Business Research Trends

Menjadi Generasi Sandwich yang Lebih Baik dengan Cerdas Finansial

Menjadi Generasi Sandwich yang Lebih Baik dengan Cerdas Finansial
#BetterSandwichGen mengajak generasi sandwich memperkuat finansial tanpa mengurangi kewajiban terhadap orang tua dan anak.

Siapa yang tidak mengenal sandwich? Hidangan yang biasanya terdiri dari keju, sayuran, irisan daging, dan diberi berbagai macam saus kemudian diapit dengan roti di kedua sisinya. Namun, pernahkah kita mendengar generasi sandwich? Di balik sebutannya yang unik, ternyata istilah generasi sandwich ini memiliki makna khusus yang perlu diketahui lebih dalam.

Generasi sandwich merupakan generasi produktif yang menanggung lebih dari dua generasi, yaitu anak, orang tua, hingga saudara. Istilah ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1981 oleh seorang profesor sekaligus Direktur Praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat bernama Dorothy A. Miller.

“Kondisi tersebut dianalogikan seperti sandwich di mana ada sepotong daging terhimpit oleh dua lapis roti. Roti tersebut diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak atau pasangan (generasi bawah). Ini terminologi yang digunakan terutama oleh perencana keuangan untuk menggambarkan generasi yang hidupnya harus menanggung baik orang tua maupun anak,” ujar Windy Riswantyo, Head of Marketing, Branding and Digital Astra Life pada acara perluncuran kampanye #BetterSandwichGen secara virtual, Kamis (21/10/2021).

Terdapat lima macam generasi sandwich yang dipaparkan oleh Astra Life. Pertama, Open Faced Sandwich. Mereka yang belum menikah, namun harus membiayai orang tua atau adik/kakak. Kondisi ini umumnya dialami oleh kelompok ekonomi ke atas dan kebanyakan dari mereka masih bisa menabung untuk dana darurat. Kedua, Extended Open Faced Sandwich. Kondisi yang dialami oleh generasi Y yang harus menanggung suami atau istri, ditambah orang tua dan adik/kakak. Meski hanya menanggung satu lapisan, kondisi ini lebih berat dibandingkan tipe open faced sandwich. Ketiga, Traditional Sandwich. Tipe yang paling umum di Indonesia, mereka masih tinggal bersama orang tua dan anak. Sehingga, mereka harus membiayai orang tua dan anak. Mereka juga menabung dana pendidikan untuk anak mereka.

Keempat, Extended Traditional Sandwich. Mereka yang menanggung biaya hidup orang tua, lebih dari satu orang adik/kakakjuga anak. Biasanya, mereka memiliki penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan lebih khawatir untuk bisa membayar utang. Dan terakhir, Club Sandwich. Mereka yang harus membiayai orang tua, kakek/nenek dan anak, atau mereka yang harus menanggung biaya hidup orang tua, anak dan cucu. Tipe ini memiliki tanggungan paling besar dan yang perlu dicatat adalah meski jumlah club sandwich paling sedikit, tetapi generasi sandwich lainnya yang mendominasi berpotensi menjadi club sandwich di masa mendatang.

Di Indonesia, generasi sandwich lekat dengan nilai kekeluargaan di mana sudah sejatinya seorang anak berbakti kepada orang tua, termasuk menanggung secara finansial ketika orang tuanya sudah lanjut usia atau pensiun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Statistik Penduduk Lanjut Usia 2020 menyebutkan bahwa 78.27% sumber pembiayaan rumah tangga lansia ditopang oleh anggota rumah tangga yang bekerja.

Sementara Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2017 menunjukkan, 62,64% kaum lanjut usia di Indonesia tinggal bersama anak cucunya. Kondisi ini memperlihatkan cukup banyak orang Indonesia usia produktif yang menopang orang tua lanjut usia sekaligus menopang dirinya sendiri dan anak atau bahkan saudara.

Beratnya tanggung jawab yang dihadapi generasi sandwich seringkali menjadi polemik, antara rasa bangga bisa membantu keuangan keluarga namun berat terhimpit banyaknya tanggungan yang harus dicukupi. Hasil survei Katadata Insight Center untuk Astra Life pada bulan September 2021 terhadap 1.828 responden berusia 25-45 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia menyebutkan, 83,6% generasi sandwich di Indonesia optimistis kalau mereka mampu merawat tanggungan dengan baik. Namun, faktanya hanya 13,4% yang memiliki kesiapan finansial dalam memenuhi kebutuhan pokok, menabung, dan berinvestasi.

“Bahkan 52% mengaku dana darurat saja belum punya, 68% belum mempersiapkan dana pendidikan anak, 33% belum punya tabungan, dan hanya 8-10% yang punya asuransi. Ketika pandemi terjadi ada pengeluaran tambahan untuk obat sehingga ini memangkas dana darurat dan tabungan yang sudah minim,” jelas Windy.

Memutus rantai generasi sandwich bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan begitu saja. Perlu konsistensi dan usaha yang lebih besar untuk dilakukan. Salah satu cara untuk merubah kondisi tersebut adalah dengan memiliki perencanaan keuangan yang baik. Dasar perencanaan keuangan yang baik selain memiliki tabungan dan investasi adalah dengan memiliki asuransi jiwa dan kesehatan, baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.

Sebab, risiko kesehatan seringkali tidak dapat dihindari dan kerap menjadi pengeluaran terbesar dan tidak terduga. Uang pertanggungan dari asuransi jiwa dapat menjadi penyambung hidup keluarga apabila pencari nafkah atau penopang hidup keluarga harus tutup usia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya proteksi, di mana kita bisa mengalihkan risiko sehingga dapat menjaga dana darurat dan tabungan untuk disimpan sesuai dengan tujuan yang kita tetapkan di awal.

Head of Bancassurance & Direct Business Astra Life Ancilla Lily memaparkan sejumlah tips untuk menjadi generasi sandwich yang lebih baik. Pertama, buatlah neraca keuangan sederhana yang berisi daftar aset dan utang yang dimiliki. “Perlu diingat kalau terjadi sesuatu, risiko tutup usia, tak hanya aset yang diwariskan, tapi juga utang. Jadi di-list, buatlah neraca keuangan sederhana,” katanya.

Kedua, mencatat pengeluaran dan pendapatan secara rutin. Dengan cara itu, kita bisa mengetahui apakah pengeluaran lebih besar dari pendapatan atau penghasilan bulanan. “Berapa pengeluaran kita dibandingkan pendapatan. Jangan sampai pengeluaran lebih besar, jadi besar pasak daripada tiang,” ujar Ancilla. Setelah itu, mencatat pengeluaran dalam bentuk utang untuk mengetahui apakah utang yang kamu miliki merupakan utang konsumtif atau produktif.

“Jangan sampai kita mewariskan utang. Seperti KPR, itu kan utang yang dalam jangka panjang dan besar jumlahnya. Itu kalau bisa diproteksi sehingga ketika terjadi risiko tutup usia, utang tersebut bisa lunas, kita tidak wariskan ke keluarga kita selanjutnya,” tutur dia. Selanjutnya, miliki proteksi atau asuransi yang sesuai dengan kebutuhan.

Untuk itu, PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life) menginisiasi kampanye #BetterSandwichGen – Dimulai Dari Kamu. Melalui kampanye ini, Astra Life mengajak para generasi sandwich memulai perubahan dengan memiliki perencanaan keuangan yang baik. Tidak hanya menabung dan berinvestasi, tetapi juga memiliki asuransi jiwa.

“Kami menghadirkan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses produk perlindungan jiwa dan kesehatan untuk menjadi generasi sandwich yang lebih baik. Semoga gerakan ini dapat disambut positif oleh masyarakat, karena kami percaya semakin banyak generasi sandwich yang memulai perubahan menjadi generasi sandwich yang lebih baik dengan kesiapan finansial, kita bisa menciptakan generasi yang cerdas finansial dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa di masa depan,” ujar Windawati Tjahjadi, Presiden Direktur Astra Life.

Kampanye #BetterSandwichGen juga merupakan bentuk dukungan Astra Life dalam program Bulan Inklusi Keuangan 2021 yang dicanangkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selama bulan Oktober hingga November 2021. Berbagai rangkaian kegiatan dilakukan melalui platform interaktif seperti media sosial Instagram dan Twitter dalam bentuk webinar/talk show serta konten edukatif lainnya untuk menyadarkan Sandiwch Generation dalam memiliki kesiapan finansial dan juga untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan bagi masyarakat umum. “Dimulai dari kamu dengan menjadi Sandwich Generation yang lebih baik saat ini,” tutur Windawati.

Astra Life menyediakan rangkaian produk perlindungan yang dapat menjadi solusi untuk kebutuhan generasi sandwich dengan manfaat menyeluruh melalui produk asuransi jiwa yang dikaitkan dengan investasi (unit link) yang dipasarkan melalui jalur distribusi Bank dan Direct Business Astra Life maupun produk asuransi jiwa dan kesehatan tradisional dengan kemudahan layanan digital yang dapat di akses melalui e-commerce milik Astra Life serta aplikasi mobile banking PermataMobileX.

Pada Kuartal III tahun 2021 Astra Life telah melayani lebih dari 3,3 juta tertanggung. Juga, didukung oleh ribuan penyedia layanan kesehatan di seluruh Indonesia yang menjadi mitra perusahaan. Total aset sebesar Rp. 6,9 triliun dan tingkat solvabilitas / Risk Based Capital (RBC) di angka 274% (untuk asuransi jiwa konvensional). Angka RBC tersebut berada di atas ketentuan minimum Otor OJK sebesar 120%.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved