Technology Trends

Memahami Data, Kunci Generasi Muda Bersaing di Masa Depan

Praktisi dan Data Analis Arief Rama Syarif saat memberikan penjelasan tentang pentingnya data untuk bersaing di masa depan. (Dok. Ist)

Indonesia pada 2030 nanti akan mengalami bonus demografi. Di mana jumlah anak muda usia produktif lebih tinggi dibandingkan warga dengan usia tidak produktif. Momen tersebut akan menjadi bonus bagi negara apabila anak-anak muda benar-benar produktif memanfaatkan waktunya, jika tidak maka sebaliknya bencana demografi.

Data sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, sebanyak 44,6 juta penduduk Indonesia masuk dalam golongan usia muda. Artinya, beberapa tahun ke depan mereka harus siap memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja dengan mengupgrade skill.

Salah satu cara agar anak muda bisa meningkatkan skillnya adalah dengan memahami perkembangan teknologi dan menguasai data. Data dapat menolong suatu perusahaan membuat keputusan yang lebih baik, seperti contoh data berperan untuk menemukan pelanggan baru, meningkatkan layanan, menentukan strategi marketing, melacak interaksi, dan memprediksi tren penjualan. Sementara teknologi memudahkan pengelolaan data agar lebih akurat dan efisien.

Mengenai data tersebut, Arief Rama Syarif selaku praktisi dan analis data mengungkapkan bahwa anak muda agar bisa memahami data maka harus belajar dengan serius dan melalui proses yang tidak main-main. Namun Arief mengungkapkan bahwa untuk bisa memahami data atau belajar soal pemahaman data, tak perlu menjadi ahli di bidang IT.

”Sekarang sudah banyak platform data analisis yang bisa dipelajari dengan mudah, asal rajin dan tidak main-main. Kita tidak perlu ahli dalam ilmu coding atau ilmu IT, cukup memiliki komitmen untuk mau belajar menganalisa data melalui platform yang ada,” kata Arief kepada SWA Online, Selasa (21/2/2023).

Salah satu contoh platform yang cukup mudah dipelajari dalam menganalisa data, saran Arief, adalah KNIME Analytics Tools. Platform ini dapat membantu orang awam untuk bisa melakukan prediksi dan estimasi dari sebuah dataset dengan mudah.

“Cukup mudah dan sangat membantu. Cuma tadi, harus serius dan tekun mempelajarinya, jangan cuma coba-coba, main-main. Hal apapun kalau hanya main-main tidak akan berhasil,” ucapnya.

Ia juga menegaskan bahwa yang terpenting dari sebuah analisa data adalah bagaimana seseorang dapat menemukan sebuah prediksi dan estimasi, yang menjadi dasar penentuan keputusan, baik itu untuk perusahaan maupun entitas bisnis lainnya. ”Jadi tidak hanya tentang bagaimana membuat visualisasi data namun lebih ke insight apa yang bisa didapatkan dari sebuah kelompok big data,” ungkapnya.

Arief juga mencontohkan sebuah entitas usaha logistik sangat membutuhkan data analis agar dapat menganalisis data untuk bisnisnya saat ini dan di masa depan. Lalu bagaimana agar di masa yang akan datang bisnis logistik bisa diprediksi prospeknya?

Hal tersebut bisa dilihat dari data pertumbuhan e-commerce di Indonesia yang telah menciptakan peluang di sektor logistik yang semakin moncer. Nilai Gross Merchandise Value (GMV), e-Commerce di Indonesia diprediksi akan tumbuh dari US$32 miliar menjadi US$83 miliar dolar AS pada tahun 2025. Nilai itu berbanding lurus dengan melonjaknya kebutuhan akan layanan logistik. Apalagi dengan tren sebagian besar masyarakat sudah memilih untuk berbelanja online daripada konvensional.

“Data tersebut menjadi kabar baik bagi para pebisnis startup untuk berinovasi di sektor logistik. Untuk itu mereka membutuhkan tenaga-tenaga muda yang memiliki kemampuan analisa data di masa depan,” ucap pria yang juga Dosen Universitas Nusa Mandiri ini.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved