Technology

Ini Tiga Aplikasi OTT Pilihan ATSI

Ini Tiga Aplikasi OTT Pilihan ATSI

Setelah diumumkan akan diadakan pemilihan aplikasi yang akan didukung ATSI (Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia) pada pertengahan Desember tahun lalu, akhirnya 17 Maret 2016 terpilih tiga aplikasi OTT (Over The Top) karya asli Indonesia yaitu Qlue (qlue.co.id), Catfiz (catfiz.com) dan Sebangsa (sebangsa.com).

Proses pemilihan cukup panjang dan sangat detil. OTT yang didaftarkan harus benar-benar didirikan oleh putra-putri Indonesia dan pendanaannya pun harus lokal. Tidak boleh ada unsur asing dalam perusahaan apapun bentuknya. Maka itu saringannya sangat ketat, setelah satu bulan periode pendaftaran peserta, menyisakan hanya lima aplikasi OTT yang benar-benar memenuhi kriteria yang digariskan ATSI. Dari sini terpilih tiga aplikasi OTT tersebut. Dan panitia hanya membatasi apliasi media sosial untuk kali ini.

OTT ATSI

Alexander Rusli, Ketua ATSI, menyampaikan, ATSI berkomitmen dan mendukung ketiga OTT tersebut agar lebih memasyarakat dan bahkan mengglobal. Maka itu salah satu syarat terpilihnya, OTT harus bervisi jangka panjang, memiliki user experience yang kuat dan sustainability.

“Semua anggota asosiasi sudah sepakat untuk itu, karena kami sadar benar bahwa program ini merupakan bagian dari upaya mengangkat citra bangsa, sekaligus memotivasi masyarakat untuk mampu memanfaatkan secara maksimal kemajuan teknologi digital,” imbuhnya.

Seluruh operator selular siap mendukung terutama dalam meningkatkan awareness ketiga aplikasi OTT ini, bisa melalui SMS broadcast, pencantuman logo , link, dan banner. Bentuk pembinaan ini akan dikaji secara berkala sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal bagi para OTT binaan. Dukungan dan binaan kepada ketiga OTT terpilih melibatkan 6 anggota ATSI, yaitu Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Hutchison Tri Indonesia, Smartfren dan Telkom.

Rudiantara, Menkominfo RI, yang berkesempatan hadir dalam acara ini menyampaikan bahwa pihaknya tahun lalu bicara dengan pihak ATSI, Indonesia sebagai pengguna teraktif media sosial di dunia, jangan hanya sebagai pengguna.

“Aplikasi Line saja ada 60 juta penggunanya di Indonesia. Kalau dilihat tiga yang terpilih ini, kita bisa, akan lebih powerful kalau didukung seluruh perusahaan operator selular,” ujarnya. Bahkan pria yang akrab disapa Chief ini, menyarankan sebagai wujud dukungan ATSI pada ketiga aplikasi OTT ini, masyarakat tidak perlu ke play store untuk mendapatkan aplikasi ini, jadi setiap simcard sudah ada ketiga aplikasi lokal ini.

“Berapa sih biayanya tidak besar kok, jadi setiap konsumen memasukan simcard baru, mereka sudah bisa menikmati ketiga aplikasi ini. Bayangkan ada 160 juta pemakai selular, satu hape satu simcard,” tegasnya.

Setelah men-set ketiga aplikasi ini di simcard, kemudian didorong dengan SMS broadcast untuk aktif digunakan. Rudiantara yakin, hanya dalam hitungan minggu saja, pengguna ketiga aplikasi media sosial yang terpilih ini akan melebihi pengguna Twitter, Facebook dan Line di Indonesia.

“Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang paling aktif menggunakan berbagai produk digital. Sudah lama Indonesia dikenal sebagai ibukota sejumlah social media. Tidak heran jika semua OTT raksasa dunia kini memiliki perhatian khusus ke kita,” jelasnya.

Potensi pasar Indonesia sangat besar. Nah, fakta itu semestinya memang menjadi pengingat agar kita jangan hanya menjadi pengguna OTT asing, namun juga mampu menciptakan sendiri OTT yang digunakan oleh orang sedunia. Rudiantara yakin kita pasti bisa, karena teknologi digital pada dasarnya membuka kesempatan luas kepada setiap orang untuk bisa berkreasi.

Menkominfo menambahkan, perkembangan industri kreatif berbasis digital dalam negeri akan menjadi modal penting bagi bangsa lndonesia untuk bersaing di pentas global. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun OTT Nasional guna mendorong terwujudnya Digital Ekonomi di lndonesia. Menteri berharap agar ketiga OTT Nasional tersebut dapat menunjukkan keseriusannya bahwa mereka layak didukung, serta dapat memberikan layanan yang dibutuhkan masyarakat termasuk bagi komunitas Pemerintahan.

“Masak sih buat mencapai 50 juta pengguna saja tidak bisa, apalagi didukung seluruh anggota ATSI,” tantang Rudiantara pada anggota ATSI.

Mengenal lebih dekat dengan OTT yang terpilih, Catfiz yang didirikan pada 2011 ternyata sudah digunakan di lima negara. Menurut Moh. Arvan, CEO Catfiz, aplikasi pesan ini 100 persen dimiliki orang Indonesia, infrastruktur pun dibangun di sini. “Hingga saat ini ada 2 juta pengunduh Catfiz di lima negara, 750 ribu pesan terkirim dari Catfiz setiap hari, merupakan hybrid messenger social media, ada 2000 group member dan 500 mb file transfer dan media streaming,” ujar Arvan.

Lalu Qlue, ber-platform media sosial yang menawarkan manfaat berupa saluran komunikasi yang efektif antara masyarakat dengan pemerintah, atau dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan publik. Sistem saluran komunikasi yang dibangun ini sekaligus bisa meningkatkan nilai transparansi dengan cara yang mudah, dan dilakukan secara fun. Sarana ini cocok bagi kalangan pemerintah, termasuk pemerintah daerah, untuk mendengarkan suara warga masyarakat. Karena itu, OTT ini pun sangat pas untuk melengkapi program-program Kota Pintar (smartcity). Qlue telah dimanfaatkan oleh Pemda DKI Jakarta, dengan jumlah pengguna mencapai sekitar 250 ribu user dan 10 ribu laporan per hari.

Seperti juga Qlue, Sebangsa merupakan OTT media sosial, namun berbasis komunitas. Jadi, Sebangsa yang didirikan Enda Nasution ini, menyediakan media komunikasi yang bisa dimanfaatkan oleh berbagai komunitas. Media sosial ini telah dimanfaatkan oleh sekitar 30 ribu pengguna. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved