Trends Economic Issues

Perguruan Tinggi Harus Terus Melakukan Riset Atasi Pandemi Covid-19

Ketua STIE-IBS Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, SH, LL.M menyatakan bahwa pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan ekonomi dan sosial secara signifikan yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Salah satu, implikasinya terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di semester pertama tahun 2020.

Untuk mengatasi pandemi Covid-19 tersebut pendidikan tinggi yang mengemban amanah Tri Darma di dalamnya, termasuk kegiatan penelitian atau riset tak tinggal diam. Perguruan tinggi terus bergerak melakukan riset dan mencari inovasi.

Menurut Kusumaningtuti, konsep riset adalah mencari sesuatu yang baru yang selama ini belum ada. Sedangkan konsep inovasi adalah sebagai penemuan sesuatu yang baru dan relevan. “Jadi riset dan inovasi sebenarnya dua hal yang tidak bisa dielakkan terutama bagi civitas academica di perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya,” jelas Kusumaningtuti dalam webinar kuliah umum bertajuk ‘Riset dan Inovasi Selama Masa New Normal’ yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi-Indonesia Banking School (STIE-IBS) Jakarta, (4/9/2020).

Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional RI, Bambang Brodjonegoro menyebutkan sebelum Covid-19 terjadi telah menunjukkan pelemahan ekonomi global yang disebabkan perang dagang antar Amerika dan China. Akibatnya, terjadi ketidakpastian di berbagai dunia. Kemudian wabah Covid-19 juga menimbulkan pelemahan ekonomi.

“Ekonomi yang konvensional membutuhkan interaksi tatap muka dan komunikasi langsung antar manusia. Karena adanya pandemi menjadi terintruksi, otomatis ketika terjadi kontraksi ekonomi, dunia dihadapkan pada kenyataan bahwa resesi global harus segera diatasi,” jelas Menteri Bambang.

Untuk mengatasi pelemahan ekonomi ini, harus menempuh dua cara. Dari segi kesehatan, di mana serangan Covid-19 harus segera ditangani, maupun dari segi ekonominya. Untuk mengatasi Covid-19 tidak mudah, karena merupakan virus baru dan belum ada obat secara resmi yang datang mengatasinya. “Pengembangan vaksin berpacu dengan waktu dan berhadapan dengan ketidakpastian, karena tidak ada yang menjamin bahwa vaksin yang dikembangkan saat ini bisa manjur meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi Covid-19,” katanya.

Menurut Bambang, pandemi akan tetap berlangsung. Sehingga adaptasi kebiasaan baru menjadi solusi, di mana kita harus bisa melakukan kegiatan secara sehat dan produktif. “Protokol kesehatan Covid-19 harus diterapkan secara disiplin. Hanya itu cara kita untuk memutus penyebaran wabah tersebut. Harapannya, dengan menjaga kesehatan dengan protokol yang ketat maka ekonomi bisa berjalan,” tegasnya.

Seiring dengan upaya Pemerintah Indonesia menghadapi pandemi Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional RI memiliki strategi dengan membentuk konsorsium riset dan inovasi selama masa pandemi covid 19 ini. “Karena kami melihat dan mengantisipasi bahwa Indonesia membutuhkan masukan dalam berbagai hal dan peran ilmuwan, termasuk dosen dan peneliti untuk mengatasi pandemi ini,” katanya.

Karena itu, jelas dia, pentingnya optimalisasi riset dan inovasi pada bidang kesehatan, terutama screening (penyaringan) dan diagnostik. Pengembangan alat tes yang semakin massif akan melahirkan protokol pencegahan Covid-19. Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang digagas oleh Kemenristek dalam penanganan Covid-19 bisa dibilang sebagai cikal bakal triple helix yang merupakan kerja sama pemerintah, dunia usaha dan akademi.

Langkah-langkah strategis pemerintah di bidang riset dan teknologi dalam menangani dampak ekonomi perlu didorong lebih kencang lagi dalam menghela perekonomian berbasis inovasi teknologi.

Bambang menekankan optimalisasi teknologi digital untuk mengurangi dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi ini. Transformasi digital itu merupakan agenda sentral di dalam tata kelola reformasi. Adapun Covid ini memberikan ruang batasan-batasan baru mendorong transformasi digital ini dalam suatu konteks keharusan. “Intinya kontribusi dari ristek diarahkan pada optimalisasi teknologi digital,” jelasnya.

Prof Agus Setyo Budi, Kepala LLDikti Wilayah III Provinsi DKI Jakarta, mengatakan sektor pendidikan, termasuk perguruan tinggi juga terkena dampak pandemi Covid-19. Namun ternyata di balik itu banyak sekali hikmah yang didapatkan, salah satunya menjadikan kesehatan sebagai prioritas dalam kehidupan sehari-hari.

“Untuk dapat bertahan dalam situasi tidak menentu ini, perguruan tinggi harus cepat beradaptasi sekaligus melakukan inovasi, sehingga semua aktivitas perguruan tinggi, meskipun daring tetap tidak kalah produktif dan tetap menjaga kualitas. Kami mengapresiasi IBS yang sangat aktif mengadakan webinar series. Pandemi telah mengajarkan pentingnya riset dan invoasi di sektor kesehatan,” tandasnya.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved