Trends

Membangun Kota Kreatif dengan Ekosistem Industri Kreatif dan Arsitektur Nusantara

Ki-ka: Kepala Bekraf Triawan Munaf, Direktur Propan Raya Yuwono Imanto, dan Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra.

Sebagai bagian dari rangkaian acara Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) yang diselenggarakan oleh Indonesia Creative Cities Network (ICCN), Propan Raya berkolaborasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) dan Badan Kreatif (Bekraf) Kota Denpasar menyelenggarakan acara Indonesia Architecture Creative Forum (IACF) 2019, di Rumah Sanur Creative Hub, salah satu pusat aktivitas kreatif masyarakat Kota Denpasar, Jumat (11/10).

Acara IACF 2019 ini merupakan IACF kedua yang diselenggarakan oleh Propan Raya. Tahun lalu, acara serupa berlangsung di DIY Yogyakarta.

Indonesia mempunyai banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan untuk memajukan industri kreatif. Kekayaan budaya, adat istiadat, arsitektur, bahasa, maupun keindahan alam yang dimiliki Indonesia apabila dikembangkan secara maksimal melalui proses yang benar, akan menghasilkan sustainable creative economy bagi kabupaten/kota di Indonesia.

Peran Kepala Daerah menjadi sangat penting dalam pengembangan ekonomi kreatif di daerahnya. Oleh karena itu, diperlukan pemimpin daerah berjiwa entrepreneurial leadership (pemimpin yang memiliki jiwa kewirausahaan) yang tinggi dan mampu melihat potensi industri kreatif serta menggerakkan warganya untuk bersama-sama memajukan ekonomi kreatif di kota/kabupaten yang dipimpinnya.

“Pada tahap ini, kolaborasi pun sangat dibutuhkan di semua pihak. Biasanya, orang mengenal dengan istilah ABCG, yang merupakan kolaborasi antara Academician (universitas), Business (pihak swasta), Community (komunitas/masyarakat), dan Government (pemerintah),” ungkap Yuwono Imanto, Ketua panitia IACF 2019 yang juga menjabat Direktur PT Propan Raya sekaligus Dewan Pengarah Indonesia Creative Cities Network seraya menambahkan, “Pada acara IACF, kami hadirkan para narasumber terbaik tanah air yang mewakili unsur ABCG. Kami yakin, dengan adanya kolaborasi dan inovasi di antara kita semua, maka akan terjalin sebuah kekuatan hebat sebagai senjata dalam membangun kota kreatif dan pariwisata Indonesia.”

Mengusung tema “Collaborative Innovation: The Role of Architecture in the Development of Creative Industry and Tourism in Indonesia”, acara ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi banyak pihak, mengenai peran penting ekosistem inovasi industri kreatif dan arsitektur sebagai infrastruktur untuk membangun kota kreatif di Indonesia.

“Sebelum istilah ekonomi kreatif populer seperti sekarang ini, industri kreatif telah menjadi tulang punggung ekonomi Bali sejak lama. Walau pun begitu, bukan berarti kami berleha-leha. Melalui ajang ini, kami yakin akan dapat menambah amunisi untuk memajukan industri kreatif yang telah ada,” ucap Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia, Triawan Munaf, menjelaskan bahwa kunci sukses bagi kemajuan industri kreatif di Indonesia adalah sumber daya dan potensi keunggulan lokal yang ada pada daerah masing-masing. “Sumber daya yang dimaksud bukan hanya sumber daya alam, tetapi juga pada kreativitas sumber daya manusia dan potensi budaya lokal daerah tersebut (local genius),” ujar Triawan.

Selain acara diskusi, pada event kali ini juga diluncurkan buku COLLABORATIVE INNOVATION, serta penandatanganan kerjasama (MOU) antara Pemkot Denpasar dan ICCN terkai ‘Road to ICCF 2020’ yang akan diselenggarakan di Denpasar.

Demi memajukan kota/kabupaten kreatif di daerah, Bekraf menginisiasi program pengembangan kota kreatif dalam 16 sub sektor, yaitu 1) Aplikasi dan game developer; 2) Arsitektur ; 3) Desain Interior; 4) Desain Komunikasi visual; 5) Desain Produk; 6) Fashion; 7) Film, Animasi dan Video; 8) Fotografi; 9) Kriya; 10) Kuliner; 11) Musik; 12) Penerbitan, 13) Periklanan; 14) Seni pertunjukan; 15) Seni rupa; 16) Televisi dan radio.

Salah satu dari 16 sub sektor ini adalah arsitektur, karena tak hanya menjadi sub sektor tetapi mampu mendukung infrastruktur fisik bagi subsektor industri kreatif lainnya melalui desain bangunan yang menarik. Desain arsitektur yang ikonik dan mengangkat budaya lokal juga dapat menjadi identitas kota/kabupaten, bahkan menjadikannya sebagai daya tarik utama pariwisata, terutama bagi daerah yang potensi sumber daya alamnya minim.

Pihak penyelenggara juga ingin mengobarkan semangat kepada para arsitek-arsitek di tanah air untuk mengibarkan Arsitektur Nusantara. “Peran arsitek dan karya arsitektur menjadi sangat vital untuk mendukung kemajuan industri kreatif dan pariwisata Indonesia. Arsitektur tak hanya menjadi identitas kota, tetapi mampu menjadi icon pariwisata,” ucap Ketut Arthana, arsitek profesional sekaligus narasumber.

Sementara itu, CEO PT Propan Raya, Kris Rianto Adidarma, mengungkapkan bahwa dilaksanakannya acara ini sebagai bukti dan komitmen perusahaan yang mendukung kegiatan sosial, budaya, dan lingkungan. “Kami siap mendukung kegiatan yang memajukan perekonomian Indonesia, baik melalui rangkaian produk cat kami ataupun melalui kegiatannya. Dengan diselenggarakannya acara ini, kita berharap industri kreatif di kota-kota kreatif dan pariwisata Indonesia akan semakin maju, tanpa terkecuali. Begitu juga dengan Arsitektur Nusantara agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” tutur Kris Rianto Adidarma.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved