Technology zkumparan

Kejelian Edi Topan Orbitkan Startup Ekpedisi Ekspor

Kejelian Edi Topan Orbitkan Startup Ekpedisi Ekspor
Edi Topan Young, CEO Expedito, bersama kru

Lima tahun berkecimpung di bisnis ekspor pakaian membuat Edi Topan Young (38 tahun) merasakan betul sulitnya menemukan jasa pengiriman produk untuk tujuan ekspor yang fleksibel. Kalangan usaha kecil-menengah (UKM) seperti Edi sering sulit mengekspor produk karena terkendala pola kerja perusahaan pengiriman yang memang membuat batasan kuantitas minimum dari barang kiriman. Biasanya, ketika banyak UKM kemudian memaksakan diri mengekspor produk dalam skala kecil, margin mereka menjadi tertekan karena mahalnya ongkos kirim. Untuk itulah, Edi kemudian bersinergi dengan kawannya, Albertus Putra, mendirikan tech startup yang fokus pada layanan pengiriman ekspor, dengan nama Expedito.

Expedito mulai beroperasi pada Oktober 2016. “Dengan Expedito, siapa pun bisa melakukan ekspor dengan sistim joint shipping sehingga bisa memenuhi syarat kuantitas minimum dari perusahaan kurir internasional. Bahkan, di sini kami tak ada batas minimum pengiriman, hanya 0,5 kilo pun akan kami kirim. Harga juga lebih murah dibanding ekspor sendiri langsung melalui kurir pengiriman,” Edi menjelaskan. Pihaknya bisa menjalankan pola ini karena sudah ada kerjasama dengan sejumlah perusahaan kurir yang telah lama bermitra. Hingga saat ini, Expedito telah berkolaborasi dengan 20-an perusahaan kurir lokal dan internasional, termasuk DHL, TNT FedEx, Aramex, UPS, First Flight, DPEX, Skynet, EMS, Citylink, Pos Indonesia, SF Express, dan SkyNet.

Tech startup penyedia jasa pengiriman barang ekspor ini memberikan layanan touch point ke pelanggan melalui aplikasi Android dan website. “Kebanyakan pelanggan kami masih bertransaksi melalui website, bukan dari aplikasi,” ungkap Edi yang menjadi CEO Expedito. Expedito dikembangkan Edi berdasarkan pengalamannya menggunakan AliExpress dan eBay karena ia memang berpengalaman menjadi eksportir pakaian ke puluhan negara.

Ia mengungkapkan, sasaran pengguna Expedito ialah eksportir pemula dan UKM di Indonesia. “Kami ingin memperluas jejaring penjualan mereka ke luar negeri dengan pemberian akses harga yang lebih murah dan tidak terhambat oleh minimum kuantitas,” katanya tandas.

Hingga kini, setidaknya 5.000 pengguna sudah melakukan registrasi di platform Expedito dan tak kurang dari 2.800 UKM telah melakukan lebih dari empat kali transaksi pengiriman ekspor melalui jasa Expedito. Per Desember 2018, Expedito sudah melakukan pengiriman ke 82 negara.

Sejauh ini 10 destinasi ekspor yang transaksinya paling banyak ialah Singapura, Malaysia, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jepang, Hong Kong, Kanada, dan China. “Kebanyakan produk fashion, apparel, dan kosmetik asli Indonesia, 90 persen merupakan produk lokal,” ungkapnya. Hingga akhir Desember 2018, sudah ada 9.082 transaksi pengiriman melalui Expedito dengan total berat 45.523 kg (45,5 ton).

Edi mengakui omset bisnisnya meningkat 300 persen dari 2017 ke 2018. Bisa jadi, ini karena imbas dari salah satu plus point layanan Expedito yang tak hanya memberikan kemudahan pengiriman ekspor, tetapi juga informasi (sosialisasi) terkait regulasi di pasar mancanegara dan pengalaman ekspor.

Pihaknya terus ingin berkembang menjadi besar seperti AliExpress, tetapi fokus menyediakan marketplace untuk jual dan beli produk-produk asli Indonesia. “Kami akan integrasikan marketplace ini dengan Expedito sebagai layanan kurirnya,” kata Edi menegaskan. Guna memopulerkan layanannya, Expedito telah dipromosikan melalui Google AdWords dan Search Engine Optimisation.

Meski demikian, bukan berarti usaha rintisan Edi ini tanpa kendala. Ia mengakui, tantangan yang dihadapi pengguna: terkadang sulit mendrop barang ke drop point Expedito atau kendala penjemputan barang yang di luar Jakarta. “Karena basis kami masih di Jakarta, pengirim dari luar Jakarta akan menjadi lebih jauh dan pengguna mesti keluar biaya lagi,” katanya. Sebab itu, Expedito yang kini diperkuat delapan karyawan berencana membuka drop point baru di dua kota lainnya, yakni Bandung dan kota di Bali. “Kami akan cari sejumlah daerah strategis mana saja yang cocok untuk kami dirikan cabang drop point Expedito agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, ” imbuhnya.

Zaldy Ilham Masita, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, menyambut baik hadirnya Expedito. Sebab, menurutnya, Indonesia membutuhkan banyak startup logistik baru untuk memberikan solusi bagi kebutuhan logistik Indonesia sehingga biayanya lebih murah dan tingkat layanannya lebih tinggi.

“Kami berharap Expedito bisa menjadi model bisnis logistik baru, yang fokus pada ekspor konsolidasi. Ini sangat menarik karena kita ingin menggenjot ekspor dan mendorong UKM agar bisa ekspor,” kata Zaldy. “Saran saya, Expedito perlu lebih aktif dalam marketing agar lebih dikenal UKM dan eksportir, serta banyak melakukan kolaborasi. Dan, tentunya memperkuat TI, dengan tujuan: UKM bisa ekspor semudah membeli tiket online,” tambahnya. (*)

Reporter: Chandra Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved