Trends Economic Issues

Tahun 2021 Perekonomian Indonesia dan Global Masuk Tahap Recovery

BNI Asset Management Market Outlook 2021 ini dengan tema “Resilience to Counter Economic Turbulence”

Kondisi perekonomian domestik dan global pada tahun 2021 diprediksikan akan memasuki tahap recovery meskipun masih melambat. Sebab, masih ada potensi terjadinya second wave tercermin dari situasi pandemi yang masih menyebar dan meningkat di beberapa negara. Banyak negara menunjukkan slowed reopening dan beberapa negara lainnya partial lockdown. Khusus negara China yang berhasil menahan virus dan recovery menuju level pre Covid-19.

Sementara itu sentimen positif terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS ke 46 memicu ekspektasi trade policy yang lebih baik karena hubungan perdagangan internasional yang akan lebih dapat diprediksi akan memberikan benefit pada China dan negara dengan ketergantungan ekspor yang tinggi seperti Korea dan Singapore. Selain itu, Pemerintahan Biden masih mendukung kenaikan stimulus fiskal dan suku bunga rendah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonominya yang terpuruk. Hal ini berdampak positif bagi emerging market karena akan mendorong investor untuk memburu yield yang lebih tinggi ke sana.

Demikianlah ringkasan presentasi yang disampaikan oleh para pembicara di acara BNI-AM Market Outlook 2021 virtual dari tanggal 17 hingga 19 November 2020. Acara ini diselenggarakan dalam rangka memberikan apresiasi dan update perkembangan pasar kepada para nasabahnya. PT BNI Asset Management (BNI-AM) menyelenggarakan acara Market Outlook 2021 ini dengan tema “Resilience to Counter Economic Turbulence”. Tema ini dipilih dengan pertimbangan bahwa prediksi ekonomi dan pasar modal di tahun 2021 akan lebih menantang dan bergejolak dibandingkan tahun 2020 sehingga diperlukan informasi yang akurat dan komprehensif untuk menghadapinya.

Proyeksi ekonomi dunia direvisi menjadi -4,4% pada tahun 2020 (sumber IMF), recovery diestimasi berlanjut di Kuartal IV tahun 2020 hingga tahun 2021. Kebijakan penerapan protokol Covid-19 hingga risiko kesehatan diperkirankan belum berakhir hingga masa pendistribusian vaksin dapat merata menjangkau segenap lapisan masyarakat. Hal ini mendorong down grade estimasi pertumbuhan ekonomi di 2021 dari proyeksi sebelumnya menjadi 5,2% (-0,2%) di tahun 2021.

“Suku bunga diproyeksikan masih bertahan di level rendah (low rate environment), namun stimulus masih dibutuhkan untuk mendorong pemulihan ekonomi menjadi background makro di tahun 2020-2021. Hal ini mendorong risiko beban hutang dari negara di Emerging Market di masa mendatang. Tingkat unemployment rate mengalami peningkatan di 2020 dan akan berlanjut di tahun 2021 bila risiko pandemi tidak segera berakhir, sehingga menjadi risiko global supply dalam jangka menengah,” jelas Putut Endro Andanawari, Presiden Direktur BNI Asset Management dalam paparan yang disampaikan sebagai salah satu pembicara.

“Memasuki tahun 2021 , kami melihat kondisi dalam negeri akan sedikit mengalami inflasi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 seiring meningkatnya penyaluran stimulus pemerintah. Kebijakan suku bunga Bank Indonesia relatif bertahan di level 3,75-4% seiring level inflasi yang mulai meningkat namun masih ada potensi penurunan suku bunga sebesar 25-50 bps dari level saat ini,” ungkap Putut menambahkan.

Menurutnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada level 4 – 5,1% (upside risk di 6%) pada tahun 2021, didorong oleh gradual recovery dari re-opening economy, khususnya bila vaksin sudah dapat terdistribusi. Selain itu diestimasi investasi dan ekspor meningkat, serta belanja dan program stimulus pemerintah masih cukup solid. Yield SUN 10 tahun diestimasi bergerak pada kisaran 6,27 – 6,65% (risk 7,3%) ditopang likuiditas lokal dan kembali masuknya investor asing ke pasar obligasi di Indonesia.

Beberapa pembicara lain di antaranya, Reza Y. Siregar, Staff khusus Menteri Koordinator bidang Perekonomian RI; Suahasil Nazara, Wakil Menteri Keuangan RI; Opening Speech, Adi Sulistyowati, Wakil Dirut BNI; Bahlil Lahadalia, Ketua BKPM; Bhima Yudhistira Adinegara, Associate INDEF.

BNI Asset Management sampai saat ini terus mempertahankan posisinya dalam 10 Besar Perusahaan Asset Management di Indonesia sesuai league table manajer investasi dengan Total Asset Under Management (AUM) per akhir Oktober 2020 sebesar Rp 24,64 triliun dan dengan pertumbuhan CAGR sebesar 20,07%. Jumlah investor institusi sekitar 80 lembaga dan lebih dari 1.000 investor ritel melalui kerja sama dengan 18 Agen Penjual Efek Reksadana (APERD) yang terdiri dari: 4 APERD Perbankan (Bank BNI, Bank BJB, Bank Nobu, Bank CTBC), 7 APERD Sekuritas (BNI Sekuritas, BRI Danareksa Sekuritas, Trimegah Sekuritas, Indo Premier Sekuritas, Phillip Sekuritas Indonesia, Mirae Asset Sekuritas, Mega Capital. Adapun 7 APERD Fintech (Bibit, Tanamduit, Moduit, Ajaib, Fundtastic, Bareksa, Investamart)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved