Trends

Tips Mulai Beradaptasi dengan Era New Normal

Ketika pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, Indonesia juga termasuk dalam salah satu negara yang mengalami hal yang sama. Dengan status penderita Covid-19 yang jumlahnya mencapai belasan ribu, mau tidak mau ada konsekuensi yang harus ditanggung, yakni mengikuti protokol Covid-19. Salah satunya, dengan tetap berada di rumah, untuk menghindari terjadinya kontak fisik, guna meminimalisir semakin banyak jatuhnya korban virus corona.

Untuk itu Nitiya Indriyana, fasilitator XL Future Leaders, PT XL Axiata Tbk. berinisiasi menggalang acara ngobrol santai dalam kemasan #5UntukIndonesiaBisa – Bincang Santai Bersama – Untuk Indonesia.Selama beberapa pekan ke depan dimulai sejak Senin, 18 Mei 2020 setiap pukul 15.00 WIB, Nitiya melalui IG Live-nya memandu sejumlah pembicara yang merupakan para praktisi di berbagai bidang.

“Dimulai dari Senin, 18 Mei 2020, penulis buku Public Relations Tales sekaligus juga Presiden Direktur Prominent PR, Ika Sastrosoebroto berbincang santai mengenai dunia public relations (PR) di Indonesia, dan apa saja yang dapat dilakukan para konsultan dan praktisi PR selama stay at home, bekerja dan belajar dari rumah (work and learn from home), serta melakukan berbagai aktivitas lainnya dari rumah,” papar Nitiya.

Pada hari selanjutnya bincang-bincang yang berlangsung sekitar 30-45 menit ini, akan diisi oleh Tantowi Yahya, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa, dan Kerajaan Tonga.

Secara regular di jam yang sama di hari berikutnya tampil Yuliandre Darwis Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat periode 2016 – 2019 dan Komisioner KPI Pusat periode 2019 – 2022.

Setelah itu akan hadir pula pembicara Vera Makki selaku Communications & Social Impact Advisor, Founder Taman Baca Anak Lebah, VMCS Advisory Indonesia dan President, Int’l Association of Business Communicators – Indonesia Chapter. Pekan ini obrolan ditutup oleh Ridho Nugroho M. sebagai Head of Fashion Beauty Kompas Gramedia.Dalam obrolan sore itu, Ika Sastrosoebroto yang sudah lebih dari 25 tahun berkecimpung di dunia PR, mengemukakan, selama masa berlakunya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) “praktis tidak ada yang berubah” karena dia sebelumnya cukup lama bekerja dari rumah, kafe bahkan di remote area. Hanya suasana bersosialisasi dengan banyak pihak harus diganti dengan fasilitas digital meeting.

Tapi tidak dimungkiri dalam tiga bulan setelah pandemi Covid-19, banyak klien baru yang harus ditunda pelaksanaan kerjanya sehingga banyak waktu berlebih. Untuk tetap produktif, maka memberi pelatihan yang menjadi pilihan di mana hasilnya bisa mempersiapkan hal-hal strategis untuk klien. Sesuatu yang sulit terjadi di saat sebelum pandemi ini karena padatnya kerja untuk melayani klien.

“Hal lain untuk menyikapi pandemi ini, kita tinggal meredefinisikan apa tujuan dan komitmennya. Kita bersama-sama harus learn, unlearn and relearn. Karena dengan demikian akan bisa terlihat kondisi yang terjadi di hadapan kita. Berbaik sangka terhadap segala sesuatu sehingga kita dapat melihatnya sebagai peluang dan kita bisa memenangkannya. Dengan berbaik sangka, maka akan dapat mereduksi segala hal yang negatif. Apalagi ketika bekerja dalam tim, maka yang diperlukan untuk saat ini adalah langkah saling menguatkan, terutama saat menetapkan tujuan yang sama untuk dicapai,” jelasnya.

Bagi Ika, komunikasi bukan masalah bicara, tapi bagaimana cermat dan presisi dalam mendengar. Istilah “Garbage in-Garbage Out”, tidak ada pernyataan yang dikeluarkan kalau tidak ada data yang dimasukan menjadi unsur penting.

Saat mahasiswa bertanya tentang bagaimana karier mereka ke depan, maka Ika pun menyatakan bahwa dimulailah mengkaji apakah saat ini sudah memilih berada di ekosistem yang dapat membangun karier mereka ke depan.

Ya, saat ini kita sudah berada pada era di mana perlu melakukan kolaborasi dengan semua pihak. Itu sebabnya sebagai bagian dari mengembangkan antara kemampuan, bakat (talenta), dan keahlian akademis, seseorang justru akan mampu tampil sebagai pribadi yang unik, masing-masing fokus pada tujuan yang ingin dicapai dan perlu optimalisasi peran yang sedang dijalankan.

Seperti saat kuliah yang optimal berperan sebagai mahasiswa, saat bekerja sebagai manager di suatu perusahaan juga optimal di bidangnya sehingga disadari jika masing-masing optimal di bidangnya maka akan menjadi keberhasilan dalam kolaborasi, bukan hanya bisnis semata tapi kehidupan global secara umum. Kembali lagi, komunikasi menjadi unsur penting sebagai katalisator keberhasilan berbagai bidang kerja dan kehidupan. Kita selama ini lebih sering mempersiapkan kemenangan dari apapun yang kita kerjakan, padahal “kesiapan mental kalah”, juga merupakan hal penting agar kita bisa bangkit dan bangkit lagi dalam berbagai situasi.

“Salah satunya adalah dengan beradaptasi mengelola kehadiran kita melalui digital leadership sebagai pemimpin perusahaan, melakukan segala sesuatunya secara digital technology, sambil berinvestasi pada digital assets secara produktif, yang akan menjadi jejak kita dalam beberapa tahun ke depan,” ungkap dia.

Terakhir, Nitiya menegaskan, para pemirsa yang secara otomatis mengikuti acara ini juga berarti langsung berpartisipasi dalam acara donasi bagi Dompet Dhuafa, untuk selalu belajar dan mengeksplorasi hal-hal baru yang terjadi di dunia ini, yang dulu masih dirasa aneh (terasa asing) bagi kita.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved