Management Trends

Pengamat: Dia Punya Jaringan dan Diterima Semua Pihak

Nama Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko, santer diberitakan sebagai salah satu kandidat terkuat cawapres yang bakal mendampingi Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019. Dukungan ini terus mengalir. Bahkan di beberapa daerah, sejumlah masyarakat telah mendeklarasikan diri sebagai relawan Jokowi-Moeldoko.

Lantas, apa yang menjadi keunggulan mantan Panglima TNI itu sehingga banyak pihak menginginkannya menjadi cawapres Jokowi? Menurut pengamat dari Universitas Mercu Buana, Maksimus Ramses Lalongkoe, ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi dukungan tersebut. Pertama, Moeldoko memiliki jaringan yang baik sebagai modal meraup suara di pilpres, jika peraih Adhi Makayasa 1981 itu dipilih Jokowi sebagai cawapres. Hal ini terkait jabatan Moeldoko sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). “Dari aspek jaringan, Moeldoko kan punya jaringan menggunakan HKTI itu sendiri, kemudian dia juga punya hubungan sosial yang baik dengan semua pihak,” ucap dia

“Artinya mungkin ini salah satu indikator sehingga nama Moeldoko kan disebut-sebut ada di kantong Jokowi gitu. Kalau misalnya kelompok Prabowo mengusung AHY, saya yakin mereka (kubu Jokowi) mengambil Moeldoko,” ungkap dia.

Kedua, Moeldoko memiliki latar belakang kepemimpinan yang bagus di TNI. Moeldoko dinilai Ramses sebagai salah satu tokoh yang mampu mengatasi kelompok-kelompok yang kerap memainkan isu SARA dalam setiap perhelatan pesta demokrasi. “Saya kira dia salah satu tokoh yang bisa menekan kelompok-kelompok yang bermain isu SARA kan. Kekuatan atau potensi-potensi inilah yang sebetulnya mendorong Moeldoko menjadi cawapres,” paparnya.

Menilik kiprah Moeldoko di dunia pertanian sudah lama sepak terjangnya. Hal ini penting bagi Indonesia, mengingat krisis pangan sedang mengancam dunia terlebih dengan populasi dunia saat ini 7,6 miliar jiwa dan diprediksi pada 2100 nanti akan mencapai 11,2 miliar jiwa. ncaman krisis pangan mengancam hampir seluruh negara dunia. Termasuk Indonesia yang sebenarnya sedang mencanangkan swasembada pangan nasional pada tahun ini dan menargetkan menjadi pemasok bahan pangan utama di dunia pada 2046 nanti.

Riset PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) menunjukkan, 583 juta orang di Asia Pasifik mengalami krisis pangan pada 2008 lalu. Diprediksi jumlah itu akan meningkat drastis akibat kemiskinan, konflik yang terjadi di beberapa kawasan, perubahan iklim, dan menyempitnya lahan pertanian karena tergeser industri dan perumahan serta program pertanian yang tidak berjalan produktif.

Menurut Moeldoko, sehebat apapun persenjataan sebuah negara, keamanannya akan terancam bila sektor pangannya rapuh. Oleh karena itu sektor pertanian harus mendapat perhatian serius agar segera dibenahi. Ketahanan dan kedaulatan pangan bisa jadi ancaman serius bila petani dan pertanian tidak dibenahi.

Bagi Indonesia, padi adalah produk utama dalam mempercepat pertumbuhan perekonomian nasional. Tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton gabah kering giling (GKG). Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras sampai pada 2025 diprediksikan masih akan terus meningkat mencapai 65,9 juta ton GKG.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved