Trends Economic Issues

Peningkatan TKDN dan Industri Hijau dalam Membangun Infrastruktur Berkelanjutan

Peningkatan TKDN dan Industri Hijau dalam Membangun Infrastruktur Berkelanjutan
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengancam akan menindak tegas jika ada jajarannya yang berani membelanjakan anggaran PUPR dengan barang non TKDN

Pemerintah sudah tidak lagi memberikan toleransi kepada produk impor untuk digunakan dalam pembangunan infrastruktur di negeri ini. Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Basuki Hadimuljono dalam pembukaan ‘Infrastructure Connect 2022′ yang digelar di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, (23-2411/2022).

“Pembangunan infrastruktur yang mandiri menggunakan produk dalam negeri. Sesuai perintah Presiden Joko Widodo, dilarang impor. Kalau dulu mengutamakan produksi dalam negeri. Tapi sekarang perintahnya dilarang impor. Apalagi menggunakan APBN. Di APBN itu sudah lebih dari Rp400 triliun yang dibelanjakan dengan TKDN yang tinggi. Di Kementerian PUPR sendiri dari rata-rata Rp120 triliun per tahun, 80-90 persen adalah dengan TKDN. Dan itu saya jaga betul.,” tegas Basuki .

Untuk itu dia berharap semua elemen yang terlibat, untuk sama-sama memajukan industri konstruksi Tanah Air dengan nilai-nilai perjuangan dalam membangun indonesia ini. Dan dia berharap dari jajaran Kementerian PUPR juga tidak ada yang berani untuk main-main dengan arahan tersebut. Basuki bahkan mengancam akan menindak tegas jika ada jajarannya yang berani membelanjakan anggaran PUPR dengan barang non TKDN.

Menanggapi hal itu, Vice President Tatalogam Group Stephanus Koeswandi mengapresiasi langkah pemerintah, terutama Kementerian PUPR yang terus mempersempit ruang gerak penggunaan barang impor dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Menurutnya, penggunaan produk dengan TKDN tinggi dapat membantu memulihkan perekonomian bangsa yang sempat terpuruk karena pandemi.

“Dengan meningkatnya penggunaan produk-produk dalam negeri, otomatis industri dalam negeri juga ikut berkembang. Dampaknya pemulihan ekonomi nasional juga dapat segera terwujud,” terang pimpinan perusahaan baja ringan terbesar di Indonesia itu.

Untuk itu, pihaknya juga berkomitmen dalam mendukung upaya memajukan industri konstruksi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan membangun Indonesia. Tak hanya dengan menghadirkan produk-produk baja ringan yang sudah 100 persen buatan Indonesia, namun juga menerapkan green industries yang ramah lingkungan.

“Semangat juang untuk membangun Indonesia sudah kami tanamkan di Tatalogam Group sejak awal berdiri tahun 1994 silam. Kini, semangat dalam mengejar target 2050 Zero Emmision yang tengah kami tingkatkan,” ujar Stephanus.

Saat ini ada 3 hal yang jadi fokus perhatian Tatalogam Group dalam mewujudkan green industry. Pertama, mengukur dan mengurangi Karbon Dioksida (CO2) yang dilepaskan ketika produksi. Kedua, lebih bijak dalam penggunaan energi. Caranya dengan melakukan penggantian dari energi konvensional dengan energi yang lebih lebih sustainable seperti tenaga surya ataupun angin. Ketiga, dengan pengelolaan limbah yang lebih baik.

Stephanus menerangkan, limbah baja sebenarnya 100 persen bisa didaur-ulang. Namun yang harus tetap diperhatikan adalah transportasi dalam proses pemindahan limbah baja tersebut yang juga membutuhkan energi. “Pengelolaan limbah dari baja ini juga perlu kita tingkatkan. Maka dari itu tahun ini bersama Kemenperin kita sudah menyusun rancangan standar industri hijau untuk baja lapis aluminium seng dan baja lapis seng. Dan diharapkan kalau sudah ada standarnya nanti kita punya satu ekosistem yang lebih sustainable menuju ke 2050 zero emission,” tegas Stephanus.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved