Trends Economic Issues

Tetap Waspada pada Ancaman Resesi 2023

Tahun 2023 dibayang-bayangi krisis global akibat perang Rusia-Ukraina, inflasi tinggi melanda negara-negara adidaya, dan dunia pun masih tertatih-tatih pascapandemi. Dengan adanya ketidakpastian tersebut sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 berada pada kisaran 2,3 – 2,9 persen. Proyeksi tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2022 yang berada pada kisaran 2,8 -3,2 persen.

M Rizal Taufikurahman, Peneliti Center of Macroeconomic and Finance INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) memprediksi, resesi ekonomi global akan benar-benar terjadi pada 2023. Bahkan, dia meyakini resesi ekonomi global akan berimbas pada banyak negara, tak terkecuali negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

“Meski begitu, resesi ekonomi global tidak begitu berdampak signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, kata dia, Indonesia telah mendapatkan keuntungan dari berbagai penyebab resesi ekonomi global, seperti pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina hingga perang dagang antar negara raksasa, China dan Amerika,” kata Taufiqdalam sebuah diskusi bertema ‘Resiliensi Ekonomi Nasional di Tengah Ancaman Resesi Global’ yang digelar ipol.id di Hotel Tamarin, Jakarta Pusat, Rabu (25/01/2023)

Walau demikian, Taufiq meyakini Indonesia tahun ini meski secara global memang kondisi ekonominya gelap, kondisi Indonesia tidak akan gelap gulita, tetapi memang berat untuk menghadapi perekonomian sekarang.

Ekonom Ahli Grup Perumusan & Implementasi, Kebijakan Ekonomi Keuangan Daerah (KEKDA) BI Jakarta, Muhamad Shiroth mengungkapkan tiga cara yang dilakukan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas dan pemulihan ekonomi di Jakarta.

Menurutnya, cara ini dilakukan untuk merespon bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi baik secara internal, seperti tingkat inflasi kembali ke sasaran 3±1% serta defisit fiskal lebih rendah dari 3% PDB.

“Koordinasi dan sinergi bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan berbagai pemangku kepentingan dalam rangka pengendalian inflasi, mendorong pemulihan ekonomi, serta digitalisasi dan keuangan inklusif,” ujar Shiroth dalam diskusi yang sama.

Dalam mempercepat pemulihan ekonomi misalnya, Shiroth menyebutkan Pemprov DKI Jakarta terus mendorong peningkatan investasi melalui Jakarta Investment Forum dan promosi proyek-proyek potensial di luar negeri yang bekerja sama dengan kedutaan besar negara sahabat.

“Resiliensi ekonomi dan optimisme serta kewaspadaan tersebut perlu digaungkan agar masyarakat bisa lebih paham dan mampu mengambil langkah-langkah antisipasi,” ujar Direktur IPOL.ID M Solihin saat pembukaan seminar. Menurutnya, penting peran pers sebagai penguat amplifier kebijakan yang akan dikeluarkan baik oleh pemerintah, lembaga dan LSM agar perekonomian Indonesia bisa bertahan, pulih dan bahkan bangkit dari situasi yang serba belum pasti ini.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved