu contoh pengusaha yang melejit di bisnis pendidikan. Mereka telah sukses mengepakkan sayap bisnis Bina Sarana Informatika (BSI) ke berbagai daerah di Tanah Air dengan jumlah mahasiswa kurang lebih mencapai 60 ribu orang

Padahal, ketika berdiri di tahun 1988, BSI hanya kursus komputer kecil-kecilan yang hanya bermodalkan lima unit komputer PC IBM XT 8088 di Depok, Jawa Barat. Dalam hitungan 28 tahun sejak saat itu, Naba dan kawan-kawan , telah berhasil mengguritakan BSI ke berbagai daerah.

Tak kurang 50 kampus dikelola oleh Yayasan Bina Sarana Informatika, mulai dari Akademi Manajemen Informatika & Komputer (AMIK), Akademi Sekretaris & Manajemen (ASM), Akademi Bahasa Asing (ABA), Akademi Komunikasi (AKOM), Akademi Pariwisata (AKPAR), Akademi Manajemen dan Keuangan (AMK), Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA), Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer (STMIK) Universitas dan Nusa Mandiri. Setiap tahunnya, ia mengatakan BSI menjaring sebanyak 10.000 sampai 20.000 mahasiswa. Pada tahun 2013 lalu, BSI bahkan sempat menyabet rekor perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa aktif terbanyak di Indonesia.

Secara gamblang, Naba membeberkan resep BSI bisa menggurita. Satu hal yang paling menjadi keunggulan adalah strategi pricing BSI yang menerapkan margin yang tidak terlalu tinggi untuk menarik minat mahasiswa. BSI menurut dia, memang sejak awal difokuskan untuk menjaring mahasiswa dengan segmen kelas menengah. “Dari awal memang kita canangkan BSI kekuatannya ada di harga, jadi kita patok tidak mahal sampai hari ini,” ungkapnya.

Meskipun margin yang ditetapkan rendah, Naba menceritakan BSI bisa tetap eksis lantaran selalu punya target jumlah mahasiswa yang dibidik. Target tersebut penting, untuk memformulasikan berapa besaran laba yang yang ingin didapatkan, agar tidak gulung tikar. “Kalau saya jual harga sekian, saya harus punya mahasiswa sekian, dan itu harus tercapai, karena kalau tidak ya kami nombok ,” ungkapnya.

Naba Aji S., Founder sekaligus Direktur Bina Sarana Informatika

Naba Aji S., Founder sekaligus Direktur Bina Sarana Informatika

Untuk bisa sukses meraih jumlah mahasiswa yang dibutuhkan, BSI tidak segan-segan mengeluarkan budget iklan yang tidak kecil. Mereka mengalokasikan belanja iklan sebesar 5% dari omset, dan berani agresif beriklan lewat televisi. BSI juga punya pasukan marketing khusus, yang tugasnya menjaring mahasiswa, dan membentuk tim digital marketing sejak tahun lalu. “Pasukan marketing kami banyak, Kalau di dunia industri mungkin sudah biasa, tapi kalau di bisnis pendidikan masih jarang yang punya tim marketing yang terpisah dengan tim humas,” ungkapnya.

Untuk meyakinakan para calon mahasiswanya, BSI menjanjikan bantuan dalam pencarian kerja dengan mendirikan lembaga karier BSI Career Center sebagai wadah yang mempertemukan alumni BSI dengan perusahaan-perusahaan. Saat ini sudah ratusan perusahaan bekerja sama dengan BSI.

Naba mengklaim, banyak mahasiswanya telah di-ijon oleh perusahaan, bahkan sebelum yang bersangkutan lulus kuliah. “Jualan kami itu kuliah terus kerja, sasaran kami itu diploma, dan memang orang-orang yang dicetak untuk bisa langsung kerja. Tagline kami itu kuliah cepat kerja pun dapat,” ungkapnya.

Jika lembaga BSI Career lebih ditujukan kepada para lulusan BSI yang mencari lowongan kerja, maka pada tahun 2007 manajemen BSI menggagas satu lembaga baru yang dinamakan BSI Entrepreneur Center (BEC). Sesuai namanya lembaga ini bertujuan memberikan pelatihan kewirausahaan. Artinya, jika BSI Career membantu alumni BSI agar cepat tertampung di dunia kerja, sebaliknya BEC akan mendidik secara dini para mahasiswa BSI agar siap menjadi entrepreneur muda. “Pendidikan itu bisis kepercsyaan, dan kepercayaan tidak dibangun dengan mudah perlu waktu dan usaha yang tidak sedikit,” ia menegaskan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved