Management Trends zkumparan

Unikom Sasar Tren Pendidikan IT untuk Masa Depan

Pendiri & Rektor Universitas Komputer Indonesia (Unikom).

Berdirinya Universitas Komputer Indonesia (Unikom) berawal dari hobi Eddy Soeryanto Soegoto akan dunia mengajar. Pria lulusan Teknik Industri ITB ini telah memimpin Unikom sejak awal berdiri pada 8 Agustus 2000. Ia sempat mengajar secara privat untuk pelajaran matematika, fisika dan kimia kepada dua anak SMA dan semakin banyak di tahun berikutnya. Selain sebagai pendiri, kini dirinya sekaligus menjabat sebagai Rektor Universitas Komputer Indonesia (Unikom).

Animo yang besar menginisiatif Eddy untuk membuka bimbingan belajar sains untuk mempersiapkan masuk ke perguruan tinggi negeri. Pada tahun 1994, Eddy mendirikan lembaga kursus yang diberi nama Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Jerman (LPKIG). Tahun 1999, dirinya naik level dengan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IGI (STIE IGI) dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika IGI (STMIK IGI).

STIE IGI terdiri atas program studi Manajemen, Akuntansi, Keuangan & Perbankan, dan Manajemen Pemasaran. Sementara STIMIK IGI terdiri atas program studi Teknik Informatika, Manajemen Infomatika, Komputerisasi Akuntansi. Akhirnya STIMIK IGI dan STIE IGI digabungkan dan menjadi universitas yang bernama Universitas Komputer Indonesia (Unikom). Di awal berdirinya, Unikom membuka enam fakultas dengan 28 program studi.

Hobi yang menjadi modal utama Eddy mewujudkan perguruan tinggi ini. “Ketika hobi dijalankan dengan senang hati, maka orang tidak melihat untung atau rugi melainkan langsung akasinya. Dengan aksi dan tekad itulah Unikom dari yang tidak punya apa-apa bisa menjadi besar seperti sekarang,” ungkapnya bangga. Baginya, faktor entrepreneur yang dilandasi oleh hobi memang mendominasi dalam perkembangan Unikom yang ia rintis.

Menurut Eddy, nama Unikom memang menyasar tren IT yang di masa mendatang akan menjadi booming. Pada tahun 2000, belum banyak orang yang memprediksi bahwa ke depan kebutuhan IT adalah yang mendasar. “Kami juga membangun kekuatan internal yang menjadi daya saing, salah satunya dengan mengikuti perlombaan atau kompetisi robotika,” jelasnya.

Eddy mengenang ketika perlombaan robot tingkat nasional di TVRI. Dirinya menugaskan dosen dari elektro, informatika, untuk belajar di Politeknik ITB dan mengikuti perlombaan berikutnya. “Ketika pertama kali mengikuti perlombaan robot tingkat nasional kami langsung meraih peringkat pertama. Dari situ kami rutin mengikuti setiap kompetisi dan meraih juara pertama, hingga akhirnya pemerintah memutuskan untuk mengirim Unikom ke Amerika Serikat sampai juara dunia,” ceritanya. Unikom mulai rutin mengikuti perlombaan robotika sejak 2006 dan konsisten menjuarainya.

Salah satu cara memperkenalkan institusi Unikom adalah dengan mengikuti kompetisi tersebut. Unikom membangun kompetisi awalnya di bidang robotika, namun kami juga memperkuat di bidang ICT. “Kami juga juara nasional 7 tahun berturut-turut Indonesia ICT Award. 6 tahun berturut-turut juara nasional Indonesia Smart Campus. Selain itu kami juga juara umum di bidang roket selama 9 tahun berturut-turut yang diselenggarakan Dikti dan Lapan. Tahun 2017 kami juara nasional animasi,” urainya. Proses kompetisi diharapkan menjadi darah daging Unikom.

Dalam mengeksekusi ide menjadi program unggulan, menurut Eddy kuncinya adalah harus action dan proaktif. Setiap bulan diadakan rapat pimpinan yang membahas program kerja yang harus dieksekusi oleh Dekan dan Kaprodi. Semua itu dikawal dan akan terus ia pantau. “Sebagai entrepreneur maka saya harus terlibat langsung di dalamnya, proses action oriented yang harus dilakukan. Kebijakan itu harus terus dikawal,” ungkap lulusan S3 Manajemen Bisnis Universitas Padjajaran.

Semua dosen diwajibkan membuat karya ilmiah di level internasional, di bidang eksakta pada International Conference on Innovative Technology, Engineering and Sciences (ICITES) dan non-eksakta pada International Conference on Business, Economics, Social Science & Humanities (BESSH). Melalui cara tersebut, maka dapat terukur dan ada tahapan yang harus dijalankan, sehingga dosen Unikom diharapkan bisa meningkatkan kemampuan lebih baik dalam menulis karya ilmiah sesuai standar Scopus.

Baginya, kiat sukses membesarkan Unikom adalah membangun sistem yang kuat di awal. Ia percaya jika sistemnya sudah bagus, maka apa yang ingin dieksekusi pasti akan dijalankan oleh struktur organisasi. Unikom juga mengedepankan kompentensi dan keunggulan di bidang ICT yang mencakup roket, animasi, robotika, dan artificial intelligence. “Kami berusaha kembangkan serta munculkan ke permukaan melalui kompetisi atau perlombaan sehingga dapat membangun awareness di masyarakat,” ceritanya.

Dosen dan mahasiswa Unikom dukung dengan berbagai fasilitas sarana dan prasarana hingga pendanaan dalam penelitian dan eksperimen. Apabila mendapatkan peringkat juara, akan mendapatkan beasiswa. Lebih lanjut, pihak Unikom akan memberikan hadiah yang setara dengan hadiah yang diberikan oleh penyelenggara perlombaan. Misal, mahasiswa mendapat hadiah Rp100 juta dari Microsoft, maka Unikom akan memberikan pula Rp100 juta dari kampus. “Tidak ada perguruan tinggi lain yang melakukan itu, bahkan malah justru hadiahnya dipotong untuk kampus,” bangganya.

Unikom ingin menjadi world class university serta leader di bidang ICT. Unikom selalu menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK. Agar dapat mengungguli perguruan tinggi negeri yang sudah berumur puluhan tahun adalah harus mampu beradaptasi dengan perkembangan IPTEK. Ini adalah sesuatu yang tidak terelakan oleh Unikom. Untuk itu, Unikom selalu mengikuti kebijakan terbaru dari Kemenristekdikti dengan tanggap. “Banyak perguruan tinggi lain tertinggal karena mereka tidak merespons kebijakan Kemenristekdikti dengan cepat. Rektor juga harus berpikir dengan entrepreneurial mindset, tanpa begitu akan ketinggalan,” jelasnya.

Perguruan tinggi luar negeri yang menjadi benchmark Unikom adalah Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) yang khusus program S2 dan S3. JAIST telah bekerja sama dengan satu PTN dan Unikom. Unikom tahun depan akan menjadi penyelenggara international conference yang akan diikuti perguruan tinggi ternama di Asia melalui JAIST. Sementara benchmark di dalam negeri referensinya adalah ITB, UI dan UGM yang merupakan senior-senior.

Unikom juga dipercaya menjadi perguruan tinggi pembina untuk 50 perguruan tinggi yang ditunjuk oleh Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) IV wilayah Jawa Barat. Selain itu juga ada program dual degree atau (double degree) antara Unikom dengan kampus di beberapa negara baik dari Jepang, Korea Selatan, China, Thailand, Singapura, Malaysia dan Australia. Di bidang robotika, Unikom dipercaya mengerjakan proyek otomatisasi Sosro. Untuk mahasiswa Unikom juga dlibatkan dengan proyek industri seperti dengan perusahaan Korea Selatan untuk magang. Unikom juga menjadi salah satu perguruan tinggi yang banyak lulusannya dikirim ke Korea seperti Samsung.

Reportase: Jeihan Kahfi Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved