Trends zkumparan

Sirclo Store Bagikan Kisah Sukses 3 Womenpreneur

Sirclo Store Bagikan Kisah Sukses 3 Womenpreneur
Sirclo hadirkan tiga wanita menginspirasi berbagi tips sukses membangun bisnis

Masih dalam suasana Hari Kartini, pada bulan April ini Sirclo membagikan kisah inspiratif dari tiga womenpreneur yang sukses membangun bisnis bersama platformini. Tiga sosok ‘Kartini modern’ ini diharapkan bisa menjadi panutan bagi calon wirausahawan wanita lainnya di kemudian hari.

Dinda Dwi Wahyuni, Pemilik Pulchra Gallery berbagi kisah perjalanan wirausahanya yang menarik. Dinda mengambil keputusan untuk berhenti bekerja penuh waktu dengan mendirikan Pulchra Gallery pada akhir tahun 2013 agar bisa mengurus dan mendampingi anak pertamanya yang pada saat itu berusia 6 bulan. Keputusannya ini didukung suami, yang tentu saja ikut membantu ekonomi keluarganya.

“Saya memilih jenis usaha ini karena saya memiliki ketertarikan di dunia fashion. Meski skilldesain apalagi menjahit sangat minim, tapi saya mencoba terus belajar,” jelas Dinda. Berawal dari kegiatannya menjual produk fashionyang dibeli secara grosir di Pasar Tanah Abang, ia berhasil membangun Pulchra Gallery sebagai salah satu brand modest weardengan jumlah pelanggan yang terus meningkat.

Dalam bergelut dengan pembagian waktu mengurus keluarga dan bisnis, Dinda menemui banyak hambatan dalam usahanya. Di tahun ketiga Pulchra Gallery dirintis, Dinda mengalami kerugian dengan jumlah yang cukup besar. “Saya mengalami dua kali kerugian yang cukup besar, dengan nilai puluhan juta yang disebabkan karena adanya kegagalan produksi. Meskipun saat itu sangat sedih dan sempat down, saya bertekad untuk bangkit lagi. Saya anggap itu adalah sebuah ujian dan nilai kerugiannya adalah ‘uang sekolah’ saya”, cerita Dinda.

Lebih lanjut, Dinda juga mengatakan bahwa alasan utamanya bangkit adalah karena ia memikirkan semua orang yang terlibat dalam usaha ini, “Semua orang yang terlibat dalam usaha ini tidak butuh sedih dan air mata saya. Mereka ingin dan butuh saya kembali bangkit dengan cepat dan dua kali lebih kuat.”

Menurut Dinda, ada tiga langkah yang perlu diambil dalam membangun bisnis. Pertama, buatlah bisnis yang bidangnya familiar, agar proses dan lelahnya dalam merintis usaha tersebut dapat dinikmati. Kedua, buatlah pencatatan keuangan yang memadai.

Hal ini nantinya dapat dijadikan sumber data yang berguna dalam pengambilan keputusan bisnis dan bermanfaat pula dalam mengetahui grafik pertumbuhan secara nyata. Ketiga, buatlah sistem manajemen yang baik. Dengan sistem delegasi dan pemetaan yang baik, kita bisa fokus terhadap pekerjaan yang kita lakukan dan bisnis bisa dilakukan dengan lebih mudah.

Mutiara Kamila Athiyya, Pemilik Thenblank tak kalah menarik, dia sudah memiliki jiwa kewirausahaan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Berawal dari berjualan mainan saat SD, di usia remajanya, tepatnya saat duduk di SMA, Mutiara merintis sebuah clothing line sendiri. Thenblank kemudian lahir menawarkan tiga nilai penting untuk perempuan Indonesia: easy design, easy to get, and easy to wear.

“Kendala yang paling dirasakan adalah di saat harus membagi waktu sekolah dan bisnis, terlebih ketika sudah masuk ke perguruan tinggi,” jelas Mutiara yang teringat dengan rutinitasnya singgah dari pasar ke pasar naik kendaraan umum untuk mencari kain di sela-sela kesibukan kuliah.

Mutiara pun menghadapi sejumlah persoalan yang kerap terjadi bagi bisnis manapun, mulai dari pengalaman ditipu oleh pelanggan, hingga kesalahan produksi yang mengakibatkan ribuan produk yang tidak bisa dijual. Namun, berkat kegigihannya, Thenblank terus eksis menjual lebih dari 7.000 produk setiap bulannya. Perjuangan ini juga mendatangkan penghargaan Business of the Year UI 2016 dari Direktorat Inovasi dan Inkubasi Bisnis UI.

Menurut Mutiara, modal utama berbisnis bukanlah uang semata, bukan modal yang besar, melainkan inovasi. “Jangan pernah berhenti berinovasi. Inovasi adalah kunci berkembangnya suatu bisnis. Be the one smarter, faster, and better. Bisnis yang baik bukan dilihat sekadar dari valuasinya saja, tapi juga dari nilai lain yang tidak bisa diukur oleh angka, yaitu berdasarkan manfaat yang ditawarkan untuk masyarakat dan lingkungan sekitar,” imbuhnya memberikan masukan.

Regina Rafika, Pemilik ATS The Labelmengembangkanfashion line dengan konsep minimalis elegan, yang sangat mudah untuk dikombinasikan, sehingga membuat pelanggannya jatuh cinta. Ia sudah sejak duduk di bangku SMA senang berjualan barang-barang vintage. Menginjak bangku kuliah, Regina memutuskan untuk terjun dan mengikuti kata hatinya dengan menempuh bidang fashion design di Instituto di Moda Burgo Indonesia. Dari sinilah, Regina mulai terpikir untuk membuat brand yang bisa memadukan women’s fashion yang sedang trenddengan sentuhan gayanya sendiri.

“Sejak awal launch, ATS sudah berbasis online; melalui mulut ke mulut, yang kemudian lanjut ke media sosial seperti Friendster, Facebook dan Twitter untuk berjualan, sampai saat ini menggunakan webstoredan kanal marketplace,” ujar Regina. Ia mengaku bahwa dirinya sempat kewalahan dengan banyaknya pertanyaan maupun request dari peminat dan pelanggan lewat WhatsApp dan LINE.

Berawal dari kewalahan itu, ATS The Label kemudian mengarahkan pelanggan untuk mengacu pada webstore yang dibuat di Sirclo, di mana semua informasi yang mereka butuhkan sudah tertera dengan jelas dan lengkap. “Lama-lama, pelanggan bisa ‘menerima’ dan menggunakan platform online sellingsecara efektif, sehingga ATS The Label dapat menempatkan fokus pada desain yang semakin inovatif, juga ekspansi lini produk,” jelas Regina.

Dengan rancangan ATS yang unik dan diminati oleh segmen pasar yang luas, terdapat banyak brand fashionyang ingin meniru desain koleksi ATS The Label. Ia pun tidak banyak ambil pusing. “Yang jelas, saat ini hanya saya yang merancang pakaian yang diproduksi oleh ATS The Label, sehingga keunikan desain tetap terjaga, sesuai dengan karakter brand-nya,” tuturnya.

Ia memberi saran, untuk yang masih baru sekali di dunia bisnis, mulailah usaha dari yang kecil-kecil dulu, jangan langsung mengeluarkan modal dan upaya yang terlalu besar. “Bukan untuk main aman, tapi kamu harus bisa menilai potensi produk kamu di pasar dan juga mengasah kemampuan untuk berjualan, baik onlinemaupun offline,” kata Regina.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved