Management Trends zkumparan

Pemimpin Muda ASEAN Dukung Kemajuan Kawasan yang Berkelanjutan

Pemimpin Muda ASEAN Dukung Kemajuan Kawasan yang Berkelanjutan

Dunia yang lebih baik bisa diciptakan jika para pemimpin mudanya memiliki visi yang sama. Kawasan ASEAN membutuhkan pemimpin muda yang bukan saja memikirkan kemajuan negaranya, tapi mereka yang mendukung kemajuan kawasan yang berkelanjutan. Inilah yang dibangun secara konsisten oleh Singapore International Foundation (SIF) dan National Youth Council Singapura dalam programnya ASEAN Youth Fellowship (AYF).

Sebanyak 33 pemimpin muda ASEAN berkumpul di Singapura dalam kegiatan AYF, termasuk di antaranya 4 pemimpin muda Indonesia. Dalam sebuah wawancara khusus dengan beberapa dari mereka terungkap bahwa kawasan ASEAN yang lebih baik tak akan terwujud tanpa dukungan kaum mudanya dalam membantu mewujudkan kawasan yang berkelanjutan.

Untuk itulah pada salah satu bagian dalam kegiatan ini, mereka menyampaikan pandangannya kepada Tran Duc Binh, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN tentang apa yang bisa dilakukan kaum muda dalam mewujudkan visi tersebut. Mereka menyampaikan tentang pentingnya mengembangkan identitas, pemberdayaan pemuda dalam agenda pembangunan, dan memperkuat hubungan di antara para pemuda ASEAN.

Apa yang disuarakan ke-33 pemimpin muda ASEAN selaras dengan tema AYF yaitu Building a Sustainable Future, Together. Mereka menekankan tentang pentingnya persatuan dalam mempromosikan pembangunan sub-regional ASEAN, terutama dalam mempersempit kesenjangan pembangunan, meningkatkan daya saing dan konektivitas kawasan ASEAN, serta memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Para pemimpin muda tersebut juga menyoroti kebutuhan untuk meningkatkan peran generasi muda dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan untuk memastikan bahwa mereka siap untuk menghadapi tantangan global yang kompleks.

Menggaungkan yang dirasakan generasi muda di ASEAN, mereka juga menyarankan representasi dan konsultasi pemuda yang lebih besar di dalam pembuatan kebijakan. Mereka juga mendorong terwujudnya praktik pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, yang melengkapi kerangka ekonomi sirkular kawasan, serta memulai langkah generasi muda ASEAN untuk memfasilitasi peluang untuk berbagi pengetahuan dan kolaborasi lintas batas, terutama di bidang pemberdayaan pemuda, bimbingan, human security, teknologi digital, dan energi rendah karbon.

Sherilyn Chia, Assistant Manager, Impact Network SIF dan Pelaksana ASEAN Youth Fellowship 2021 mengungkapkan bahwa AYF sudah ketiga kali diselenggarakan namun tahun ini berbeda, karena kondisi pandemi COVID-19 dan peserta terpilih harus tinggal di Singapura, menyebabkan generasi muda yang bisa bergabung dalam kegiatan ini terbatas. Namun demikian, kegiatan ini memberikan kesempatan terutama pada 33 pemimpin muda terpilih bisa menjalin hubungan dan berbagi pengalaman mereka, yang diharapkan mereka bisa saling mendukung dalam mendorong perubahan positif di kawasan ini.

“Indonesia terpilih 4 pemimpin muda, namun mereka memiliki latar belakangan yang sangat kuat,” kata Sherilyn dalam sebuah wawancara khusus belum lama ini. Cynthia Handriani Wijaya saat ini menjabat sebagai Head of Business Development and Investor Relations di Daya Selaras Group. DSG merupakan pusat industri berkelanjutan yang menghubungkan lingkaran industri dari bahan kertas bekas ke kemasan karton berteksture melalui jaringan mitra dan/atau afiliasi mereka di sektor daur ulang kertas, kertas industri, karton berteksture dan logistik, sehingga membentuk rantai nilai.

Cynthia sangat tertarik dengan ekonomi sirkular, dan gerakan tanpa limbah yang bersifat berkelanjutan. Dia memimpin tim keberlanjutan perusahaan dan merintis proyek dengan sektor limbah informal, Indonesian Circular Economy Forum, universitas lokal, dan masih banyak lagi. Dia juga mengelola co-working space dan investasi kantor keluarga.

Jessica Sari Wa’u, pada Januari 2021 dipromosikan menjadi Deputy Director di Singapore Institute of International Affairs (SIIA). SIIA adalah ‘think tank’ independen yang menjalin kemitraan erat antar negara untuk pertumbuhan dan stabilitas di kawasan, melalui penelitian dan dialog. Jessica memimpin program ASEAN SIIA. Dia memberikan layanan konsultasi kepada perusahaan multinasional di Asia Tenggara berdasarkan analisisnya terhadap tren dan perkembangan kebijakan yang ada di kawasan tersebut.

Saat ini, Jessica tengah fokus untuk membangun program digitalisasi ASEAN SIIA, memberi usulan kolaborasi dengan pemangku kepentingan ekonomi digital untuk menawarkan penelitian dan analisis tentang “Charting ASEAN’s Digital Future Post-COVID-19” atau ‘Memetakan Masa Depan Digital ASEAN Pasca-COVID-19’.

Leon Patrick Sutanto, yang bekerja di salah satu perusahaan FMCG nasional terbesar di Indonesia. Ia terlibat dalam kegiatan yang diadakan oleh perusahaan tempatnya bekerja dengan UNICEF untuk meningkatkan akses air bersih dan sanitasi di Indonesia. Leon mendirikan dan memimpin divisi paduan suara di Catholic Fellowship Jakarta, mengumpulkan dana untuk membangun sebuah gereja dan 4 sumur air di Sumba.

Aninda Kurnia Dewayanti merupakan peneliti di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura yang berfokus pada reformasi tata kelola politik dan iklim Indonesia. Ia terdaftar di TF-LEaRN Program @NUS pada tahun 2015 dan mendapatkan Beasiswa RSIS-NTU pada tahun 2017.

Di luar akademisi, ia mendirikan Godong-Gedang, sebuah inisiatif pendidikan film & seni lokal di kota kelahirannya Jawa Tengah, Indonesia, dan menjadi juri untuk JAFF 2019. Aninda saat ini aktif dengan Jaringan Akademik GERAK Perempuan untuk meningkatkan kesadaran tentang kekerasan sistematis terhadap perempuan di Indonesia.

Dalam wawancara khusus tersebut, Aninda mengungkapkan pengalamannya selama 5 hari mengikuti kegiatan AYF. Ia belajar dan berbagi dengan pemuda lain dari negara ASEAN, bagaimana tentang bisnis yang berkelanjutan. “Mereka banyak bertanya tentang praktik bisnis berkelanjutan di Indonesia mengingat Indonesia merupakan negara besar,” ujarnya. Ia juga belajar sepanjang di Singapura tentang inovasi dan teknologi ramah lingkungan.

Ia belajar semua itu karena AYF mengajak para pemuda mengunjungi berbagai tempat yang membuka mata mereka tentang inovasi dan teknologi ramah lingkungan. Antaranya berkunjung ke Sustainable Living Lab (SL2), Sembcorp Tengeh Floating Solar Farm, EWR2, pabrik daur ulang limbah elektronik otomatis, dan Insectta, sebuah peternakan serangga perkotaan pertama di Singapura yang memelihara Lalat tentara hitam untuk membantu mengubah limbah makanan menjadi biomaterial untuk keperluan industri. Kegiatan pembelajaran tersebut membuat mereka mendapatkan informasi mengenai inovasi sosial, transformasi energi, dan teknologi pangan dan pertanian di Singapura.

Aninda merupakan salah satu peserta yang terpilih melalui jalur nominasi. Asal tahu saja, untuk mengikuti program AYF ada dua cara yaitu nominasi beberapa institusi dan terbuka untuk siapa saja.

Tidak mudah bagi Aninda untuk bisa masuk sebagai peserta AYF dari jalur nominasi, karena ia harus memasukkan Fellowship Pepers Work. Pengalaman Aninda menulis di jurnal akademik dan media internasional, termasuk Jakarta Post, Channel News Asia, dan East Asia Forum memudahkannya menyusun papers work.

Cynthia merasa beruntung bisa terhubung dengan pemuda-pemuda lain dari berbagai latar belakang di kawasan melalui AYF. “Program ini juga memberi saya perspektif baru tentang berbagai aspek keberlanjutan – tantangan, peluang, harapan, dan tujuan,” katanya. Menurutnya, perubahan yang berarti tidak mungkin terjadi apabila kita bekerja sendiri – kerja sama antara masyarakat- publik-swasta di dalam dan di seluruh negara-negara ASEAN sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan di kawasan ini.

“Generasi muda yang ada saat ini adalah sosok yang bersemangat dan memiliki kemauan yang kuat. Banyak dari mereka ingin menciptakan perubahan melalui kinerja mereka dan mereka membentuk suara yang berarti untuk membawa perubahan sosial yang positif di kawasan ini. Program AYF dirancang untuk menghubungkan pemimpin muda seperti ini dan memberikan mereka kesempatan untuk berkolaborasi dalam membangun ASEAN yang lebih kuat,” terang Jean Tan, SIF Executive Director.

David Chua, Chief Executive Officer NYC Singapura, mengatakan komunitas global saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan yang tidak mengenal perbatasan wilayah. Dengan bekerja sama, kita dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang multifaset atau berbagai sisi. “Saya mendorong para Youth Fellows untuk bekerja sama di seluruh kawasan dan menciptakan masa depan ASEAN yang lebih hijau dan tangguh,” imbuhnya.

Peserta AYF yang berpartisipasi tahun ini terhubung dalam 79 jaringan alumni yang kuat. Mereka terdiri dari calon pemimpin muda masa depan di sektor publik, swasta, dan masyarakat yang tinggal di Singapura. Mereka dinominasikan dan dirujuk melalui beberapa mitra organisasi yang bekerja sama dengan NYC dan SIF di berbagai bidang, termasuk pengembangan pemimpin muda dan kerja sama regional. Para peserta diidentifikasi sebagai seseorang yang berpotensi untuk menjadi pemimpin muda dan berkontribusi dalam memajukan ASEAN ke arah yang lebih baik.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved