Technology

Accenture Indonesia Luncurkan Innovation Center for Financial Services on Mobility

Oleh Admin
Accenture Indonesia Luncurkan Innovation Center for Financial Services on Mobility

Teknologi menjadi jawaban ketika institusi perbankan tidak bisa melayani nasabah karena keterbatasan tempat dan waktu. Karena sebuah kantor cabang bank tidak beroperasi 24 jam. Jumlah kantor dan letaknya pun tidak banyak dan merata di seantero Indonesia. Maka tidak heran, sekarang ini pihak perbankan gencar mengembangkan mobile banking.

Sekalipun sudah ada dan berkembang, dunia mobile banking di Indonesia belumlah maksimal. Masih ada ruang yang besar untuk tumbuh. Karena itu, Accenture Indonesia berusaha mendorong para kliennya di industri jasa keuangan untuk mengembangkan bisnisnya lewat mobile. Perusahaan pun meluncurkan Innovation Center for Financial Services on Mobility.

David J Levi, Managing Director ASEAN Financial Services Strategy Accenture, Rabu (22/1/2014), di Jakarta, mengatakan bahwa saat ini, bank seharusnya memikirkan apa yang dibutuhkan oleh nasabahnya. “Kalau kamu pernah memerhatikan apa yang selalu Steve Jobs katakan, yaitu bukan mengembangkan apa yang pelanggan mau, tapi mengembangkan apa yang mereka butuhkan,” terang dia.

accenture

David mengatakan, “Kebanyakan bank sekarang ini telah berinvestasi cukup besar dalam teknologi. Ini karena teknologi menghabiskan banyak uang.” Menurut dia, pihak perbankan juga pihak operator telekomunikasi telah berupaya membangun mobile banking maupun mobile money.

Kenapa demikian? Tren yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia sekarang ini adalah penggunaan gadget yang cukup tinggi, seperti ponsel pintar dan tablet. Satu orang tidak hanya menggenggam satu ponsel, melainkan bisa memiliki dua bahkan tiga ponsel.

Hendra Godjali, Managing Director Financial Services Accenture Indonesia, menyebutkan bahwa adopsi digital oleh masyarakat di Tanah Air itu sangat cepat. Bahkan, bisa dibilang telah terjadi loncatan. Maksudnya, bila negara lain mengakses internet lewat PC terlebih dahulu baru ke mobile, sedangkan di Indonesia, seperti langsung loncat ke dunia mobile.

“Kita pada dasarnya bukan tumbuh seperti negara lain. Pertama kali mereka pakai internet, itu mereka pakai PC. Tapi, di Indonesia itu leapfrog, di mana masyarakat bukan ke PC lagi, tapi directly ke mobile teknologi,” terang Hendra. Bahkan, penggunaan internet saat ini banyak dari perangkat mobile.

Perubahan inilah yang dibidik oleh Accenture. Perusahaan konsultan manajemen, layanan teknologi, dan outsourcing ini melihat, teknologi mobile tidak boleh ditinggalkan oleh para kliennya, khususnya mereka yang berada di industri jasa keuangan. Karena, kata Hendra, seperti di dunia perbankan, tidak mungkin bank mempunyai ratusan ribu kantor cabang demi melayani nasabahnya hingga ke pelosok negeri.

Selain itu, jumlah masyarakat yang memiliki akun bank di Indonesia terbilang kecil. Mungkin dari total populasi 250 juta penduduk, hanya 40-50 juta orang saja yang memiliki akun bank. Sementara perusahaan operator telekomunikasi mempunyai jumlah pelanggan sekitar 290 juta. Maka, menurut Hendra, inilah pentingnya mengembangkan mobile money.

“Sebenarnya total di Indonesia ada berapa cabang untuk bank? Totalnya kurang dari 10.000 cabang. Sedangkan, telco dia punya 290 juta pelanggan,” ucap dia. Gambaran tersebut menunjukkan betapa penting dan bergunanya teknologi mobile bagi perusahaan dan masyarakat Indonesia.

Oleh sebab itu, Accenture Indonesia pun meluncurkan Innovation Center for Financial Services on Mobility. Pusat inovasi ini memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mendapatkan riset dan pemikiran dari Accenture hingga demonstrasi mobile banking. “Ketika kami mengerti kebutuhan klien, lalu kami membawa sumber daya yang tepat. Dalam arti kata, ahli dari dalam negeri ataupun luar negeri, dan kadang juga orang yang mengerti regulasi.”

Secara keseluruhan, solusi yang ditawarkan oleh Accenture lewat pusat inovasi ini meliputi inklusi finansial, mobile banking, mobile payment, serta mobile enterprise. “Industri jasa keuangan saat ini menghadapi tiga tantangan, yakni tuntutan pelanggan, menurunnya loyalitas, dan meningkatnya persaingan dari penyedia layanan non-tradisional. Peningkatan pelayanan mobile untuk pelanggan adalah solusi bagi tantangan ini,” tegas Hendra. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved