Management Technology Trends

MTF Agresif Investasi di Layanan Digital

MTF Agresif Investasi di Layanan Digital

Anak perusahaan Bank Mandiri di bidang pembiayaan, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) getol melakukan berbagai pembenahan di bidang digital. Perusahaan tersebut tak ragu menginvestasikan dana miliaran rupiah guna keperluan digitalisasi layanan.

Direktur Pemasaran Mandiri Tunas Finance (MTF), Harjanto Tjitohardjojo, mengungkapkan, MTF punya segudang rencana ke depan. Rencana tersebut terbagi menjadi dua tahap, yaitu pemanfaatan teknologi untuk aktivitas branding, dan tahap selanjutnya pemanfaatan teknologi untuk aktivitas selling.

Per April lalu, MTF sudah meluncurkan MTF Mobile Application di andoroid dan juga IOS. Kehadiran MTF mobile apllication, akan menjadi cikal bakal digitalisasi layanan di perusahaan pembiyayaan tersebut. “Saat ini App tersebut sifatnya masih untuk keperluan branding yang sifatnya kemudahan informasi, ke depan bila payung brandingnya sudah cukup kuat, maka bisa menjadi wadah selling,” imbuhnya.

Untuk sekadar diketahui MTF mobile aplication saat ini memberi kemudahan informasi mengenai katalog kendaraan. Dengan mengunduh aplikasi tersebut. calon pembeli kendaraan bisa mensimulasikan perhitungan kredit dengan menggunakan program-program pembiyayaan yang dimiliki MTF. Di aplikasi tersebut, berbagai katalog kendaran telah dilengkapi informasi mengenai spesifikasi kendaraan beserta harganya. Para mitra dealer dan calon pembeli, tidak perlu lagi repot-repot melakukan perhitungan manual. “Jadi memudahkan dealer dan calon pembeli,” ungkapnya.

img-20160922-wa0000

Direktur Pemasaran Mandiri Tunas Finance (MTF), Harjanto Tjitohardjojo

Ke depan berbagai fitur juga akan dihadirkan di aplikasi tersebut. MTF saat ini sedang menyiapkan fitur yang bersifat lebih personal semisal reminder pembayaran angsuran, reminder jatoh tempo STNK, dan historical pembayaran angsuran. MTF akan membuat aplikasi mobilenya bisa punya daya tarik dengan memberikan akses terhadap program-progam loyalti dan juga aktifitas-aktifitas promosi. “Hampir semua perusahaan sekarang punya app, tapi kami sedang merumuskan bagaimana agar MTF app ini bisa efektif digunakan terus menerus,” ujarnya.

Ia mengatakan kata kunci ‘life style’ menjadi fokus utama pengembangan aplikasi MTF ke depannya. Ia punya cita-cita, aplikasi tersebut menjadi sesuatu yang melekat pada setiap individu, tidak hanya sekedar aplikasi musiman, atau yang digunakan sementara kemudian di uninstall. “Sudah saya godok caranya, tapi masih kami rahasiakan, agar tidak kedahuluan kompetitor,” ia berkelakar.

Selain melakukan branding lewat Aplikasi, MTF juga agresif melakukan branding menggunakan channel-channel lainnya. Ia mengemukakan beberapa bulan lalu memamfaatkan Google banner untuk aktivitas branding perusahaan. “Hasilnya positif, kami mendapatkan jutaan visitor dari banner tersebut,” ungkapnya.

Selain menggunakan Google banner, MTF juga memamfaatkan Google Search Engine Marketing (SEM) untuk meningkatkan popularitas MTF di mesin pencarian google. Pada ajang pameran GIIAS Agustus lalu, ia mengungkapkan sengaja memamfaatkan SEM agar situs MTF berada diurutan paling atas ketika seseorang melakukan pencarian yang berhubungan dengan kredit mobil.

Ia mengemukakan hasilnya cukup memuaskan. Per Agustus lalu, situs MTF dikunjungi lebih dari 80.00 ribu orang. “Padahal biasanya hanya 25.000 orang,” ungkapnya. MTF juga bisa mencapai target. Secara keseluruhan MTF memperoleh sebanyak 2119 surat pesanan kendaraan (SPK) dari target yang hanya sebesar 1500.

Mempersiapkan infrastruktur e-commerce

Adanya pergeseran mengenai cara orang membelanjakan uangnya melalui saluran digital, menuntut MTF untuk beradaptasi. Ke depannya MTF punya target bisa memfasilitasi kredit kendaraan secara digital atau online. Secara gamblang Harjanto mengungkapkan rencana MTF merambah e-commerce. Ia mengatakan nantinya MTF mobile app bisa dipergunakan untuk kegiatan selling online.

Ia percaya bahwa nantinya masyarakat Indonesia akan mulai menggunakan saluran online untuk pembelianmobil kendaraan. Di India ia mengungkapkan sudah 11,6 persen masyarakatnya melakukan kredit kendaraan via online. “Indonesia hanya menunggu waktu,” ungkapnya.

Keberadaan e-commerce ini ia katakan bisa menjadi game changer dari cara-cara terdahulu dengan menggunakan konsep pemasaran push strategy. Di push strategy umumnya perusahaan pembiyayaan bekerja sama dengan para dealer secara b2b (bussines to business) . Calon pembeli biasanya akan diarahkan/promosikan oleh dealer untuk mendatangi perusahaan pembiayayaan tertentu. “Bargaining position kami lemah di di sini, dealer yang punya bargaining tinggi. Tapi bila sudah e-commerce, maka hal tersebut akan berubah,” ungkapnya.

Baca juga:

Menikmati Seksinya Digital Marketing

Strategi Sharp Bertarung di era Digital


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved