Strategy Trends zkumparan

Transformasi Sarinah Menuju Konsep Community Mall

Erick Thohir, Menteri BUMN RI dan Fetty Kwartati, Direktur Utama PT Sarinah (Foto: Anastasia AS/SWA)

Wacana revitalisasi dan renovasi pusat perbelanjaan Sarinah telah digaungkan pemerintah sejak akhir 2019 lalu. Langkah ini merupakan salah satu cara agar kawasan tersebut tetap relevan dengan pola konsumsi dan gaya hidup generasi masa kini.

“Transformasi Sarinah secara end to end diharapkan dapat menjadi tolak ukur kebangkitan lokalitas produk UMKM dan brand lokal Indonesia,” kata Fetty Kwartati, Direktur Utama PT Sarinah pada acara Pencanangan Perdana Transformasi dan HUT Sarinah ke-58 (18/8/2020).

Fetty mengatakan penting untuk membawa Sarinah ke pasar anak muda, mengingat brand tersebut sangat kaya akan sejarah dan telah melegenda. Dia juga menyebut, penting untuk menjadikan Sarinah sebagai lokomotif untuk menarik gerbong UMKM serta brand lokal ke pasar nasional maupun internasional. Karena, selama ini brand lokal telah melakukan ekspansi secara mandiri. Oleh karena itu, dia menganggap keberadaan Sarinah akan dapat menciptakan jalur distribusi baru bagi produk lokal, sekaligus menciptakan daya tawar tersendiri.

Ada 5 tahapan transformasi yang akan dilakukan perusahaan plat merah tersebut. Pertama, melakukan transformasi dari sisi konsep bisnis. 4 area yang akan menjadi core bisnis Sarinah ke depan meliputi ritel, trading, digital, dan properti.

Selama ini, Sarinah dikenal sebagai toserba atau departement store. Konsep tersebut akan dirubah menjadi speciality store. Hal ini dilakukan agar tetap relevan dengan konsumen dan pola belanja modern. “Speciality store akan banyak memuat produk fashion, shoes, craft, health and beauty, aksesoris, dan tas,” kata Fetty menambahkan. Selain menonjolkan konsep speciality store, perusahaan juga akan mendorong sektor food and beverage.

Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia memiliki budaya kuliner yang beragam dan kaya, sehingga sangat relevan apabila dikembangkan di kawasan ini. Nantinya, perusahaan akan membuka sarinah coffee, sarinah food court, dan culinary culture center. Sementara, untuk menarik wisatawan asing dan penggemar barang-barang impor, Sarinah akan menyediakan kawasan untuk mengundang pemain internasional.

Kawasan trading house juga akan dibuka di pusat perbelanjaan ini. Kawasan tersebut akan menjadi showcase produk lokal, sekaligus meeting hub bagi para mitra internasional dan UMKM. “Kami berharap Sarinah bisa menjadi agregator dan memiliki big data produk UMKM dan memasarkannya secara digital,” kata Fetty.

Cultural zone dan co-working space akan menjadi konsep baru yang akan dibangun oleh perusahaan BUMN ini. Kawasan Cultural zone akan menjadi tempat edukasi budaya, serta experince bagi para pengunjung. Sementara itu, co-working space disediakan untuk mewadahi gaya hidup kaum urban yang saat ini lebih memilih bekerja secara mobile.

Bisnis properti rupanya akan tetap menjadi bagian utama dari bisnis Sarinah. Fetty mengatakan kedepan pihaknya bisa menjadi operator untuk ritel dan management building di kawasan miliknya.

Kedua, transofrmasi dalam strategi branding dan komunikasi. Sarinah dibangun sejak tahun 1966 oleh presiden Soekarno dan merupakan pusat perbelanjaan pertama di Indonesia. Tutur cerita ini dapat menjadi pijakan bagi perusahaan untuk memadupadankannya dengan konsep kekinian, sehingga dapat menjadi daya tarik kaum muda urban. “Nilai sejarah, heritage, dan potensi komersial akan menjadi kekahasan Sarinah. Sehingga diharapkan dapat menjadi ikon destinasi dan game changer bagi semangat lokalitas,” ujarnya.

Ketiga, transformasi di sektor produk dan tenant. Perusahaan akan bekerjasama dengan pihak swasta dan kementrian untuk mendorong UMKM naik kelas dan melakukan ekspor ke luar negeri.

Keempat, transformasi dari sisi business digital. Ke depan, perusahaan akan menggandeng market place dan menjadi trade partner service. Selain itu, perusahaan juga akan menjadi agregator bagi produk UMKM dan brand lokal. Transformasi digital pun akan mengubah cara pembayaran dari cara konvensioal menjadi digital payment. Kelima, transformasi human capital. “Konsep yang diangkat adalah community mall. Sehingga, kita tidak head to head dengan mall lain. Kita akan mengandalkan komunitas untuk menjadi daya tarik,” kata Fetty menambahkan.

Masih dalam acara yang sama, Erick Thohir, Menteri BUMN mengatakan bahwa kementriannya memiliki 12 kluster. Dimana salah satunya adalah kluster pariwisata pendukung yang diisi oleh 8 BUMN. Kluster ini dibentuk untuk menjadi kekuatan supply chain bagi proyek strategis pariwisata pemerintah, salah satunya adalah proyek revitalisasi dan transformasi Sarinah. “Gabungan 8 BUMN ini akan menjadi kekuatan, namun tanpa memusuhi atau merusak ekosistem kerjasama dengan swasta, BUMN, BUMDES, UMKM,” kata Erick menegaskan. Langkah kolaboratif ini diharapkan dapat menjadi kunci kekompakan sekaligus kekuatan bagi BUMN.

Proyek revitalisasi dan transformasi Sarinah akan memakan dana sebesar Rp700 miliar, dimana Rp200 miliar berasal dari kebutuhan capex, sedangkan sisanya berasal dari kerjasama BUMN dan cash flow internal. Proyek ini ditargetkan akan selesai pada tanggal 17 Agustus 2021 mendatang.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved