Marketing Trends

Peluang Usaha Kuliner Saat Krisis Akibat Pandemi Covid-19

Tri Indah Lestari, Owner & CEO Dunots Indonesia (tengah)

Selama pandemi Covid-19, bisnis kuliner menjadi pilihan tepat bagi sebagian masyarakat yang mengalami pemangkasan salari atau bahkan yang harus menghadapi PHK. Namun bagi yang sama sekali belum punya pengalaman bisnis, kerap bingung bagaimana memulainya, akhirnya modal yang dimiliki lekas menguap karena salah pilih usaha.

“Bisnis donat sangat menarik dan menjanjikan karena makanan ini dapat dinikmati setiap hari, dan penikmatnya luas segmennya dari anak-anak hingga orang tua. Memang pemainnya banyak, tapi ini justru menunjukkan bahwa bisnis ini sangat menjanjikan. Donat sudah jadi makanan favorit masyarakat, jadi tidak susah untuk mengedukasinya,” kata Tri Indah Lestari, Owner & CEO Dunots Indonesia.

Tri yang memiliki latar sebagai profesional di bidang bakery lebih dari 23 tahun telah melakukan riset pasar jauh sebelum ia mendirikan usaha sendiri. “Saya sudah riset real market sudah banyak testimoni. Dari situ sudah tahu masyarakat menyukai produk Dunots,” imbuhnya.

Ia mengungkapkan bahwa karena permintaan pelangganlah yang makin mendorongnya membuka peluang usaha bagi masyarakat ini melalui Program Kemitraan Kios Dunots & Reseller Dunots. “Banyak banget yang minta dibukakan Kios Dunots melalui kemitraan dan reseller,” ujar Tari. Untuk memenuhi permintaan tersebut, Tari pun membuka peluang kemitraan, dengan modal mulai dari Rp. 75 juta dalam bentuk kios. Untuk menjadi Reseller cukup membayar Rp 500 ribu sudah termasuk biaya adminsitrasi dan produk yang siap jual.

Melihat potensi yang menjanjikan dan pengalaman yang dimiliki, Tari menciptakan ceruk pasar baru dalam konsep kios yaitu donat krispi yang diberi nama Dunots. Berbeda dengan donat lainnya, Dunots memiliki tampilan dan tekstur unik yang dilapisi dengan krispi dan diisi dengan aneka toping dan filling dengan berbagai rasa menambah enak rasa Dunots. Saat ini produknya diolah di rumah produksi, namun tetap menawarkan kualitas rasa yang tidak kalah dengan donat yang sudah memiliki nama besar. “Donat krispi, tapi juga benar-benar soft. Tidak menggunakan bahan pengawet, dan menggunakan ingredien berkualitas tinggi,” jelas Tari.

Per paket Dunots saat ini ditawarkan dengan harga Rp.35 ribu untuk setengah lusin (6 pcs). Dengan harga yang cukup terjangkau itu Tari menyasar kalangan menengah ke bawah (midle low), yang menurut Tari pasarnya lebih besar dibanding midle up. Namun dengan keunikan, kualitas produk dan rasa berkualitas premium menjadikan Dunots juga cukup menarik bagi masyarakat kelas atas. Menurut Tari, Dunots yang diproduksi di Sawangan, Depok ini saat ini telah dipasarkan secara offline dan online mengikuti tren perilaku konsumen di Indonesia.

“Dunots merupakan pilihan bisnis yang menjanjikan, bisnis ini memiliki cost produksi yang kecil, memiliki margin yang tinggi dan modal yang relatif tidak besar. Mitra Dunots, juga akan dibekali training, panduan mengelola usaha dan akan dipasang teknologi point of sales (POS) atau sistem kasir yang bisa di akses melalui smartphone, sehingga mitra bisa kontrol penjualan, gross profit melalui smartphone,” terang Tari.

Hingga akhir tahun 2020 ini, Tari mentargetkan akan membuka 20 outlet Dunots dan untuk jangka waktu 3 tahun kedepan akan membuka 100 gerai mitra dan milik pusat di berbagai kota di Jawa, Bali dan Sumatera. Tari menggunakan website dan akun media sosial seperti Instagram @donuts.id untuk menyebarkan informasi tentang kemitraan Dunots Indonesia.

Diakui oleh Tari, pasar donat saat ini dikuasai oleh dua nama besar yang jaringannya sudah sangat luas dan namanya sangat dikenal masyarakat. Namun dengan peluang kemitraan yang dibuka oleh Dunots, bukan tidak mungkin akan menjadi brand dengan jaringan yang luas di pasar donat tanah air.

Yang dibutuhkan untuk membuat jaringan yang luas dan brand yang besar, menurut Tari adalah Produk yang diterima pasar, kreatifitas marketing, point of sales yang memudahkan untuk mengontrol bisnis, Sistem yang unggul, SDM yang pengalaman, komunikasi dan komitmen antara prinsipal selaku pemilik brand dan mitra sebagai kepanjangan tangan prinsipal di daerah.

“Yang penting komunikasi dan komitmen, maka prinsipal dan mitra akan berkembang dengan baik,” ujar Tari. Dengan pengalaman panjang di dunia bakery, Tari meyakini bisnis Dunots akan menjadi makanan yang digemari oleh masyarakat. Dengan demikian peluang kemitraan yang ditawarkan pun akan menjadi bisnis yang menjanjikan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved