Trends

UKM Indonesia Hendak Rambah Dunia, Pakar Ajak Berfokus pada Pasar Domestik

UKM Indonesia Hendak Rambah Dunia, Pakar Ajak Berfokus pada Pasar Domestik

Produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia dilaporkan berkembang dalam masa pandemi, bahkan merambah dunia. Namun pegiat bisnis menyatakan perkembangan itu belum signifikan karena belum bernilai ekspor.

Produk UMKM yang dijual di pusat perbelanjaan modern di Surabaya (Foto: VOA/ Petrus Riski)
Produk UMKM yang dijual di pusat perbelanjaan modern di Surabaya (Foto: VOA/ Petrus Riski)

Pengusaha kecil dan menengah Indonesia bersemangat untuk mengembangkan bisnis. Mereka memoles kemasan dan terus meningkatkan mutu supaya bisa merambah pasar global.

Dr. Condro Wibowo giat memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dari pengalaman, dosen Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman ini tahu bahwa banyak UKM yang antusias meningkatkan bisnis, tetapi…

“Ada golongan UMKM yang belum siap lari ke sana (go global). Nah, kita ajari dulu bagaimana produksi yang sesuai dengan kaidah cara pengolahan pangan olahan yang baik. Kalau sudah baik, nanti kita ajari bagaimana tentang packaging,” katanya.

Dr. Condro Wibowo, dosen Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman yang aktif mendampingi UMKM Pangan. (Foto: Dok Pribadi)
Dr. Condro Wibowo, dosen Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman yang aktif mendampingi UMKM Pangan. (Foto: Dok Pribadi)

Ketua Dewan Indonesia untuk Usaha Kecil (Indonesian Council for Small Business) Dr. Hermawan Kartajaya mengingatkan agar UKM memperkuat pijakan sebelum melangkah ke luar Indonesia.

Pendiri dan ketua MarkPlus, Inc yang tahun depan menjabat Ketua International Council on Small Business (ICSB), ini mengatakan: “UKM Indonesia itu mesti disiapkan dua hal. Punya enterpreneurship yang sesungguhnya. Enterpreneurship itu ada tiga yaitu bisa lihat kesempatan, bukan ancaman; bisa kerjasama sama orang, bukan dikerjai sendiri; dan ketiga, berani risk taking. Dan kedua, marketing.”

Founder dan Chairman MarkPlus Tourism Hermawan Kartajaya. (Foto: Hermawan)
Founder dan Chairman MarkPlus Tourism Hermawan Kartajaya. (Foto: Hermawan)

Sebagai pakar branding dan marketing, Hermawan memaparkan, marketing itu intinya PDB: positioning, differentiation, branding. UKM Indonesia, menurut Hermawan, harus mempunyai tiga sifat entrepreneur dan tiga hal marketing: “memposisikan produk, mendiferensiasikan produk (agar) jangan sama, kalau sama mesti lebih murah, karena kalau ndak (akan) setengah mati di e-commerce, dan brand-nya mesti bagus.”

Condro menyarankan pemerintah agar memetakan UKM supaya ketahuan mana kelompok yang sudah siap go global dan mana yang harus dibantu menjaga kualitas dan mutu produk. Ia yakin pemetaan akan secara tepat memilah kelompok yang lebih baik juara lokal dan mana yang bisa diarahkan berkompetisi global.

Ira Damayanti adalah ketua organisasi diaspora Indonesia untuk pengembangan dan pendampingan UKM-IKM (ID-SEED). Ia menekankan kurasi agar produk UKM siap ekspor.

“Kalau kapasitasnya belum besar, produknya masih belum bagus, ya mending perbaiki dulu deh produknya,” katanya.

Ira mengakui banyak produk UKM justru berkembang bahkan merambah dunia pada masa pandemi. Namun, menurut Ira, tidak signifikan.

UMKM Bordir di Jawa Timur sedang melayani pemesanan perlengkapan seragam sekolah (Foto: VOA/Petrus Riski)
UMKM Bordir di Jawa Timur sedang melayani pemesanan perlengkapan seragam sekolah (Foto: VOA/Petrus Riski)

“Jadi mengglobal itu dalam arti bukan volume yang besar. Saya bottom line, itu people-to-people. Kalau dikaitkan dengan nilai ekspornya ya memang masih belum karena masih banyak produk kangen-kangenan. Jadi bukan skala ekspor yang ada value ekspor yang besar,” kata Ira.

Salah satu UKM di luar jalur people to people dan terus mencoba mengglobal adalah Rumah Mocaf Indonesia. Pendiri dan direktur wirausaha sosial yang mengolah tepung singkong menjadi mocaf itu, Riza Azyumarrida Azra, antusias membuat produknya memenuhi standar ekspor dan sedikit demi sedikit merambah pasar dunia. Namun, ia justru mengincar pasar dalam negeri yang dinilainya jauh lebih besar.

Pendiri dan direktur wirausaha sosial yang mengolah tepung singkong menjadi mocaf, Riza Azyumarrida Azra (tengah). (Foto: Courtesy/Website Rumah Mocaf)
Pendiri dan direktur wirausaha sosial yang mengolah tepung singkong menjadi mocaf, Riza Azyumarrida Azra (tengah). (Foto: Courtesy/Website Rumah Mocaf)

“Teman-teman marketing berkesimpulan bahwa di saat pandemi, orang-orang Indonesia semakin aware dengan gaya hidup sehat,” kata Riza.

Satu hal yang membuat Riza prihatin, sampai saat ini Indonesia adalah pengimpor gandum atau tepung terigu terbesar dunia. Angka impor terus naik. Ia ingin mengubah situasi itu dengan menyediakan mocaf supaya petani singkong sejahtera, Indonesia tidak bergantung pada impor, dan masyarakat mendapat bahan pangan yang lebih murah dan lebih menyehatkan.

“Indonesia adalah negara penghasil singkong terbesar kedua sedunia. Tetapi ironisnya hampir sekitar 95 sampai 97 persen petani singkong di Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Padahal, singkong bisa diolah menjadi tepung mocaf, yang gluten free, yang jauh lebih sehat daripada tepung terigu. (Mocaf) memiliki karakteristik hampir sama dengan tepung terigu tetapi jauh lebih sehat,” katanya.

Wijayanto, atase perdagangan Kedubes Indonesia di Washington, dalam paparannya baru-baru ini mengenai peluang dan strategi memasuki pasar Amerika, menyampaikan bahwa persaingan harga yang ketat dan tuntutan kualitas yang tinggi merupakan tantangan utama bagi eksportir, terutama sektor UMKM, untuk memasuki pasar Amerika.

Namun secara umum, kata Wijayanto, UMKM Indonesia sangat berpeluang menembus pasar Amerika. Ia menunjuk produk makanan dan minuman maupun produk unik khas Indonesia seperti furnitur, kerajinan tangan, kopi, rempah, dan perhiasan. [ka/ab]

Sumber:VoAIndonesia.com


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved