Management Trends zkumparan

Peran Kian Beragam, Ini Strategi Menjadi CFO Kelas Dunia

Peran Kian Beragam, Ini Strategi Menjadi CFO Kelas Dunia

Belakangan peran Direktur Keuangan atau Chief Financial Officer (CFO) kian beragam. Hasil survei PwC Indonesia yang dirangkum dalam PwC Pulse Survey menunjukkan CFO memiliki enam agenda utama di tahun 2021, yakni Environment, Social, Governance (ESG), pajak dan regulasi, future of work yang didiorong oleh teknologi, transformasi digital, return to growth pascapandemi, dan diversity & inclusion untuk peningkatan produktivitas.

Di sisi lain, kondisi makro ekonomi di tahun 2020-2021 amat berbeda dengan tahun sebelumnya. Dipaparkan oleh CEO J&P Nickel Smelter Group Philip Purnama, pada Webinar Indonesia Best CFO Awards 2021 yang diselenggarakan oleh Majalah SWA dan SWANetwork, (13/12/2021), sejumlah fenomena makro ekonomi yang terjadi memengaruhi cara CFO di Indonesia bekerja yakni krisis ekonomi akibat pandemi, penurunan harga komoditas, adanya UU Cipta Kerja, tapering, hingga kredit macet perusahaan.

Sebagai salah satu juri pada penjurian Indonesia Best CFO Award 2021, Philip mengatakan rata-rata para peserta berhasil membuat keuangan perusahaan bertahan bahkan bangkit dari pra-pandemi. Ia juga melihat adanya peningkatan mutu para finalis untuk menjadi CFO kelas dunia. Satu hal yang juga disorotinya adalah multiksektor yang terwakili dengan baik dalam penjurian. “Kerja bagus SWA untuk menyaring CFO dari BUMN, swasta, serta startup,” tuturnya.

Philip melanjutkan, peluang dan tantangan CFO di Indonesia datang dari jenis perusahaan yang berbeda-beda. CFO di perusahaan BUMN, misalnya, memiliki waktu jabatan relatif singkat yakni 1-3 tahun saja, sehingga ini merupakan tantangan dalam merencanakan dan mengeksekusi pembangunan jangka panjang. Selain itu, terkadang ada misi sosial bersifat non komersial yang belum tentu sejalan dengan return on capital, berbeda dengan perusahaan swasta yang sudah pasti mengejar hal tersebut. Tantangan selanjutnya sebagai individu adalah CFO perusahaan BUMN cenderung bermain aman ketimbang mengambil risiko.

Di perusahaan multinasional, tantangannya berbeda lagi. Sebagai perusahaan yang berkantor pusat di luar negeri, otoritas para CFO ini sangat dibatasi. Sehingga pekerjaan mereka berkisar hanya menangani cost controllership, AR, AP, dan working capital management. Mereka jarang menerima kuasa untuk menangani funding, corporate action, M&A, maupun tax planning.

“Organisasi mereka juga sifatnya matriks, di mana CFO di Indonesia harus report ke CFO ke regional kemudian diteruskan ke CFO pusat,” jelas Philip.

Lain lagi di perusahaan swasta nasional. Masalah terbesar para CFO di perusahaan ini, sebut Philip, adalah sering terjadi intervensi dari pemilik. Intervensi ini kadang-kadang turut dibarengi adanya CFO bayangan yang mengatur cashflow dan corporate action, sehingga tak banyak CFO perusahaan swasta yang bisa menjalankan otoritas penuh dengan GCG. “Saya sudah interview puluhan CFO, jarang sekali yang bisa menjalankan full (tugasnya) CFO,” kata Philip.

CFO di bawah kendali private equity atau fund punya tantangan berbeda. Prinsip dasar private equity yakni menjual aset dengan return baik kapan saja membuat CFO perusahaan jenis ini cenderung tidak merasa memiliki company dalam jangka waktu lama. Kadang-kadang hanya 3-5 tahun tergantung fund sebelum diputar untuk investasi perusahaan baru.

“Akibatnya, CFO sering diberi saham-saham stock option bayangan, tapi dikejar untuk menaikkan shareholder value. Oleh karena itu, perusahaan ini menjadi target M&A,” kata Philip.

Kompleksnya tugas dan beratnya tantangan seharusnya tidak menjadi penghalang CFO untuk menaiki tangga mencapai World-Class Best CFO. Ada sejumlah hal yang bisa diperkuat baik dari sisi pengembangan individu maupun strategi korporasi.

Pertama, menguasai advance finance skills. Philip mengatakan, salah satu skill yang harus dipelajari CFO adalah teknik-teknik Merger & Acquisition (M&A), sebab hal ini tak banyak dilihatnya di kalangan CFO Indonesia. Selanjutnya adalah skills advance tax structuring untuk menghadapi perubahan-perubahan tax dan corporate strategy untuk membuat bisnis utama makin berkembang dan sulit dihantam oleh kompetitor.

Kedua, rencana dan eksekusi yang out of the box salah satunya Environment Social Governance yang salah satu pilarnya berkaitan erat dengan perubahan iklim. “Ini adalah sesuatu yang 2-3 tahun lalu jarang kita dengar, namun saat ini menjadi suatu keharusan untuk dipelajari,” kata Philip.

Ketiga, network expansion. Menjadi World-Class CFO bisa dimulai dengan banyak mengeksplorasi multinational joint venture dan join operation. Termasuk menjalin Partnership Executive Education atau MBA di mana para CFO bisa mengembangkan jaringan. Tidak hanya untuk memperluas jaringan dan pengetahuan, tetapi juga untuk mempertajam kemampuan beradaptasi dalam lingkungan kultur yang beragam.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved