Trends

Tiga Sekawan Berkibar di Bisnis Pertanian

Tiga Sekawan Berkibar di Bisnis Pertanian

Banyak orang yang ingin sukses berbisnis sekaligus bisa mewujudkan idealismenya. Tiga sekawan pendiri PT Nudira Sumber Daya Indonesia tampaknya termasuk pelaku bisnis yang demikian.

Nursyamsu Mahyuddin, pendiri PT Nudira Sumber Daya Indonesia.
Nursyamsu Mahyuddin, pendiri PT Nudira Sumber Daya Indonesia.

Nursyamsu Mahyuddin, Rachmat S. Marpaung, dan Edi Sugiyanto ―tiga sekawan itu― memang telah lama ingin mengibarkan bisnis pertanian. Alasan mereka, banyak hal bisa dikontribusikan ke lingkungan sosial bila menekuni bidang pertanian yang menjadi mayoritas mata pencarian masyarakat di Indonesia. Alhasil, pada 2013 ketiganya mulai merintis bisnis pertanian.

Upaya mereka tak bertepuk sebelah tangan. Kini mereka sudah punya empat lini bisnis (perusahaan) yang berafiliasi ke Nudira. Yakni, bisnis pengembangan teknologi hidroponik dan greenhouse. Kedua, manufaktur arang briket untuk tujuan ekspor ke Timur Tengah dan Eropa, dengan pabrik di Sukabumi. Ketiga, bisnis trading ekspor. Keempat, pengembangan SDM (Nudira Learning Center), khusus untuk anak-anak muda milenial dan generasi Z yang ingin masuk ke dunia bisnis.

Tiga pendiri Nudira ini datang dari latarbelakang yang berbeda. Nursyamsu adalah lulusan Institut Pertanian Bogor yang sejak awal berkiprah di dunia pertanian. Rachmat berlatar belakang profesional, lama bekerja di perusahaan multinasional, dan punya wawasan bisnis internasional yang baik. Adapun Edi dari dulu bergelut di dunia hidroponik.

“Di Indonesia, Pak Edi ini paling lama berkecimpung di dunia hidroponik. Beliau kelasnya sudah ahli hidroponik internasional. Beliau telah membangun greenhouse hidroponik di beberapa negara Timur Tengah,” kata Nursyamsu.

Awalnya, mereka bertiga berbisnis karena sering bertemu, berinteraksi, dan berdiskusi. Maklum, mereka sama-sama tinggal di Bogor.

Dalam menggeluti pertanian, Nudira fokus pada produk-produk yang memiliki pasar spesifik dan punya keunggulan. Contohnya, produk cabai unggul untuk pasar ekspor.

“Kami punya teknologi yang bisa menghasilkan cabai di luar musim atau berproduksi sepanjang tahun, dan bisa terhindar dari hama penyakit. Kapasitas yang kami miliki mencapai 3,2 ton per tahun atau populasi 1.000 tanaman,” ungkap Nursyamsu.

Pihaknya juga menanam tomat ceri untuk kebutuhan pasar hotel-restoran-kafe (horeka) dan pesawat. Tiap bulan bisa menghasilkan 4-5 ton tomat ceri (populasi 9.000 tanaman). Kini mereka tengah mengembangkan stroberi bibit unggul. Untuk itu, mereka pun berpartner dengan perusahaan Jepang dan Australia sehingga nanti bisa diekspor.

Penjualan produk-produk Nudira kebanyakan ke pasar modern, supermarket, dan horeka. Namun, setelah pandemi, juga diperluas dengan menggandeng para reseller.

“Saat ini sudah ada lebih dari 100 reseller, online maupun offline. Untuk tomat ceri ini pemasarannya Jabodetabek dan Bali, menggunakan brand Nudira. Sebagian ada juga yang mengunakan brand pembeli. Kami juga sudah ekspor ke Timur Tengah dan negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Australia,” Nursyamsu, yang menjabat sebagai Presiden Direktur PT Nudira Sumber Daya Indonesia, menjelaskan.

Salah satu prestasi Nudira yaitu sukses tembus ekspor ke Jepang, yang menerapkan persyaratan ketat terkait tingkat kandungan pestisida, 0,01 ppm. “Kalau sudah tembus Jepang, otomatis negara lain lebih mudah. Jepang itu syaratnya yang paling sulit. Lebih sulit dibandingkan Amerika dan Eropa,” katanya. Ia akui, permintaan produk hidroponik sangat besar, tapi justru kapasitas produksi dari pihaknya yang kurang.

Misalnya, untuk cabai, ada permintaan sebulan dua kontainer, sedangkan kapasitas Nudira hanya dua kontainer setahun. Tak mengherankan, untuk satu pembeli saja pihaknya kini harus melipatgandakan lahannya 12 kali lipat dari yang sekarang 1 hektare. Lalu, untuk tomat ceri, sedang melipatkan 10 kali lipat dari yang sekarang 3.000 m2 untuk satu pembeli saja.

Nudira mengelola greenhouse miliknya yang ada di Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Pangalengan. Khusus greenhouse di Pengalengan sekarang sudah dibuka untuk kunjungan agrowisata bagi keluarga.

Yang jelas, untuk mengelola greenhouse, Nudira menerapkan teknologi hidroponik tercanggih di Indonesia yang sudah dikombinasikan dengan teknologi 4.0. “Teknologi ini memungkinkan kami melakukan penanaman sepanjang tahun tanpa bergantung pada musim, jarak tanam pun dapat dibuat lebih padat. Selain itu, usia panen tanaman dapat dibuat berproduksi lebih lama,” papar Nusyamsu. Dengan teknologi itu, tambahnya, produktivitas pun meningkat 7-10 kali lipat dibandingkan dengan lahan konvensional di lahan terbuka.

Didukung 82 karyawan, Nudira kini juga aktif membantu pengembangan 10 greenhouse milik pihak lain. (*)

Sudarmadi & Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved