Technology

Buzzer Bersaing dengan Iklan Twitter, Telkomsel Manfaatkan Keduanya

Oleh Admin
Buzzer Bersaing dengan Iklan Twitter, Telkomsel Manfaatkan Keduanya

Masuknya Twitter ke Indonesia melalui agen periklanan Komli, jelas akan meramaikan dunia marketing dan promosi. Beriklan di twitter memang bukan hal baru. Namun, selama ini pemilik brand tanah air mengandalkan buzzer untuk menyuarakan kampanye produk mereka di twitter.

Istilah buzzer sendiri mulai mencuat setahun belakangan. Buzzer merupakan istilah untuk selebtwit alias selebriti twitter dengan banyak follower yang mempengaruhi followernya dengan tweet tentang brand terkait. Caranya mempengaruhi berupa hashtag, testimoni, hingga percakapan sesama buzzer. Semua itu dilakukan di twitter dengan tujuan mempengaruhi follower yang mengikuti timeline mereka.

Telkomsel adalah salah satu perusahaan yang mengandalkan buzzer. Kepala Departemen Media Digital Telkomsel, Kemas M. Fadhli mengungkapkan, kelebihan menggunakan buzzer adalah lebih tepat dalam membidik segmen yang disasar. Misal, ketika suatu kampanye membidik kalangan anak muda, ia menggunakan buzzer dari artis yang digandrungi remaja. Fahdli menuturkan kelemahan kampanye dengan buzzer, “Buzzer tidak punya rate yang tetap atau ratecard seperti iklan. Ada yang sekali tweet Rp 50.000, ada yang Rp 1 juta, malah ada juga yang per project Rp 80 juta.”

Kemas M. Fadhli

Sementara itu, agen periklanan seperti Komli sudah memiliki ratecard, termasuk untuk iklan Twitter. Ditemui usai perhelatan peluncuran Twitter, Fadhli mengatakan bahwa Telkomsel memang berencana beriklan di sosial media 140 karakter tersebut. Dengan estimasi investasi awal sekitar Rp 150 juta, Telkomsel didaulat sebagai klien twitter pertama di Indonesia. Meski demikian Fadhli belum menentukan produk pariwara mana yang akan dibelinya, promoted twitter, promoted trend, atau promoted tweet. “Kami mungkin akan menggabungkan buzzer dengan iklan twitter, tergantung budget kampanye nanti,” lanjutnya kepada SWA Online.

Bicara strategi budgeting iklan, Fadhli menuturkan, “Model bisnis Komli ini seperti menabung. Jadi kami taruh nabung dulu Rp 150 juta, nanti dimanfaatkan kalau ada kampanye. Kami sendiri masih melihat, misalnya, dengan Rp 20 juta dia bisa apa saja. Kami bandingkan dengan rate buzzer, kemudian dikombinasikan.” (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved