Trends

Nihil Permintaan di Jabodetabek, Harga Telur Anjlok

Ilustrasi pekerja merapikan telur di sebuah gudang.

Harga Telur ayam ras di level peternak anjlok menjadi Rp 16-17 ribu per kilogram. Ketua Presidium Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi mengatakan harga telur merosot karena tidak terserap oleh pasar, khususnya di Jabodetabek dan Bandung.

“Permintaan dari pedagang Jabodetabek dan Bandung tidak ada. Peternak jadi panik karena produksi terus berjalan,” ujar Musbar saat dihubungi Tempo, Senin, 25 Januari 2021.

Tidak terserapnya komoditas membuat stok di gudang menumpuk. Selain berakibat pada turunnya harga, rendahnya penyerapan mengakibatkan kapasitas gudang tak mampu menampung stok telur yang ada.

Menurut Musbar, permintaan pedagang Jabodetabek dan Bandung kepada peternak menurun 20-30 persen sejak awal tahun. Di saat yang sama, peternak kesulitan menyalurkan telur ke daerah tujuan lain seperti Indonesia timur. Sebab, saat ini permintaan di Indonesia timur juga sangat rendah.

Kondisi tersebut menyebabkan harga komoditas terus melorot di bawah harga normal. Semestinya, harga telur di tingkat peternak berkisar Rp 19-20 ribu.

Anjloknya harga telur di level peternak diikuti penurunan harga komoditas di pasar. Di tingkat retail, harga telur per kilogram saat ini dipatok seharga Rp 23-24 ribu per kilogram. Sedangkan di PD Pasar Jaya dijual lebih rendah, yakni Rp 21-23 ribu per kilogram.

“Padahal minggu lalu masih Rp 26-27 ribu per kilogram,” ucap Musbar.

Menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional atau PHIPS, harga telur per kilogram di Pulau Jawa berkisar Rp 21-22 ribu. Sementara itu, harga telur di Sumatera lebih tinggi mencapai Rp 25 ribu, di Sulawesi hingga Rp 29 ribu, dan di Nusa Tenggara sebesar RP 25-28 ribu. Harga tertinggi tercatat di Kalimantan Utara, yakni mencapai Rp 57 ribu per kilogram.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved