Trends

Pembangunan PLTA Harus Berkelanjutan

Wiluyo Kusdwiharto, Direktur Mega Projek dan Energi Baru Terbarukan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mengatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) itu harus berkelanjutan. “Bagaimana mungkin PLTA itu beroperasi terus bila catchment areanya rusak? Tidak mungkin itu terjadi padahal nilai investasinya besar. PLTA Batang Toru ini dibangun sebagai peaker atau pemikul beban puncak,” tuturnya dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu.

Dr. Barita O. Manullang, pakar biodiversitas pada saat Dies Natalis Universitas Nasional ke-70, pernah mengatakan, dengan menunjukkan kepemimpinan dan regenerasi para pakar orangutan Indonesia ke dunia, maka asumsi-asumsi yang keliru mengenai orangutan dapat dihilangkan. Tentunya dengan dasar-dasar keilmuan yang tepat.

Selain isu orang utan yang dikemukan pada diskusi publik ini, PLN juga menampik keberpihakan kepada pelanggan industri daripada pelanggan rumah tangga. “Kalau berbicara tentang energi, maka itu harus berkeadilan. Artinya semua orang harus punya akses akan energi itu. Sebanyak 75 juta pelanggan PLN di Indonesia itu adalah rumah tangga,” tegas Wiluyo.

Hal ini tentunya menjawab pertanyaan tendensius para narasumber lainnya yang terlibat dalam investigasi kolaborasi beberapa waktu yang lalu. Hal ini terjadi karena pemahaman akan pembangunan PLTA Batang Toru tidak benar.

“Diskusi ini harus dilanjutkan per topik sehingga kita semua memiliki pemahaman yang sama, tidak mungkin hanya dibahas dalam waktu 15 menit saja. PLTA Batang Toru hadir untuk masyarakat di sekitarnya. Pemerintah punya komitmen zero emission, artinya listrik yang dihasilkan oleh PLTU-PLTU yang ada, harus digantikan. Di sanalah negara hadir lewat PLN,” ungkap Wiluyo.

Seperti yang kita ketahui kehadiran PLTA Batang Toru menimbulkan pro kontra. Meski, sejak tahun 2020 lalu, sebuah studi bernama Managing the Potential Threats of Tapanuli Orang Utan (Pongo Tapanuliensis) telah dilakukan dilakukan oleh Tim UNAS yang melibatkan sejumlah ahli orang utan dan pakar biodiversitas, antara lain: Dr. Jito Sugardjito, Dr. Barita O. Manullang dan Yokyok Hadiprakarsa dan dipimpin oleh Didik Prasetyo, PhD.

Pada studi tersebut disebutkan bahwa hanya 6 individu orang utan yang memiliki habitat inti di lokasi terdampak atau lokasi PLTA Batang Toru. Sementara jumlah tersebut hanya mewakili 0,8% dari estimasi total 700 individu yang ada di seluruh ekosistem Batang Toru. Dengan langkah mitigasi yang tepat, kehadiran PLTA Batang Toru justru dapat menjaga kelestarian orang utan Tapanuli dan tidak menyebabkan punahnya orang utan Tapanuli.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved