Technology

Dorong Inovasi, Intel Fokus Pengembangan Pendidikan

Dorong Inovasi, Intel Fokus Pengembangan Pendidikan

Menyongsong era komputasi terkoneksi dengan berbagai aspek kehidupan (era of integration), Intel Indonesia fokus mengembangkan aspek pendidikan untuk menjawab kebutuhan akan inovasi dari berbagai benda yang bisa dihubungkan dengan internet (internet of things). Fokus ini disasarkan Intel Indonesia agar tercipta kompetensi lokal yang dapat berkontribusi dalam perkembangan IPTEK di Indonesia, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

9

Harry K. Nugraha, Country Manager Intel Indonesia, memandang bahwa sudah saatnya Indonesia menciptakan sebuah ekosistem yang saling terintegrasi, dan untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan satu sinergi dari setiap pihak.

Agaknya tuntutan untuk merealisasikan itu menurut Harry tidak usah dikhawatirkan. Alasannya adalah karena generasi muda Indonesia banyak yang kompeten untuk menciptakan inovasi – inovasi terkait dengan internet of things.

“Kita memiliki talenta – talenta muda berbakat. Misalnya saja adik – adik kita yang masih berusia 15 tahun, Muhtaza Aziziya, dan Anjani Princess Rahma dari SMAN 2 Sekayu, Sumatera Selatan, yang berhasil menyabet penghargaan Intel ISEF (International Science and Engineering Fair) di Los Angeles dengan inovasinya yaitu mereka berhasil menciptakan kulkas tanpa listrik,” papar Harry.

Ia juga menambahkan, mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura juga telah berhasil menciptakan sebuah inovasi sebuah aplikasi untuk belajar matematika secara unik dan menyenangkan, yaitu Count the Bunnies. Bahkan pelajar sekolah menengah yang berusia 15 tahun saja sudah berhasil menemukan solusi untuk kanker.

Hermawan Surtanto, Marketing Director Intel Indonesia, menarik kesimpulan bahwa Indonesia kaya akan inovator – inovator berkompetensi, bahkan dari siswa/i tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Sehingga menurutnya, akan menjadi lebih penting apabila dapat mengakomodir potensi mereka dengan baik.

Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa pendidikan informasi dan teknologi sejak dini merupakan hal yang sangat substansial, bahkan perhatiannya pun tidak hanya dibatasi pada kota – kota besar saja, seperti Jakarta, Surabaya, maupun Yogyakarta, melainkan juga harus menyentuh remote area.

Adapun model pengembangannya, menurut Hermawan, siswa/i tingkat SMP dapat berperan sebagai konseptor yang kemudian idenya tersebut dipertajam oleh kakak – kakaknya di tingkat universitas. Sehingga nantinya, dari Intel Indonesia sendiri akan dilanjutkan unuk diimplementasikan di setiap lini, yang disesuaikan dengan desain kebutuhannya, seperti misalnya Smart City, MRT, e-health, dan berbagai aspek lainnya.

Harry juga menambahkan, kemungkinan mengintegrasikan berbagai hal bisa dikatakan cukup sukses. Pasalnya, tidak hanya tekonologi baru saja yang bisa diterapkan disitu, melainkan yang sifatnya old fashioned pun bisa dihubungkan.

Misalnya saja pada Blue Bird yang akan mengimplementasikan Microsoft NIC, di mana di belakang sopir dilengkapi dengan tablet yang digunakan untuk melihat argo. “Ini kan alat lama yang kemudian dimodifikasi sedemikian rupa sebagai bentuk dari community solution,” tambah Harry.

Investasi pendidikan dari sudut pandang informasi dan teknologi menjadi lebih penting, lantaran, seperti yang dicanangkan Presiden RI, Joko Widodo, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia 7% itu dapat terjadi apabila ada optimalisasi di bidang pendidikan. Hal ini juga dipertajam oleh hasil survey McKinsey terhadap negara – negara berkembang, pendidikan IT sejak dini, apabila diterapkan dengan baik, dapat memberikan efek 60% lebih produktif.

“Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pendidikan IT, bekerja sama dengan Diknas, kemudian menjalin ekosistem dengan semua lini, termasuk desainer, engineer, dan entrepreuner,” tutup Harry. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved