Trends

Menunggu Komitmen Pemerintah di Industri Sagu

Ki-Ka: Wakil Dirut ANJ Geetha Govindan, Preskom ANJ Adrianto Machribie, dan Dirut ANJ Lucas Kurniawan.

Ancaman akan terjadinya krisis pangan dunia bukanlah isapan jempol. Kini negara-negara saling berlomba mengamankan pasokan pangan bagi penduduknya melalui berbagai strategi. China, misalnya, banyak menggelontorkan investasi agrobisnis ke Afrika, tentunya juga dalam rangka mengamankan pasokan pangan buat penduduknya. Maklum negara Tirai Bambu ini masih memegang rekor sebagai negara berpenduduk terbesar di dunia yang mencapai 1,426 miliar pada 2022.

Presiden Jokowi juga berulangkali menekankan bahwa Indonesia harus membangun ketahanan pangan. Salah satunya adalah dengan program diversifikasi pangan. Tapi, inilah persoalan klasik bagi Indonesia, yaitu adanya kebergantungan penduduknya pada makanan pokok beras. Ini bukan persoalan baru tetapi sudah menjadi tantangan di hampir sepanjang zaman. Dan sayangnya hingga kini tantangan itu tak kunjung bisa diatasi. Ketergantungan akan beras sebagai bahan makanan pokok bisa mengancam ketahanan pangan nasional dikarenakan adanya konversi terus-menerus lahan sawah menjadi lahan perumahan, industri, dan sarana komersial lain.

Potensi Besar Sagu

Salah satu sumber karbohidrat non beras yang bisa diandalkan Indonesia adalah sagu, selain tentunya jagung, tapioka, ubi-ubian, sorgum, dll. Di sini, sagu perlu menjadi prioritas karena potensinya yang luar biasa. Di Indonesia areal sagu membentang luas di sejumlah wilayah. Beberapa provinsi yang memiliki banyak areal sagu, antara lain Papua, Papua Barat, Maluku, Riau, Kepulauan Riau, dan sejumlah provinsi lain. Mengutip informasi dalam buku “Sagu Papua untuk Dunia”, Indonesia memiliki cadangan sagu terbesar di dunia. Diperjelas oleh sumber Flach (1977), luas areal sagu di Indonesia diperkirakan mencapai 5,5 juta hektar lebih.

Berbeda dengan sumber karbohidrat lain seperti jagung, singkong, sorgum, dan ubi-ubian yang merupakan tanaman semusim, sagu adalah jenis tanaman tahunan yang bisa terus beranak- pinak sendiri setelah induknya ditebang untuk diambil patinya. Rumpun tanaman sagu ini tak ubahnya dengan rumpun pohon pisang yang mudah berkembang biak secara mandiri.

Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki sejumlah kelebihan. Antara lain memiliki sifat prebiotik sehingga baik untuk kesehatan pencernaan. Selain itu, sagu merupakan sumber karbohidrat yang bebas gluten sehingga aman untuk penderita celiac dan intoleransi gluten, serta rendah akan indeks glikemik yang dapat menjaga kadar gula darah yang seimbang dalam tubuh.

ANJ Garap Sagu di Papua Barat

Salah satu perusahaan yang serius menggarap agrobisnis sagu adalah PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJ) melalui anak perusahaan PT ANJ Agri Papua. Perusahaan ini mengelola pemanenan sagu di Papua Barat sejak 2010 pada area konsesi seluas 40.000 hektar dimana sebanyak 8.150 hektar dialokasikan sebagai areal konservasi. ANJ merupakan perintis pemanenan sagu dari hutan sagu alam dan perintis pemrosesan tepung sagu skala komersial modern yang pertama di Papua. Dengan memperkerjakan 262 karyawan, saat ini ANJ memproduksi 400-500 tepung sagu per bulan. Jumlah ini mencapai 30-40% dari kapasitas produksi maksimal. Adapun jumlah produksi tepung sagu per hektarnya mencapai 3-4 ton.

Dalam proyek ini, pati sagu yang diproduksi ANJ diproses dari pohon sagu alami yang tumbuh di rawa-rawa di area hutan konsesi. Dengan demikian, ANJ dapat melakukan proses pemanenan yang berkelanjutan dengan menerapkan pemanenan selektif. Hal ini memungkinkan pohon sagu untuk tumbuh kembali secara alami karena hanya memanen sagu dari pohon yang telah mencapai usia matang. Untuk menjaga kelestarian ANJ juga melakukan penggantian pohon sagu yang telah dipanen serta menanami lahan kosong yang terbuka dengan bibit berupa anakan yang dipilih dari tanaman sagu sekitarnya.

Proyek Terus Merugi, Terancam Berhenti

Namun ironisnya, kendati penjualan ritel tepung sagu ANJ terus meningkat, bagi ANJ pengelolaan industri sagu menyimpan cerita sedih. Mulai beroperasi sejak 2010 dan mulai berproduksi pada 2016, hingga 2022 proyek sagu ANJ terus mengalami kerugian. Jumlahnya tak main-main. Diakui Dirut ANJ Lucas Kurniawan, kerugiannya mencapai US$ 5 juta per tahun. “Pada suatu saat angka merah ini tidak bisa lagi kami pertanggungjawabkan kepada pemegang saham, sehingga pada suatu titik kami harus menyerah,” jelas Lucas di acara bincang santai dengan pemimpin redaksi media (24 Januari 2023). Menurut Lucas, ini sangat disayangkan karena sagu merupakan cadangan untuk ketahanan pangan nasional yang merupakan program strategis nasional.

Menurut Lucas, beroperasi sebagai pioner di wilayah Papua Barat, tantangan yang dihadapi ANJ adalah minimnya ketersediaan infrastruktur. Sebagai misal untuk pengadaan sarana telekomunikasi, pihaknya perlu membayar ekstra mahal agar operator seluler mau membangun menara BTS di sana. Sementara itu untuk transportasi pihaknya menyewa kapal boat dari masyarakat, dan ironisnya masyarakat yang mau pergi ke kota juga ikut menumpang boat secara gratis. Dari sisi operasional perusahaan, pelbagai hal tersebut menyebabkan biaya tinggi. “Sebagai swasta tentunya kami memiliki keterbatasan. Seharusnya berbagai infrastruktur ini disiapkan pemerintah,” jelasnya.

Oleh karena itu Lucas mengharapkan dukungan nyata dari pemerintah agar program strategis sagu ini dapat terus berjalan, yaitu dengan menyiapkan infratruktur seperti jalan dan sarana telekomunikasi, serta dukungan dari sisi perpajakan. ANJ, menurut Lucas, juga membuka pintu bagi investor lain yang tertarik berkolaborasi. “Dari tahun 2010 sampai sekarang kami terus melakukan riset dan pengembangan terutama bagaimana mengelola sagu yang berasal dari hutan alam. Kalau ada mitra apakah itu lokal atau asing, yang penting memiliki visi-misi dan value yang sama dengan kami, maka kami bisa berkolaborasi,” jelas Lucas.

Menurut Lucas, sebagai perusahaan yang beroperasi di Papua dimana lahannya adalah milik masyarakat, perusahaan harus menghormati dan menghargai hak-hak masyarakat setempat. Di luar itu perusahaan juga harus punya komitmen terhadap pengembangan dan edukasi terhadap masyarakat.***


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved