Trends

Strategi IIF Membalikkan Kinerja

Strategi IIF Membalikkan Kinerja

Tahun 2019 menjadi lembaran baru bagi PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF). Setelah dua tahun berturut-turut menelan kerugian, perusahaan pembiayaan pembangunan infrastruktur yang 30% sahamnya dimiliki PT Sarana Multi Infrastruktur ini berhasil membalikkan kinerja secara mengesankan: mencetak laba. Bahkan, kinerja positif ini terus meningkat di tengah pandemi Covid-19. Kenaikan net profit dari tahun 2018 hingga 2021 tercatat sebesar 223,5%.

Reynaldi Hermansjah,Presdir PT Indonesia Infrastructure Finance

Kebangkitan ini bisa terwujud berkat keberhasilan turnaround yang dilakukan direksi baru di bawah kepemimpinan Reynaldi Hermansjah yang ditunjuk menjadi CEO pada 2019. Reynaldi mengantarkan IIF meraih keuntungan Rp 17 miliar untuk tahun buku 2019, setelah sebelumnya merugi Rp 82 miliar (2017) dan Rp 43 miliar (2018). Penyebab kerugian itu antara lain NPL (non-performing loan) pada salah satu proyek yang mengakibatkan high exposure terhadap seluruh investment asset IIF dan selisih kurs yang besar.

Bagaimana mereka bisa melakukan itu?

Mengelola perusahaan infrastruktur sejatinya bukanlah hal baru bagi Reynaldi. Sebelum bergabung di IIF, pria kelahiran 1967 ini pernah menjabat sebagai direktur keuangan di Jasa Marga dan Pembangunan Jaya Infrastruktur. Di sepanjang pengalamannya itu, dia selalu menjunjung filosofi kepemimpinan yang menekankan komunikasi dan kerjasama tim. Hal ini pula yang dibawanya dalam upaya membangkitkan IIF.

“Kerjasama yang baik antardireksi maupun organisasi secara keseluruhan itu penting. Langkah pertama saya (sebagai CEO) adalah mengembalikan kepercayaan diri teman-teman, kemudian menetapkan irama yang sama dalam bekerja,” katanya.

Memotivasi semangat seluruh karyawan yang sempat menurun memang menjadi perhatian utamanya saat itu. Bagaimana caranya?

Reynaldi dan tim memberikan keyakinan bahwa masa depan perusahaan masih sangat baik karena IIF memiliki keunikan, yakni produk pembiayaan berbasis sustainable financing. Kemudian, secara teknis dia bersama tim menyampaikan clear idea tentang tujuan perusahaan dan langkah-langkah yang harus dilakukan kepada seluruh karyawan melalui townhall yang dijadwalkan rutin per kuartal.

“Intinya, saya melakukan remotivate karena human approach itu penting. Saya menyampaikan ke tim bahwa kami harus berbangga akan keunikan produk yang tidak sekadar mencari return, melainkan return yang bertanggung jawab,” kata Reynaldi.

Selain membangkitkan moral, di tangan jajaran direksi baru ini, IIF pun memfokuskan strategi pembiayaan baru pada lahan bisnis potensial, seperti data center, kawasan industri di Jawa Timur, dan infrastruktur sosial, dengan portofolio paling banyak berada pada sektor telekomunikasi. Juga selektif dalam memilih industri di tengah pandemi.

Terkait hal ini, Reynaldi menjelaskan, pihaknya memang memilih sektor yang minim terdampak pandemi. Sebagai siasat menghadapi pandemi, pembiayaan pada sektor-sektor yang terdampak besar seperti jalan tol, pelabuhan, dan bandara, tidak ditambah. Sebaliknya, IIF lebih memperbesar pembiayaan di sektor seperti telekomunikasi dan energi terbarukan. Pada sektor ini, pihaknya menawarkan servis baru seperti take out financing dan pandemic relief facility.

“Saat itu kami melihat sektor telekomunikasi yang kecil gangguannya. Kami memperbesar proyek di sektor itu. Dengan pemilihan sektor yang relatif tepat ini, kami bisa mempertahankan pertumbuhan,” ungkapnya.

Di tengah upaya melakukan turnaround, milestone penting terjadi di tahun 2021. Untuk pertama kalinya, IIF menerbitkan global bonds. Obligasi yang terbit pada 27 Januari 2021 ini merupakan sustainability global bonds senilai US$ 150 juta.

“Yang menggembirakan juga adalah pada saat itu pricing kami yang terendah di antara perusahaan sejenis, hanya 25 basis di atas pemerintah. Berkat ini juga kami mendapatkan award, dan diapresiasi oleh World Bank yang melihat ini sebagai suatu keberhasilan yang luar biasa,” kata Reynaldi.

Keberhasilan melakukan turnaround tentu hal yang menyenangkan. Namun, Reynaldi dan tim tak mau berpuas diri. Untuk mempertahankan kinerja positif ini, mereka menggelar sederet langkah strategis berikutnya: menguatkan struktur kapital (capital injection), membangun kapasitas pengetahuan melalui S&E Advisory, hingga berinovasi menyediakan tailor-made products. Dan, yang paling membuat bersemangat, Reynaldi mengungkapkan, pihaknya tengah mempersiapkan diri untuk target jangka panjang: melantai di bursa efek.

“Target jangka menengah-panjang yaitu IPO. Kami sedang dalam proses menata diri sehingga ketika target itu bisa terealisasi, kami sudah berada di titik optimum dari segala aspek: SDM, portofolio, strategi bisnis, dan sebagainya,” kata Reynaldi. Dengan langkah-langkah tersebut, dia berharap IIF punya fondasi yang lebih kokoh untuk membuat kinerja bisnisnya lebih baik daripada waktu-waktu sebelumnya

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved