Technology

Gerak Digital Astra Life untuk Melayani Nasabah

Windawati Tjahjadi, Presiden Direktur Astra Life.
Windawati Tjahjadi, Presiden Direktur Astra Life.

Dari hari ke hari, digitalisasi makin tak terpisahkan dari kehidupan bisnis. Bahkan, menjadi tulang punggung perusahaan di hampir semua sektor industri karena mampu menjadi pendukung peningkatan performa.

Di industri asuransi, pentingnya digitalisasi juga mendapat pengakuan. Hal ini tampak sewaktu Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia pada April 2022 meluncurkan roadmap industri asuransi jiwa 2022-2046. Dalam peta jalan tersebut diungkap tentang pentingnya aspek digital, yakni optimalisasi layanan asuransi dengan menciptakan inovasi berbasis digital.

Bagi PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life), roadmap tersebut bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Pasalnya, Astra Life yang merupakan bagian dari Grup Astra International ini sudah memberikan layanan digitalnya sejak berdiri pada 2014.

Windawati Tjahjadi, Presiden Direktur Astra Life, mengatakan, pihaknya memang menetapkan arah perusahaan sebagai penyedia asuransi berbasis digital sejak pertama kali hadir di tengah masyarakat. Bahkan, pada produk bancassurance pertamanya yang bekerjasama dengan Bank Permata di tahun 2014, Astra Life sudah menggunakan teknologi iPad dalam penjualannya.

“Saat itu kami termasuk pemain baru di asuransi yang langsung bermain secara digital. Sejak awal memang kami set untuk fokus pada digitalisasi, sehingga kami mampu beradaptasi dengan cepat. Kami tidak mau lagi menggunakan model konvensional seperti menggunakan hardcopy dan semacamnya, karena kami melihat ke depannya perusahaan harus bergerak ke arah digital,” tutur Windawati.

Lebih lanjut Windawati mengungkapkan bahwa teknologi digital ini juga menjadi sarana pendukung untuk mencapai visi perusahaannya, yaitu Astra Life in Every Home. Dalam visi ini, Astra Life menegaskan ingin bisa menjangkau seluruh masyarakat Indonesia yang tersebar di berbagai pulau. “Agar visi kami untuk hadir di setiap rumah masyarakat Indonesia ini tercapai, teknologi digital adalah jawabannya,” dia menegaskan.

Berangkat dari visi tersebut, Astra Life pun berinovasi di jalur digital. Tahun 2017, mereka meluncurkan platform ilovelife.co.id. Ini adalah platform e-commerce untuk pembelian beragam produk, baik asuransi jiwa maupun kesehatan Astra Life, secara end-to-end terutama yang bersifat general insurance.

Di ilovelife.co.id, disajikan pilihan produk asuransi yang lengkap. Antara lain, asuransi jiwa dengan perlindungan hingga Rp 5 miliar tanpa cek medis (Flexi Life); asuransi kesehatan dengan manfaat rawat inap sesuai tagihan dan fasilitas cashless (Flexi Hospital & Surgical); asuransi jiwa dan kesehatan dengan santunan rawat inap hingga Rp 1 juta per hari (Flexi Health); asuransi penyakit kritis hingga Rp 2 miliar tanpa cek medis (Flexi Critical Illness): asuransi olahraga (iSport); hingga Kado Love Life sebagai produk perlindungan jiwa yang dapat diberikan sebagai hadiah.

“Nasabah juga dapat menghitung premi untuk menentukan jumlah pertanggungan yang diinginkan dengan fitur kalkulator premi. Jadi, keseluruhan produk di platform ini dirancang dengan keunggulan flexibility dan simplicity yang memberikan kemudahan dalam berasuransi layaknya berbelanja online,” ungkap Windawati.

Seiring itu, dia menambahkan, Astra Life juga mengembangkan aplikasi Buddies yang berfungsi sebagai layanan untuk mengakses polis, mengajukan klaim, mencari info lokasi rumah sakit rekanan, dan saling merekomendasikan atau memperkenalkan produk asuransi. “Jadi, ada edukasinya, tapi juga ada monetisasinya.”

Windawati mengatakan, dalam mengembangkan produk-produk digitalnya tersebut, Astra Life menempuhnya secara bertahap. Selain melalui sejumlah focus group discussion, mereka pun sempat melakukan benchmarking kepada Aviva saat masih bernama Astra Aviva Life di awal terbentuknya. Kala itu, Aviva di Hong Kong baru merilis asuransi untuk korporat melalui jalur digital yang tidak menggunakan agen, berupa produk-produk yang simpel dan tidak membutuhkan banyak requirements.

“Kami mengadopsi best practices mereka yang cocok untuk diterapkan di sini. Kami belajar bahwa yang bisa dijual secara digital adalah produk yang simpel, bukan unitlink. Mengapa? Selain dibatasi regulasi, nasabah yang membeli di platform digital adalah orang yang relatif tidak punya banyak waktu. Paling lama 10-15 menit harus sudah selesai. Harus efisien,” tuturnya.

Dengan prinsip continuous improvement, pihaknya tidak pernah mengenal rasa berpuas diri dalam berinovasi. Tahun ini, ambil contoh, Astra Life menyempurnakan rangkaian inovasi digitalnya dengan meluncurkan MyAstraLife. Aplikasi yang dirilis saat pergelaran otomotif GIIAS pada Agustus 2022 ini, menurut Windawati, dihadirkan agar nasabah dapat lebih mudah mengakses semua produk dan melakukan aktivitas dalam satu genggaman.

Melalui tiga fitur utamanya, yaitu My Portofolio, My Claim, dan My Fund Value, aplikasi ini mengintegrasikan semua kanal Astra Life, seperti bancassurance, agen, direct, dan korporasi, ke dalam satu platform. Nasabah akan diarahkan ke tiap-tiap kanal ketika memilih tautan layanan. Aplikasi ini juga mempermudah nasabah yang memiliki banyak polis sehingga bisa melihat cakupannya secara komplet, tidak harus membuka polis satu per satu seperti sebelumnya.

“MyAstraLife adalah servicing point apps, tempat nasabah untuk klaim, melihat polis, mengatur portofolio di unitlink. Terkait pembelian, nanti di aplikasi akan mengarahkan ke masing-masing channel. Mau beli produk digital akan di-linked ke ilovelife. Ingin membeli unitlink, diarahkan ke bancassurance di Bank Permata. Atau kalau dia bukan nasabah Permata, diarahkan ke agen,” Windawati menjelaskan. Kemudian, agar jangkauan produk lebih luas, Astra Life juga menghadirkan produknya di sejumlah insurtech, seperti Qoala dan PasarPolis.

Bagi Astra Life, implementasi serta pengembangan inovasi digital seperti yang dipaparkan di atas merupakan upaya untuk menghadirkan tiga fungsi, yaitu digital sebagai process and service enabler, distribution enabler, serta information & education enabler. Ketiganya, kata Windawati, berorientasi pada satu kiblat, yakni customer focus.

Jika dilihat secara umum, berbagai inovasi digital di atas telah berkontribusi signifikan bagi penjualan produk asuransi Astra Life. Peningkatan ini juga terdorong oleh pandemi Covid-19 yang turut meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki proteksi berupa asuransi jiwa. “Penjualan produk asuransi melalui kanal digital Astra Life tumbuh hingga tujuh kali lipat dibandingkan periode sebelum Covid-19,” kata Windawati bangga.

Dia mengenang, ketika awal pandemi di tahun 2020, tren penjualan asuransi, terutama unitlink, menurun drastis lantaran tidak bisa tatap muka. Di sinilah Astra Life makin menggenjot layanan digitalnya. Pihaknya melakukan business process re-engineering untuk dapat memasarkan asuransi jiwa secara online, sampai berhasil menjadi salah satu dari sedikit perusahan asuransi jiwa yang mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan untuk memasarkan produk unitlink secara online melalui video call.

Seluruh pencapaian ini tentu saja membuat tim manajemen Astra Life semakin percaya diri. Apalagi, bila melihat kinerjanya. Secara bisnis, pada 2022, Astra Life telah bergerak dari perusahaan asuransi jiwa dengan total aset Rp 1 triliun di 2014 menjadi Rp 7,4 triliun di semester 1/2022. Pada semester 1/2022, pertumbuhan total tertanggung meningkat 13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan peningkatan total tertanggung dari 3,3 juta menjadi 3,72 juta jiwa.

Adapun pembayaran klaim tercatat dari Rp 291 miliar pada semester I/2021 menjadi Rp 314 miliar pada semester I/2022. Tingkat solvabilitas atau risk-based capital-nya di angka 306%.

“Untuk rencana pengembangan digital tahap selanjutnya, kami ingin meningkatkan lagi terkait produk-produk yang menyesuaikan dengan profil nasabah,” ungkap Windawati. (*)

Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved