Trends

Pertamina Resmi Operasikan Blok Rokan 100 Persen

Blok Rokan (Foto: Dok Pertamina).

PT Pertamina (Persero) resmi memulai operasional di Blok Rokan secara sepenuhnya pada Senin (9/8) dini hari. Acara tersebut ditandai dengan seremonial sebagai serah terima Blok Rokan dari PT Chevron Pasific Indonesia ke PT Pertamina (Persero).

Chevron sudah terhitung 97 tahun mengelola Blok Rokan di Riau tersebut. Dengan kontrak Cost Recovery, Chevron menjadikan Blok Rokan sebagai salah satu lapangan dengan produksi terbesar di Indonesia. Kontrak hak kelola Chevron resmi berakhir pada Ahad (8/8) pukul 23.59.

Selanjutnya, Blok Rokan selama 20 tahun mendatang akan dikelola resmi PT Pertamina (Persero) dengan skema kontrak Gross Split.

Blok Rokan sendiri ditemukan pada 1927. Blok Rokan merupakan salah satu lapangan penyumbang produksi yang besar di Indonesia. Bahkan, Blok Rokan sempat mencapai puncak produksinya sebesar 1 juta barel per hari pada 1973.

Sedangkan hingga semester pertama tahun ini Blok Rokan masih merupakan lapangan migas yang memproduksi cukup besar. Tercatat, produksi blok rokan mencapai 160.646 barel per hari.

Untuk bisa menekan laju penurunan produksi alami (natural decline) PT Pertamina (Persero) perlu melakukan banyak pekerjaan rumah. Namun, upaya yang paling digetolkan Pertamina adalah EOR dan juga giat melakukan pengeboran sumur sumur yang sudah ada.

Berakhirnya kontrak Chevron diputuskan Pemerintah sejak 2018. Sejak 2018 Chevron mulai melakukan transisi alih kelola kepada Pertamina. Berbagai upaya dilakukan kedua perusahaan bersama SKK Migas untuk bisa menjaga produksi Blok Rokan.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto bersyukur proses alih kelola dapat berjalan dengan baik dan lancar. “Dalam rangka mendukung capaian 1 juta BOPD pada tahun 2030, maka sejak dua tahun lalu kami bekerja keras, mengusahakan agar alih kelola berjalan lancar dan tingkat produksi minyak pada akhir masa kontrak PT CPI dapat dipertahankan. Ini merupakan hal penting bagi bangsa dan negara mengingat WK Rokan saat ini masih mendukung 24 persen produksi nasional dan diharapkan tetap menjadi wilayah kerja andalan Indonesia,” kata Dwi Soetjipto.

Salah satu usaha SKK Migas untuk mengawal alih kelola WK Rokan adalah menginisiasi Head of Agreement (HoA) yang menjamin investasi PT CPI pada akhir masa kontrak. Hasilnya, sejak HoA ditandatangani pada 29 September 2020 hingga 8 Agustus 2021, telah dilakukan pemboran 103 sumur pengembangan. Selain pemboran, SKK Migas juga mengawal delapan isu lain yang menjadi kunci sukses alih kelola, yaitu migrasi data dan operasional, pengadaan chemical EOR, manajemen kontrak-kontrak pendukung kegiatan operasi, pengadaan listrik, tenaga kerja, pengalihan teknologi informasi, perizinan dan prosedur operasi serta pengelolaan lingkungan.

“Kami berterima kasih atas dukungan berbagai pihak, termasuk kepada Pemda Riau, sehingga operasional WK Rokan pada masa transisi berjalan dengan baik,” sambung Dwi.

Albert Simanjuntak selaku Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit & Presiden Direktur PT Chevron Pacific Indonesia menyampaikan apresiasinya. “Kami mengucapkan terima kasih atas kolaborasi yang telah terjalin selama masa transisi bersama SKK Migas dan Pertamina, sehingga alih kelola berjalan dengan selamat, andal dan lancar. Semoga WK Rokan dapat terus memberikan kontribusi terbaiknya kepada bangsa dan negara,“ terangnya.

Pada akhir Juli 2021, rata-rata produksi WK Rokan sekitar 160,5 ribu barel perhari atau sekitar 24 persen dari produksi nasional, dan 41 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas bumi. Menteri Arifin berharap, PHR berkomitmen melakukan investasi yang masif agar produksi dari wilayah kerja tersebut tidak lagi menurun bahkan dapat ditingkatkan.

“Ini harus menjadi komitmen Pertamina, mengingat WK Rokan merupakan salah satu WK terbesar di Indonesia yang bernilai strategis dalam memenuhi target produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada tahun 2030 mendatang,” tambah Menteri Arifin.

Dwi Soetjipto mengatakan, persiapan yang telah dilakukan pada masa transisi dapat menjadi modal PHR mengembangkan WK Rokan. Ke depan, diharapkan PHR memaksimalkan potensi yang ada di WK tersebut, antara lain melalui penerapan teknologi lanjutan.

Kontrak baru WK Rokan yang menganut sistem PSC Gross Split merupakan suatu tantangan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Oleh karena itu, Pertamina dituntut untuk tetap profesional dalam mengelola WK Rokan, serta meningkatkan investasi untuk dapat memaksimalkan produksi mengingat potensi WK Rokan yang masih cukup menjanjikan.

Produksi WK Rokan diharapkan dapat mencapai 165 ribu barel perhari pada akhir tahun 2021 dengan tambahan sumur-sumur baru yang dibor tahun ini. Selanjutnya WK Rokan diharapkan tetap menjadi salah satu penghasil utama minyak nasional.

Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), menyampaikan pengelolaan WK Rokan oleh Pertamina menjelang hari Kemerdekaan Republik Indonesia, merupakan kebanggaan bagi Pertamina dan bangsa Indonesia serta wujud dukungan dari segenap bangsa Indonesia sehingga alih kelola berjalan dengan baik.

Untuk memastikan kelancaran proses alih kelola, imbuh Nicke, Pertamina melalui PHR juga telah membentuk Tim Transisi yang bertugas memastikan kelancaran operasi, terutama di aspek subsurface, operasi produksi, project and facility engineering, operasi K3LL, hingga ke aspek sumber daya manusia, finansial , komersial, asset supply chain management serta IT.

“Hal yang tidak kalah penting dalam proses alih kelola ini, kami mengingatkan kembali mengenai high risk pengelolaan usaha migas, tidak hanya proses kehandalan tapi aspek HSSE (Health, Safety, Security and Environment) tetap menjadi perhatian kita semua,” tegas Nicke.

Sumber: Republika.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved