Technology Trends

Traveloka Pelopori PayLater untuk Memenuhi Kualitas Gaya Hidup Masyarakat

Traveloka Pelopori PayLater untuk Memenuhi Kualitas Gaya Hidup Masyarakat

Ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara terus bertumbuh pesat dan diperkirakan akan mencapai nilai ekonomi sebesar US$1 triliun atau Rp 14.502 triliun pada 2030, dipacu oleh layanan keuangan digital yang semakin diminati para pengguna internet.

Menurut laporan edisi keenam dari ‘E-conomy Southeast Asia (SEA) Report – Roaring 20s: The SEA Digital Decade’ hasil riset dari Google, Temasek, dan Bain & Company yang diterbitkan tahun lalu, pembayaran digital diperkirakan akan mencapai nilai transaksi bruto sebesar $1,1 triliun pada 2025. Selain itu, pinjaman digital diperkirakan menjadi empat kali lebih besar dari $23 miliar dalam nilai pinjaman berjalan total pada 2020 menjadi senilai $92 miliar dalam lima tahun.

“Laporan tersebut menunjukkan peluang pasar yang sangat besar,” kata Caesar Indra, Presiden Traveloka dalam pernyataan tertulis kepada media sehubungan dengan meningkat tajamnya penawaran dan pengguna dari layanan pinjaman digital.

Traveloka, saat ini telah menjadi lifestyle superapp yang menawarkan layanan lengkap bagi pengguna di delapan negara di wilayah Asia Tenggara. Traveloka merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memperkenalkan layanan pinjaman jangka pendek Buy Now Pay Later (BNPL), atau biasa disebut PayLater, pada 2018 sebagai solusi bagi pelanggan yang membutuhkan kemudahan berbelanja dan mengatur sendiri cicilan pembayaran tetapi tidak memiliki akses kepada layanan perbankan tradisional yang mengeluarkan kartu kredit.

Menurut Caesar, hanya sekitar 10 persen dari pengguna aplikasi Traveloka di Indonesia, Thailand, dan Vietnam yang memiliki kartu kredit pribadi. “Banyak eksekutif perusahaan di Indonesia berulang kali gagal mendapatkan kartu kredit dari bank. Hal ini bukan karena mereka tidak layak mendapatkannya. Masalahnya ada pada

ketersediaan data; di mana institusi pemberi kredit atau bank tidak memiliki data keuangan yang cukup dari nasabah sehingga dianggap berisiko bila mendapatkan pinjaman,” imbuhnya.

Sebagai perusahaan teknologi yang terus berinovasi, Traveloka memiliki dan mengelola data dari pengguna layanan sejak 2012 saat perusahaan tersebut berdiri sebagai layanan pemesanan transportasi dan akomodasi wisata. Dalam dasawarsa terakhir, tercatat sebanyak 60 juta kali aplikasi Traveloka telah diunduh dan telah diakses oleh 40 juta pengguna aktif.

Pengguna yang tidak memiliki kartu kredit, jelas Caesar, memilih untuk membayar pada saat-saat terakhir dan seringkali harus membayar lebih tinggi karena harga-harga cenderung naik bila terlalu dekat dengan waktu pemesanan, ditambah lagi risiko penawaran semula tidak lagi tersedia. “Kami tidak menyangka bahwa lebih dari separuh transaksi wisata melalui Traveloka di Indonesia dilakukan melalui transfer antar bank. Kami menyadari bahwa banyak pengguna tidak memiliki kartu kredit walaupun data kami menunjukkan bahwa hampir semua pengguna mampu membayar di muka, bahkan sebelum mereka menggunakan layanan-layanan kami,”jelas Caesar.

Berdasarkan pengetahuan tersebut, Traveloka meluncurkan Traveloka PayLater pada 2018 di Indonesia untuk memudahkan pengguna memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka. Traveloka bermitra dengan beberapa bank ntuk memperluas layanan seperti Traveloka PayLater Card yang merupakan kartu kredit hasil kerja sama dengan BRI. Juga, bermitra dengan BNI dalam peluncuran Traveloka PayLater Virtual Number (berikutnya disebut Virtual Number), yang pertama di Indonesia. Layanan ini memungkinkan pengguna bertransaksi dengan aman dan mudah di pasar dan toko online dengan menggunakan rangkaian 16 angka unik terintegrasi dengan aplikasi seluler Traveloka.

Dalam waktu sebulan setelah peluncurannya, Virtual Number digandeng oleh online

marketplace ternama di Indonesia, begitu juga dengan perusahaan kosmetik internasional, dan ratusan merek terkenal Indonesia. Layanan Virtual Number telah digunakan untuk transaksi di lebih dari 20 toko online, sementara 50 persen dari pengguna yang telah mengaktifkan layanan tersebut telah menikmati pengaturan cicilan pinjaman dalam jangka waktu 1 – 12 bulan.

“Kelebihan layanan Traveloka adalah kami memahami pelanggan kami, kemampuan keuangan mereka, bagaimana pola belanja mereka – bahkan pilihan wisata mereka. Teknologi kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin (machine learning) memberi penilaian yang akurat mengenai kelayakan para peminjam untuk mengurangi risiko gagalnya pelunasan pinjaman. Menurut kami, informasi tersebut sangat relevan bagi bisnis layanan pinjam meminjam uang dan tidak semua pemain di industri ini memilikinya,” terang Caesar.

“Banyak pemain telah memasuki pasar BNPL, tetapi saya yakin pasar ini cukup besar untuk semua. Walau begitu, kami di Traveloka akan terus berinovasi untuk membantu masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan harian mereka sekaligus meningkatkan kualitas gaya hidup mereka. Kami lebih puas bila layanan yang kami tawarkan menguntungkan pengguna,” imbuhnya.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved