Trends

Pureeland, Wujud Cinta Ibu kepada Buah Hati

Pureeland, Wujud Cinta Ibu kepada Buah Hati
Grace Indra Cahya, pendiri Pureeland.

Keyakinan itu mendorong Lim Yen Yen dan Grace Indra Cahya menekuni bisnis makanan bayi. Bagi mereka, menyediakan makanan bayi akan sangat membantu ibu-ibu muda yang bekerja dan meninggalkan buah hatinya di rumah karena makanan yang layak bagi bayinya telah tersedia.

“Kami terdorong belajar membuat makanan bayi yang sehat dan bermanfaat demi memberikan ketenangan kepada buah hati tercinta,” kata Lim Yen Yen yang memulai bisnis ketika ia memulai menjadi ibu. “Sebagai seorang ibu, saya percaya bahwa anak-anak harus mendapatkan nutrisi terbaik untuk membantu mereka tumbuh sebagaimana mestinya,” lanjutnya.

Pureeland, demikian nama produk makanan-bayi segar yang disiapkan khusus untuk bayi berusia enam bulan sampai dua tahun dan anak balita. Dengan moto “Baby said Yummy, Mommy said Healthy”, Pureeland menggunakan bahan alami, non-MSG, dan tanpa pengawet, tetapi tidak mengesampingkan citarasa, tetap enak saat dikonsumsi oleh anak.

“Produk kami diproses dengan peralatan yang disterilkan dan disajikan dalam kemasan yang ringkas dan menarik,” kata Lim Yen Yen tentang produknya.

Didirikan tahun 2009 di bawah bendera PT Pureeland Nutritama Prima, awalnya bisnis ini merupakan usaha rumahan saja. Namun, Lim Yen Yen dan Grace ingin menjadi pelopor dalam bidang khusus dengan terus mengembangkan pengetahuan tentang teknologi pangan untuk memperkaya pengalaman makan anak-anak selama masa kanak-kanak mereka dan memastikan bahwa mereka tumbuh dengan sehat.

Visi dua ibu hebat ini adalah membangun merek terkemuka yang memengaruhi kebiasaan makan yang sehat. “Di Pureeland, kami ingin anak-anak merasakan makanan paling segar, rasa paling kaya, dan tekstur paling murni karena dalam lima tahun pertama kehidupan, kebiasaan makan bayi sudah terbentuk,” Lim Yen Yen menegaskan. Pureeland pun dikembangkan menjadi industri yang pemasarannya sudah merambah seluruh negeri.

Dimulai dari promosi melalui Facebook dan BlackBerry Messenger, lambat laun produknya berkembang pesat. Lewat proses diskusi dan konsultasi dengan kakaknya dan dokter anak yang menghabiskan waktu kurang-lebih satu tahun, akhirnya Lim Yen Yen membuka katering makanan bayi yang setiap hari dikirim, kemudian juga membuat produk cookies, Puree Buah, dan bubur bayi.

“Kebutuhan makanan anak terus bertambah sehingga kami terus melahirkan produk-produk yang bervariasi,” ujarnya. Ia bekerjasama dengan sang kakak yang seorang ibu rumah tangga.

Mereka menyadari, orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Karena itu, ia meyakinkan konsumen dengan memberi tahu komposisi bahan makanannya, bahkan cara pembuatannya.

Dalam hal ini, mereka mempelajari ilmu kesehatan tentang pembuatan makanan pendamping ASI (MPASI). “Waktu pertama kali buat makanan bayi ini, MPASI bayi, menurut WHO itu menunya harus menu tunggal. Seiring waktu, sekarang WHO mengeluarkan aturan bahwa MPASI menunya harus menu empat bintang,” papar Grace yang berusaha mematuhi aturan tersebut.

Sebagai konsekuensi memenuhi aturan WHO, Pureeland harus mengikuti perkembangan kebutuhan bayi. Misalnya, dulu camilan bayi itu hanya satu macam, sekarang banyak. “Kami harus bisa mengikuti tren tersebut,” ungkap Lim Yen Yen.

Menurutnya, pandemi turut memengaruhi penjualan Pureeland. Pasalnya, ketika pandemi, ada peralihan perilaku konsumen dari offline ke online. Sehingga, toko yang ada di mal-mal pun tutup karena mal tutup. Padahal, sebelum pandemi, di mal itu banyak anak-anak dan orang tua yang mencari makan ke gerainya. Namun, apa boleh buat?

Gara-gara pandemi, sebagian gerainya rontok. Sebelum pandemi, Pureeland ada di Mal Kota Kasablanka (Kokas), Mal Gandaria City, Mal Central Park, Mal Aeon, dan Trans Studio Mall Cibubur, sedangkan kini tinggal di Kokas, Gandaria City, dan TSM Cibubur saja.

Namun, realitas itu tidak membuat mereka berkecil hati. Baik Lim Yen Yen maupun Grace optimistis dengan bisnis ini. Mereka yakin bisnisnya tetap tumbuh.

“Seiring dengan angka kelahiran bayi yang terus ada, kami juga akan memacu diri menjadi solusi terbaik seputar makan anak dan terus meningkatkan awareness,” kata Lim YenYen tandas. Ia percaya bahwa brand miliknya bisa menjadi sahabat terbaik bagi semua ibu dengan bayi dan anak balita.

Kompetitor pun tidak membuatnya gentar. Lim Yen Yen percaya, inovasi produk ataupun invasi pemasaran agar lebih dekat dengan pelanggan akan menjadi cara yang efektif untuk menjadi leader di bisnis ini.

Menurutnya, ada dua tipe pesaing yang dihadapi Pureeland, yakni pesaing langsung dan tidak langsung. Pesaing langsungnya adalah yang memproduksi MPASI tipe homemade seperti Pureeland.

Adapun pesaing tidak langsung adalah produksi pabrikan dan impor. “Saat ini yang lebih besar porsinya adalah competitor indirect di mana banyak brand besar yang mendominasi, dan juga distribusi mereka yang sangat baik,” ungkapnya.

Bahkan, beberapa di antaranya sangat mudah ditemukan di minimarket. “Hal ini semakin memacu kami untuk berjuang lebih, sehingga kami suatu saat dapat mencapai level distribusi dan awareness seperti mereka,” kata Lim Yen Yen melalui wawancara telepon.

Sejak 2016 sesungguhnya Pureeland sudah memanfaatkan penjualan multichannel. Namun, baru setelah ada pandemi mulai menggenjot penjualan melalui e-commerce. Dan seperti diperkirakan, kini justru penjualan terbanyak datang dari marketplace dan WhatsApp.

“Kami terus mengikuti campaign-campaign yang diadakan oleh marketplace, misalnya ada flash sale mingguan,” ujarnya. Hasilnya cukup baik, contohnya di Tokopedia, di tahun 2019 omzetnya hanya Rp 30-an juta per bulan, tetapi setelah pandemi meningkat hingga tujuh kali lipat, yaitu Rp 200-an juta.

Berdasarkan pengamatan di Shopee dan Tokopedia, Pureeland yang memiliki 44,9 ribu follower penjualan rata-ratanya ribuan per produk. Contohnya, Pureeland Orginal Chicken mencapai 2,5 ribu, bumbu organik 5 ribu. Di Tokopedia, rata-rata penjualannya ratusan hingga ribuan per jenis produk.

Saat ini produk Pureeland yang dijual Rp 50 ribu – 100 ribu sudah memiliki lebih dari 100 varian produk dengan omzet penjualan sekitar Rp 600 juta per bulan. Dengan sekitar 30 karyawan, Lim Yen Yen optimistis akan semakin banyak bayi di Indonesia yang bisa menikmati produknya.

“Kami membantu para ibu yang tidak sempat masak makanan bayi agar tetap memberikan yang terbaik untuk bayi-bayi tercintanya,” kata Lim Yen Yen yang kini juga mulai menyediakan bumbu masak, camilan, hingga frozen food untuk bayi hingga anak balita. (*)

Dyah Hasto Palupi dan Sri Niken Handayani

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved