Trends Covid 19

Mewaspadai Dampak Long Covid

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto (Dok. Humas Kota Bogor)
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto (Dok. Humas Kota Bogor)

Meski sudah sekitar delapan bulan dinyatakan negatif Covid-19, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto yang menjadi pasien Covid 001 di Kota Bogor masih sering merasa mudah lelah sehingga ia perlu membatasi jam aktivitasnya. Hal lain yang ia rasakan adalah sering merasa seperti ada demam (meriang) walau suhu tubuhnya normal. “Tapi kalau terus dibawa lari atau nggowes sepeda, rasa demam itu akan hilang,” ujar Bima dalam talkshow yang diselenggarakan Satgas Penanganan Covid-19 pada 4 Desember 2020.

Kondisi belum pulih 100% juga dirasakan penyintas Covid-19 Dr. drh. Eko Sugeng Pribadi yang pada akhir Oktober lalu sudah dinyatakan negatif Covid-19. Namun, pada awal Desember Eko masih merasakan sejumlah keluhan, seperti belum bisa bernapas panjang dan dalam, masih sering batuk yang diikuti sesak napas, dan kaki masih terasa lemah.

“Tapi, yang saya nilai paling parah adalah kaki yang masih lemah sehingga saya belum bisa naik tangga,” tutur Eko. Lektor Kepala Divisi Mikrobiologi Medik Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor ini hadir secara virtual dalam talkshow Satgas bersama Bima Arya.

Laporan WHO tentang efek jangka panjang Covid-19 yang dipublikasikan pada 9 September 2020 menyebutkan, Covid-19 dapat menyebabkan penyakit berkepanjangan bagi sebagian orang. Beberapa gejala mungkin menetap atau berulang selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan setelah pemulihan awal.

Hal itu juga bisa terjadi pada penderita Covid-19 dengan gejala ringan. Dalam survei yang dilakukan melalui telepon ditemukan 35% dari orang yang pernah terpapar Covid-19 belum pulih kesehatannya seperti semula pada 2-3 minggu setelah dinyatakan negatif Covid-19.

Menurut Dr. dr. Agus Dwi Susanto SpP(K), Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, istilah long Covid sebelumnya dikenal sebagai post Covid syndrome atau cronic Covid. Kini WHO juga memperkenalkannya sebagai long Covid. “Belakangan ini gejala long Covid sedang marak dibahas oleh praktisi kesehatan,” ujar Agus dalam talkshow yang diselenggarakan Satgas Covid-19 pada tanggal yang berbeda.

Dijelaskan Agus, long Covid merupakan suatu kondisi atau gejala yang muncul pada pasien yang sudah dinyatakan sembuh. Adapun gejala yang paling banyak ditemukan yaitu kelelahan kronis, sesak napas, berdebar-debar yang terkait dengan jantung, nyeri sendi, nyeri otot, dan gangguan psikologis termasuk depresi pasca-Covid-19. “Gejala ini bisa muncul berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bisa menetap,” katanya.

Long Covid, menurut Agus, bukan disebabkan oleh virus yang masih menetap. “Virusnya sendiri sudah hilang begitu orang dinyatakan negatif Covid,” katanya. Lalu? “Dalam kedokteran, hal seperti ini disebut sequelae, yaitu gejala sisa yang dirasakan oleh pasien yang sudah sembuh,” tambahnya. Hal ini bisa terjadi karena pada beberapa orang yang sakit telah timbul kelainan yang menetap secara anatomi, yang akhirnya memengaruhi secara fungsional.

Dr. dr. Agus Dwi Susanto SpP(K), Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (Foto: BNPB).

Sebagai dokter paru-paru, Agus sering menemukan adanya fibrosis atau kekakuan pada jaringan paru yang sifatnya menetap, bisa 2-3 bulan. “Fibrosis ini menyebabkan oksigen tidak bisa masuk sehingga pasien merasa napasnya berat atau sesak napas. Dalam tes uji fungsi paru ditemukan adanya penurunan fungsi paru antara 20% dan 30%,” paparnya.

Yang perlu dicermati, gejala long Covid ini bisa muncul pada semua populasi. Namun, lanjut Agus, pasien yang memiliki penyakit dasar atau yang dikenal sebagai komorbid, seperti penyakit jantung dan paru-paru kronis, akan lebih mudah mengalami long Covid. Lebih-lebih pada pasien paru-paru dan jantung yang punya kebiasaan merokok.

Bagaimana Covid-19 bisa menyebabkan gangguan pada fungsi jantung, berikut penjelasan Dr. dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K), Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Menurut Isman, ketika orang terinfeksi Covid-19, akan ada fase peradangan di paru-paru yang menyebabkan kadar oksigen dalam darah berkurang. Kekurangan kadar oksigen atau yang disebut hipoksia ini bisa menyebabkan cardiac injury atau cedera pada jantung.

Menurut Isman, pompa jantung normal adalah sekitar 60-80 kali per menit. “Tapi, adanya hipoksia akan menurunkan kemampuan jantung untuk memompa,” ujarnya. Dampak selanjutnya adalah terjadinya pengisutan pembuluh darah, terutama di paru-paru. Diperlukan waktu bagi pasien pasca-Covid-19 untuk memulihkan otot-otot ini. Ia berpesan kepada para pasien jantung agar tidak sampai terkena Covid-19 karena penanganannya akan semakin berat.

Mencegah Munculnya Gejala Long Covid

Agus menjelaskan sejumlah langkah yang bisa ditempuh para penyintas Covid-19 agar terhindar dari gejala long Covid. Yang pertama, menjaga pikiran agar tidak stres dengan, misalnya, memiliki positive thinking dan terus bersemangat.

“Dengan pikiran yang tenang, napas akan menjadi slow dan ini akan memengaruhi membaiknya fungsi organ-organ vital seperti jantung,” ujarnya. Sebaliknya, stres bisa menyebabkan pompa jantung menjadi berat.

Selanjutnya disarankan untuk menjalani latihan fisik atau beraktivitas, dimulai dari yang paling ringan seperti aerobik, jalan kaki, bersepeda, dll. yang terus ditingkatkan porsi dan kecepatannya. Hal lain yang tak kalah penting adalah mengonsumsi makanan bergizi empat sehat lima sempurna. Agus juga menyarankan agar pasien yang sudah sembuh dari Covid-19 untuk stop merokok.

Jika hal-hal di atas dilakukan, diharapkan dalam sebulan setelah dinyatakan sembuh/negatif dari Covid-19, para penyintas sudah bisa fit kembali seperti sebelum terkena Covid-19. Namun, jika masih merasakan adanya gejala long Covid, disarankan untuk cek ke dokter. (*)

Sujatmaka

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved