Management Trends

Pengusaha Mebel Harus Tingkatkan Daya Saing

Pengusaha Mebel Harus Tingkatkan Daya Saing
Pasar mebel Indonesia sangat tinggi potensinya, harus dikuasai pemain lokal

Pasar mebel di Indonesia sangat potensial. Saking potensialnya, nilai pasar impor mebel Indonesia tahun ini mencapai Rp 15 triliun dan produk China mengambil porsi 61%. Harus ada upaya kuat baik dari pemerintah maupun pelaku usaha dalam meningkatkan daya saing produk mebel Indonesia.

Hal ini disampaikan Sekjen Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur, dalam dialog jelang pameran perdagangan industri produksi mebel: International Furniture Manufacturing Components (IFMAC 2019) yang akan digelar di Jakarta International Expo Kemayoran pada tanggal 09 – 12 Oktober 2019.

Menurut Abdul, setidaknya Rp 30-40 triliun nilai total pasar mebel Indonesia. Agar pelaku bisnis mebel ini menjadi tuan di negeri sendiri, lanjutnya, kuncinya, dukungan pemerintah harus total. “Sekitar 70-80% dukungan efiensi itu dari regulasi pemerintah. Kita mestinya bisa membangun zona atau sentra industri mebel seperti yang dibangun Cina, dari bahan baku sampai produksi ada di satu zona, jadi lebih efisien dan efektif,” katanya. Ia juga berharap pemerintah mau membuang aturan-aturan yang membuat produk mahal dan serius dalam memberi dukungan fasilitas promosi.

“Walau pasar lokal besar, pelaku bisnis mebel ini membutuhkan dukungan agar bisa mendorong pertumbuhan ekspor mebel, sayangnya saat ini lebih tinggi pertumbuhan impornya setahun bisa 8-10% pertumbuhan impor, ekspornya di bawah ini,” ungkapnya.

Ia percaya daya saing pelaku bisnis mebel bisa ditingkatkan jika mendapat dukungan mesin yang bisa meningkatkan produksi, walau memang diakui mengurangi penggunaan orang. “Saya merasakan ini, implementasi mesin modern meningkatkan produksi kami dua kali lipat lebih, terpaksa kami mengurangi tenaga manusia sampai 30 orang, apalagi UMR (upah minimum regional) di Bandung termasuk tinggi Rp 3,8 juta,” kata pria pemilik Kriya Nusantara yang produknya diekspor ke Timur Tengah dan Amerika.

Pada acara dialog ini interaktif juga menghadirkan Ketua Umum Koperasi Industri Kayu dan Mebel Ir. Ade Firman, Kepala Suku Dinas Koperasi UMKM serta Perdagangan Jakarta Timur R. Igan Muhammad Faisal, dan General Manager Wakeni Sofianto Wijaya.

Potensi pasar mebel lokal masih menjadi kekuatan Indonesia. Perusahaan lokal harus kuat. Setiap rumah tangga baru membutuhkan rumah yang tentu saja harus dipenuhi furniturnya. Pasar Indonesia bertumbuh 10%, masih di bawah China dan India 12%.

Kolaborasi dengan Deutsche Messe dimulai tahun ini berhasil meningkatkan keikutsertaan perusahaan-perusahaan asing pada pameran tahun ini yang mengambil tema ‘Quality Manufacturing Needs For Indonesia’s Rising Furniture Industry’.

IFMAC 2019 merupakan pameran bertaraf Internasional akan menunjang kebutuhan manufaktur komponen, aksesoris, serta sektor permesinan kayu yang dapat menginspirasi dan memotivasi para pemain industri furnitur sehingga turut mendorong pengembangan industri furnitur Indonesia.

Pameran ini akan diikuti oleh industri pembuatan furnitur antara lain Alpha Utama Mandiri, American Hardwood Export Council (AHEC), Ekamant Indonesia, SCM Group, Global Timber Asia, Felder, Raute Group, Hettich, Blum, Mauri, Plantation Resources, Michael Weinig, dan nama-nama terkenal di Indonesia lainnya.

Tahun ini, kerja sama dengan Deutsche Messe, yang merupakan penyelenggara pameran permesinan kayu terbesar di dunia, Ligna menarik lebih banyak perusahaan Eropa dan global lainnya untuk datang menjelajahi pasar Indonesia melalui IFMAC. Beberapa perusahaan dunia yang pertama kalinya hadir di IFMAC 2019 antara lain Ledinek GmbH dari Austria, Robland NV dari Belgia, Ducerf Sa dari Perancis.

“Pabrikan mapan yang mendominasi pasar global kini memfokuskan bisnis mereka ke pasar Asia, dan melalui IFMAC, kami memberikan mereka peluang untuk memperluas bisnis mereka di Indonesia dan melayani pasar regional dengan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mereka,” ujar Sofianto Widjaja, General Manager PT Wahana Kemalaniaga Makmur (WAKENI), penyelenggara pameran IFMAC 2019.

Sejak tahun 2012, IFMAC mencerminkan arahan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia untuk terus menumbuhkan kemampuan produksi furnitur Indonesia, menjadikan fokus IFMAC dalam menghadirkan perhelatan kelas dunia menjadi lebih baik setiap tahun.

Tahun ini, IFMAC menekankan pada teknologi dengan harga kompetitif dan solusi yang mampu dibeli oleh produsen furnitur berbagai ukuran, terutama pelaku industri kecil dan menengah yang berhati-hati dalam memilih mesin dan mengidentifikasi aset yang dapat memenuhi kebutuhan produksi mereka yang didorong oleh permintaan domestik dan ekspor yang kuat.

Abdul menambahkann, kinerja ekspor produk mebel dan kerajinan di tahun ini secara nasional akan tumbuh di kisaran 5-6% hingga akhir tahun. Namun, pertumbuhan ini ini sangat kecil dibanding Vietnam yang pertumbuhan ekspor produk ini mampu tumbuh 38 persen dalam tiga tahun terakhir atau rata-rata 16 persen per tahun.

“Sementara bahan baku, sumber daya manusia dan desain kami bisa diatas Vietnam. Ternyata salah satunya adalah menggunakan teknologi dan mesin yang modern sehingga memiliki standar global. Hal itulah yang membuat HIMKI mendorong anggotanya untuk melakukan invetasi di sektor permesinan kayu tersebut,” ujar Abdul.

Investasi di mesin komponen furniture dan permesinan kayu tersebut akan meningkatkan kemampuan produksi dan daya saing produk mebel dan furniture Indonesia di pasar ekspor. Karena langkah yang sama telah dilakukan Vietnam hingga mampu kemampuan ekspor mereka bertambah.

Selain menghadirkan berbagai produk yang melayani seluruh rantai nilai proses produksi furnitur, IFMAC juga berfungsi sebagai platform informasi. Beberapa seminar membahas isu-isu tentang perkembangan terkini dan tren yang mempengaruhi perkembangan industri furnitur juga akan digelar guna membuka wawasan yang bermanfaat, membangun optimisme memenangkan peluang bisnis yang melimpah di sektor industri furnitur Indonesia.

“IFMAC akan terus mendorong transformasi teknologi di industri produksi furnitur Indonesia, membuka jalan bagi produsen furnitur UKM guna meningkatkan kinerja dan hasil operasional mereka dengan permesinan canggih dan solusi inovatif,” kata Sofianto.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved