Trends Economic Issues

Uni Eropa Khawatirkan Risiko Jangka Panjang Ekonomi ASEAN

EU-ASEAN Business Council (EU-ABC) baru-baru ini menerbitkan dua makalah yang mengimbau lanjutan perkembangan agenda perekonomian regional ASEAN dan menghubungkan antara daya tahan pemulihan pandemi dengan para Pemimpin serta Menteri Perdagangan dan Keuangan ASEAN, untuk secara spesifik mengakselerasi perkembangan ASEAN Economic Community (AEC).

EU-ABC, yang mewakili kepentingan komunitas bisnis Eropa di seluruh kawasan Asia Tenggara, mengutip keprihatinan akan minimnya perkembangan faktor-faktor utama integrasi ekonomi ASEAN di bawah naungan AEC, khususnya dalam agenda penghapusan hambatan non-tarif untuk perdagangan.

Dalam laporan tersebut, EU-ABC juga mencatat, sebelum COVID-19, telah terlihat penurunan investasi asing langsung (foreign direct investment) dan perdagangan di ASEAN. COVID-19 hanya memperburuk kondisi tersebut, sehingga terdapat kebutuhan mendesak untuk mempercepat integrasi ekonomi regional guna membantu pemulihan ekonomi dari pandemi. Sehubungan dengan itu, EU-ABC mengimbau tindakan yang lebih koheren, gesit dan transparan untuk membantu pemulihan ekonomi ASEAN dan meningkatkan daya tarik untuk investasi.

Donald Kanak, Chairman EU-ABC mengatakan, ASEAN memiliki peluang besar dalam beberapa tahun mendatang untuk menjadi peserta dan kontributor yang lebih signifikan bagi ekonomi global, jika kawasan tersebut dapat terus membangun kemajuan nyata dalam agenda integrasi ekonomi mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, ASEAN perlu mengatur ulang cara mereka menangani hambatan perdagangan non-tarif. Pengaturan ulang tersebut adalah kunci untuk memperlancar arus barang, meningkatkan daya saing ASEAN, dan menciptakan lingkungan investasi yang lebih baik.

Donald melanjutkan, langkah-langkah tersebut merupakan faktor kunci untuk memanfaatkan kekuatan gabungan dari kesepuluh ekonomi ASEAN – dengan kedinamisan dan skala pasar yang berpenduduk 650 juta jiwa – agar mereka dapat bersaing secara efektif dengan wilayah lainnya. Dengan bekerja sama secara lebih kohesif dan memenuhi janji-janji yang dibuat dalam cetak biru AEC, wilayah ASEAN akan pulih lebih cepat dari pandemi dan pemulihan tersebut akan dapat bertahan lama.

Chris Humphrey, Executive Director EU-ABC menambahkan, “Kami melihat tanda-tanda yang jelas bahwa bisnis mulai kehilangan kesabaran dengan proyek integrasi ekonomi ASEAN yang kemajuannya sangat lambat. Hambatan non-tarif dalam perdagangan tetap menjadi penghalang utama bagi pembangunan berkelanjutan di ASEAN, meskipun para pemimpin dan menteri ASEAN pernah menyatakan bahwa berbagai hambatan tersebut perlu dihapus. Pengendalian kuantitas dan harga secara khusus tetap berlaku, mengurangi persaingan dan inovasi di wilayah tersebut sehingga merugikan bisnis lokal dan populasi secara menyeluruh.”

Dalam laporan tersebut, EU-ABC menganggap bahwa hal-hal berikut menghambat kemajuan integrasi ekonomi: pertama, kurangnya komitmen atau ketidakmampuan untuk memenuhi janji-janji yang tercantum dalam cetak biru AEC tahun 2015 dan 2025. Kedua, target yang ditetapkan oleh ASEAN seringkali terlewat, khususnya komitmen untuk mengatasi permasalahan hambatan non-tarif untuk perdagangan yang terkekang oleh proses-proses dan alat-alat yang tidak efektif. Ketiga, perjanjian fasilitasi perdagangan yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ASEAN Trade in Goods Agreement, ATIGA), tetap harus dilaksanakan atau ditaati sepenuhnya. Keempat, wilayah tersebut terus menambahkan ide-ide dan program baru seperti dalam bidang transformasi digital, tetapi terus-menerus gagal mewujudkan ide-ide dan program yang sudah disepakati.

Konsekuensi dari kurangnya perkembangan ASEAN dalam bidang-bidang tersebut adalah sebagian besar perusahaan multinasional (serta UKM regional) melihat kesepuluh pasar ASEAN tersebut secara individual, sehingga mereka berfokus pada satu atau beberapa pasar yang paling penting atau menarik bagi mereka, dan tidak menangani wilayah tersebut secara menyeluruh sebagai satu kawasan utuh. Konsekuensi yang lebih signifikan adalah bahwa pemulihan berkelanjutan dari pandemi sangat bergantung pada perkembangan ASEAN dalam bidang-bidang tersebut.

“Pandemi ini menawarkan kepada ASEAN sebuah tantangan dan kesempatan untuk mengatur ulang pendekatan mereka terhadap integrasi ekonomi. Lebih banyak urgensi, komitmen, dan sumber daya sangat dibutuhkan guna membangun jadi cetak biru AEC dan mewujudkan potensi besar wilayah tersebut. Bisnis-bisnis perlu memainkan peran mereka dengan mengidentifikasi hambatan dan kemudian mengeksekusi dengan menyediakan lebih banyak pekerjaan, lebih banyak perdagangan, dan lebih banyak investasi setiap kali hambatan dihapus,” ujar Chris menutup penjelasannya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved