Management Trends

Optik Tunggal Himbau Masyarakat Tidak Percaya Kacamata Ion

Karyawan Optik Tunggal juga bertindak sebagai konsultan kastemer

Memiliki mata sehat dan mampu melihat dengan baik adalah harapan semua orang. Untuk memiliki penglihatan yang sempurna kadang orang-orang lebih memilih jalan pintas tanpa tahu akibat yang akan dihadapi. Salah satu fenomena sehat cara instan yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini adalah kacamata ion.

Jika Anda mencari “kacamata ion” di search engine, maka akan banyak bermunculan website dan link market place yang menjual kacamata ion secara online. Secara percaya diri kacamata ion memproklamirkan dirinya sebagai alat kesehatan mata yang mampu mengeluarkan gelombang ion dan sinar infra merah gelombang jauh yang bermanfaat bagi kesehatan mata, apalagi jika dipakai selama 8 jam sehari.

Kondisi medis yang diklaim dapat diobati dengan kacamata ion adalah kelainan refraksi (mata minus atau plus), silinder, mata kering, buta warna, diabetik retinopati, glaukoma, hingga katarak. Menghadapai banyaknya masyarakat yang terlanjur percaya dengan kacamata ion, dr Gitalisa Andayani Sp.M (K) mengatakan penyakit mata seperti katarak itu terjadi pada anatomi mata. Sedangkan untuk buta warna adalah penyakit kongenital (bawaan lahir), sehingga penggunaan kacamata ion tidak bisa memberikan kesembuhan.

“Kacamata ion belum terbukti secara medis sehingga belum dapat dipercaya atas semua klaim manfaatnya, sehingga dihimbau bagi masyarakat untuk tidak mudah percaya,” kata dr Gitalisa Andayani Sp.M (K) di sela perayaan HUT 90 tahun Optik Tunggal di Jakarta (15/11/2019)..

Ia menyarankan apabila sudah terdeteksi memiliki penyakit mata, sebaiknya lakukan pemeriksaan dengan dokter mata sedangkan untuk miopi atau hipermetropi harus diperiksa di optic dan diberi alat bantu penglihatan seperti kacamata.

Menanggapi pemberitaan mengenai maraknya kacamata ion, Alexander F. Kurniawan, Chairman Optik Tunggal, juga menyanyangkan terjadinya fenomena ini. “Seharusnya masyarakat lebih bijak lagi dalam menghadapi penyakit mata. Jika terjadi katarak, glaukoma, diabetik retinopati hanya bisa diobati melalui tindakan medis dan obat-obatan,” katanya.

Namun kelainan mata seperti minus atau plus, harus memakai kacamata, soft lens atau ortho-K maupun tindakan lasik. “Optik Tunggal memiliki alat pengecekan berteknologi tinggi yang bisa melakukan pengecekan mata secara akurat untuk kelainan rekfraksi pada mata maupun indikasi seperti dry eyes, glukoma, katarak dan keluhan mata lainnya secara gratis,” kata Alexander.

Slain itu, Optik Tunggal juga bisa memberikan pilihan lensa terbaik untuk masing – masing individu dengan kebutuhan penglihatan yang berbeda tergantung gaya hidup masing-masing. Sudah seharusnya gangguan dan penyakit mata ditangani sesuai dengan kondisi dan penyebabnya. Masyarakat perlu peka dan perlu menanyakan ke dokter atau optik yang terpercaya untuk kebenaran klaim tersebut.

Dalam kesemptan itu, Alexander mengungkapkan, tahun 2019, Optik Tunggal merayakan hari jadinya yang ke-90 tahun. Perserioan terus aktif menggarap pasar pengguna kacamata ini dengan layanan modern, produk berkualitas untuk segmen menengah dan atas serta ekspansi. Tak heran jika sekarang Optik Tunggal dapat bertahan hingga tiga generasi.

Optik Tunggal didirkan oleh Suganda Kurniawan yang membuka toko perdananya di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Bisnis keluarga ini dilanjutkan oleh sang anak yang bernama Michael Winata Kurniawan. Dan kini, Optik Tunggal di bawah kendali generasi ketiga yang dipimpin oleh Alexander F. Kurniawan. “Tahun 2020 kami akan membuka 9 outlet Optik Tunggal,” ujar dia.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved