Trends

P2MI Luruskan Hoaks tentang MSG Lewat ‘Cinta Pakai Micin Why Not?’

Monosodium Glutamat (MSG) atau biasa yang dikenal sebagai micin, adalah salah satu penyedap rasa semua masakan yang terbuat dari garam natrium dan asam glutamat. Semua orang sepertinya sudah tahu apa itu micin, juga pernah merasakan sedapnya masakan yang menggunakan micin.

Asam glutamat pada micin dapat memberikan rasa gurih yang berbeda dari penyedap makanan lainnya. Berdasarkan sejarahnya, MSG pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1908 oleh seorang profesor bernama Kikunae Ikeda. Kikunae mengekstrak dan mengkristalkan glutamat dari kaldu rumput laut untuk dijadikan butiran MSG.

Banyak yang mengatakan bahwa micin dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti pemicu terjadinya kelebihan berat badan (obesitas), kanker, hingga disebut sebagai penyebab kebodohan. Namun, apakah benar pernyataan tersebut? Bertujuan untuk memberikan informasi yang benar mengenai MSG dan bertepatan dengan momen Bulan Ramadan, P2MI mengadakan silaturahmi melalui media workshop yang bertajuk ‘Cinta Pakai Micin, Why Not?’

“Masih banyak tanggapan miring beredar di masyarakat mengenai micin ini. Konsern dengan hal tersebut, P2MI yang beranggotakan PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, dan PT Daesang Ingredients Indonesia berinisiatif memberikan informasi yang benar mengenai amannya mengonsumsi MSG lewat media workshop yang menghadirkan pembicara Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah yang merupakan Dosen Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor yang juga dimeriahkan dengan demo masak sambil bersilahturahmi bersama”, ujar Satria Gentur Pinandita, Ketua Bidang Komunikasi Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) .

Menurut Satria, MSG aman dikonsumsi oleh semua tahapan usia. Kadar keamanan MSG dijelaskan pada Permenkes dan BPOM. Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan menjelaskan bahwa MSG dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan. Sifatnya tidak menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan dengan batasan pemakaian secukupnya. Bahkan lembaga internasional seperti Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organisation (WHO) juga telah memverifikasi keamanan MSG.

“MSG mempunyai rasa, yaitu rasa umami yang merupakan rasa dasar kelima, selain asin, asam, manis dan pahit, karena MSG memiliki reseptor sendiri pada permukaan lidah dan aman dikonsumsi. Hoaks yang beredar di masyarakat mengenai micin adalah tidak benar. MSG atau micin MSG memiliki acuan nilai asupan harian (ADI) sebagai not specified atau tidak dinyatakan, ini berarti MSG adalah bahan yang aman

“Bahkan kenyataannya, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur. MSG mengandung 12% Na, sedangkan garam dapur 39%. Artinya, kandungan Na di MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi Natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur”, ujar Prof Dede.

Saat ini, beberapa produk makanan mengaku tanpa ada penambahan MSG, dan hanya mengandung jamur, yeast dan sebagainya. Namun, secara ilmiah, produk makanan ini sebenarnya juga mengandung asam glutamate yang juga terkandung dalam MSG, bahkan produk makanan ini dijual dengan harga yang lebih mahal dari MSG.

“Khusus untuk menjelaskan perihal tersebut kami mengundang Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah untuk memberikan penjelasan lebih jelas agar media dapat memberikan informasi yang benar dan berimbang kepada masyarakat supaya tidak tertipu”, ujar Doddy S. Widodo, Ketua P2MI.

Melalui acara ini, terungkap stigma negatif yang selama ini melekat pada micin adalah tidak benar. Bahkan nyatanya micin merupakan material yang juga bermanfaat. P2MI berharap, melalui kegiatan edukasi ini masyarakat dan terinformasikan mengenai amannya mengonsumsi MSG dan tidak lagi khawatir dalam menambahkan micin pada masakan.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved