Business Research Trends

Proyeksi DBS: Indonesia Outlook 2021 akan Melampaui Pandemi

Managing Director & Chief Economist Group Research Bank DBS, Taimur Baig

Memasuki tahun 2021, pemerintah akan terus menyeimbangkan krisis kesehatan dengan pemulihan ekonomi hingga vaksinasi massal tercapai. Dengan kata lain, selain Covid-19, pemerintah akan fokus pada upaya memperluas manufaktur dan investasi dengan mendorong penerapan UU Omnibus dan perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership.

Merespons hal itu dan menyongsing tahun 2021, Bank DBS secara resmi merilis pandangannya terhadap perekonomian Indonesia tahun 2021. Pertumbuhan Product Domestic Brutto (PDB), diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan perekonomian global. Sementara kurs mata uang, nilai tukar Rupiah terhadap US$ akan stabil di angka Rp14.000-15.000 pada lanskap kondusif. Untuk suku bunga, kondisi saat ini mendukung peningkatan imbal hasil obligasi Pemerintah Indonesia.

“Rupiah diperkirakan lebih stabil di kisaran Rp14.000-15.000/US$ pada tahun 2021 setelah bergejolak pada 2020. Rupiah anjlok 17% menjadi Rp16.625 per US$ pada bulan Maret saat wabah Covid-19 menyebabkan kelangkaan US$ secara global. Suku bunga, nikmati kondisi carry trade (aksi ambil untung dari selisih tingkat suku bunga antar negara) saat ini,” ujar Managing Director & Chief Economist Group Research Bank DBS, Taimur Baig dan Senior Currency Specialist Bank DBS, Philip Wee dalam paparan “DBS 2021 Regional and Global Economics and Strategy Outlook“.

Keadaan saat ini mendukung peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia. Likuiditas global mengalami surplus dengan tingkat margin diskon (discount margin, DM) secara umum rendah walaupun terdapat ledakan optimisme atas vaksin Covid-19. Dengan pemerintah di berbagai negara kemungkinan tidak akan menghentikan kesepakatan (dan kemungkinan tidak memberi sinyal pengetatan hingga akhir 2021) untuk beberapa waktu, pemburu imbal hasil harus mengarahkan pemodal ke dalam aset rupiah, yang belum banyak tersentuh.

Seperti kita ketahui, tahun 2020 didominasi oleh dampak pandemi Covid-19, Pemerintah RI berupaya menyeimbangkan keselamatan masyarakat dengan mata pencaharian mereka. Jumlah kasus di Indonesia termasuk yang tertinggi di kelompok ASEAN-6, dengan angka penderita terakhir terakumulasi melampaui 500.000 orang.

Pada awal tahun 2020, pemerintah daerah memilih memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan menutup tempat umum, membatasi penggunaan kendaraan umum, dan mengurangi perjalanan antar provinsi, ketimbang menerapkan lockdown penuh. Langkah tersebut diambil dengan mempertimbangkan dampak ekonomi yang mungkin terjadi.

Pemerintah daerah juga menerapkan beberapa langkah-langkah pencegahan di wilayah masing-masing. Hal tersebut membantu memperlambat penularan virus Corona, namun tidak menghentikan penyebaran infeksi. Dengan penerapan berbagai pembatasan, PDB Kuartal II/2020 menyusut dari -5,3% secara tahunan namun mulai membaik ke angka -3,5% pada kuartal ketiga, kontraksi yang tajam menurut standar historis, namun lebih kecil dari mitra kawasan lain. Jadi, pemulihan ekonomi di Indonesia kemungkinan berlangsung bertahap.

Model in-house DBS GDP Nowcast untuk Indonesia, yang mengulas rangkaian indikator berfrekuensi tinggi (bulanan) guna mengambil keputusan pada kuartal berjalan dan kuartal mendatang secara real time, menunjukkan kontraksi kecil pada Kuartal IV.2020 sebelum kembali naik memasuki tahun 2021.

“Untuk tahun 2021, kami melihat Indonesia mengandalkan konsumsi, restocking perusahaan, dan ekspor netto untuk mendapatkan manfaat dari pelonggaran pembatasan, bersamaan dengan distorsi angka inflasi bulanan (base effect), yang menguntungkan, sementara dukungan fiskal, yang melambat, serta arah kurva pandemi, adalah risiko bagi proyeksi Indonesia. Penjadwalan utang perusahaan dan penundaan klasifikasi kredit macet (Non Performing Loan) akan memberikan bantuan bagi sistem perbankan dalam waktu dekat,” jelasnya.

DBS mempertahankan perkiraan pertumbuhan PDB di -2% secara tahunan untuk tahun ini dan 4% untuk 2021. Dalam memasuki 2021, selain pandemi, fokus juga diarahkan pada perluasan manufaktur dan jejak investasi melalui Undang-undang Omnibus yang baru saja disahkan dan finalisasi perjanjian multilateral Regional Comprehensive Economic Partnership.

Keadaan saat ini mendukung peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia. Likuiditas global mengalami surplus dengan tingkat margin diskon (discount margin, DM) secara umum rendah walaupun terdapat ledakan optimisme atas vaksin Covid-19. Dengan pemerintah di berbagai negara kemungkinan tidak akan menghentikan kesepakatan (dan kemungkinan tidak memberi sinyal pengetatan hingga akhir 2021) untuk beberapa waktu, pemburu imbal hasil harus mengarahkan pemodal ke dalam aset Rupiah, yang belum banyak tersentuh.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved