Trends Economic Issues zkumparan

Siapa Kehilangan Identitas di Era Obesitas Media?

Untuk mengkaji berbagai permasalahan yang menyangkut media pada masa kini, Program Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta menyelenggarakan open house dan seminar dua hari (2-3/2/2018).

Tema seminar hari pertama tentang “Obesitas Media dalam Arena Perlombaan Aktualitas” dan tema hari kedua “New Media Era”.

“Era media cetak yang dekat dengan kedalaman kata, fakta dan imajinasi pembaca; radio yang senantiasa menekankan pada fantasi pendengar atas penyiar; atau televisi sebagai produk seni audio visual, kini semakin kehilangan identitas dalam era obesitas media,” jelas Dr. Rubiyanto, MM. Ketua Panitia acara open house dan seminar Pascasarjana Universitas Sahid 2018.

Identitas itu hilang, karena semuanya berubah demi kepentingan perlombaan mengisi kanal yang ada. Radio yang seharusnya punya daya pikat berita dengan ‘fantasi situasi’, media cetak yang seharusnya ‘menyajikan kedalaman kata dan fakta’ atau televisi yang menggabungkan ‘seni visual dan audio’, kini tinggal kenangan di era perlombaan aktualitas. “Semuanya berubah, membuat khalayak kehilangan kualitas dan kedalaman menikmati wujud identitas media itu sendiri,” ungkap Rubiyanto.

Dalam wilayah ilmu sosial. pekembangan teknologi memberikan pengaruh yang luas atas terbentuknya berbagai pembaruan media komunikasi. “Fenomena ini menjadi perhatian Sekolah Pascasarjana Unversitas Sahid Jakarta sebagai ranah keilmuan yang patut dipahami, dan menjadi kontribusi pemikiran atas implikasi dari realitas yang terjadi,” jelasnya.

Sebagai kampus swasta pertama dan satu-satunya yang menyelenggarakan program Doktor llmu Komunikasi di lndonesia, patutlah fenomena dalam wilayah komunkasi tersebut diangkat dalam seminar dan diskusi ilmiah sebagai kontribusi pemikiran dalam kemasan program “Open House dan Seminar” yang melibatkan para narasumber kompeten di bidangnya, sivitas akademika serta masyarakat umum sebagai target pengunjung dan peserta seminar.

Adapun tiga nara sumber yang mengisi seminar “Obesitas Media dalam Arena Perlombaan Aktualitas” adalah Ardhi Suryadhi, Vice Editor in Chief Detik.com; Irwan Setyawan, Direktur Jawa Pos TV dan eksekutif dari Net TV.

Menurut Ardhi, saat ini medan persaingan media itu tidak hanya adu cepat penyajian berita, tapi juga ramai-ramai migrasi ke bentuk digital, serbuan hoax dan dominasi OTT (over the top), seperti Instagram, Facebook, atau Line.

Seperti kita ketahui, akhir-akhir ini masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkomunikasi di media sosial, semisal Twitter, Instagram, Facebook atau Line. Celakanya, media sosial ini menjadi ancaman bagi media online, lantaran merebut belanja iklan media online.

Berdasarkan catatan Dewan Pers, jumlah media di Indonesia saat ini mencapai 47 ribu media. Ini terdiri dari radio 674, media cetak 2.000, media online 43 ribu, serta TV 523.

Lantas, apa yang harus dilakukan media menghadapi obesitas media? Irwan berpendapat, media tetap ada. Namun, media harus berubah. Untuk itu dibutuhkan kemampuan beradaptasi dengan perubahan. “Media harus menjadi cleaner berita-berita hoax, fokus dengan content premium dan berkualitas, media harus dekat dengan masyarakat, melakukan regenerasi pembaca atau pemirsa,” jelas Irwan.

Ke depan, Irwan percaya bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media masih tinggi. “Ini harus dijaga. Sebab, belanja iklan perusahaan masih banyak juga di media TV, koran dan sebagian ke media digital,” ungkapnya.

Sekadar informasi, sejak tahun 1997, Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta (SPS Usahid Jakarta) didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan para profesional dan calon profesional. Lembaga pendidikan ini memiliki Program Strata 2 yakni Magister Manajemen (MM), Program Magister Ilmu Komunikas (MIK) dan Program Strata 3 yakni Doktor llmu Komunikasi. Kurikulum program disusun sesuai dengan perkembangan kebutuhan industri, dan fenomena yang terus berkembang dalam dunia sosial.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved