Trends Economic Issues

UOB Indonesia: Transisi ke Ekonomi Hijau Kunci Pertumbuhan Jangka Panjang

UOB Indonesia: Transisi ke Ekonomi Hijau Kunci Pertumbuhan Jangka Panjang

UOB Indonesia berpandangan bahwa proses integrasi pertumbuhan hijau ke dalam strategi pembangunan nasional akan menjadi kunci dari pertumbuhan berkelanjutan jangka panjang Indonesia. Transisi ke ekonomi hijau ini akan membantu meningkatkan belanja konsumen dan mendukung strategi hilirisasi industri nasional.

Prediksi UOB terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini diungkapkan dalam seminar tahunan UOB Indonesia Economic Outlook yang bertema ‘Emerging Stronger in Unity and Sustainable‘ di Jakarta, Kamis (29/9/2022).

Enrico Tanuwidjaja, UOB Economist mengatakan, perubahan iklim menjadi masalah paling mendesak yang tengah dihadapi dunia termasuk Indonesia. Pada saat yang bersamaan, tantangan terkait permintaan energi, kelangkaan pangan, serta masalah kesehatan global juga tengah berlangsung. Data Asia Development Bank menunjukkan bahwa permintaan energi di Asia akan melonjak dua kali lipat pada tahun 2030.

Adapun saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) yang meliputi 67% dari bauran pembangkit energi nasional. Tetapi, lanjutnya, tren tersebut kemungkinan akan melambat karena pemerintah Indonesia secara resmi telah melarang pengembangan PLTU baru dan memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan.

Ia melanjutkan, penyediaan energi hijau berperan sangat penting karena memiliki korelasi yang sangat positif dengan pertumbuhan. Kebijakan tersebut juga akan mengukuhkan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi sebesar 29% pada tahun 2030 dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.

“Negara-negara maju dan berkembang juga terus bekerja sama dalam mengadopsi kebijakan rendah karbon dan ketahanan iklim. Indonesia harus terus mendukung keberlanjutan dan juga mengelola belanja dan investasinya untuk memastikan pemulihan yang tangguh,” ujarnya.

Adapun UOB Indonesia memperkirakan bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh menjadi 4,8% pada tahun ini dan 5% pada 2023 di tengah ketidakpastian ekonomi global yang tengah berlangsung.

Hendra Gunawan, Presiden Direktur UOB Indonesia mengutarakan, Indonesia telah memperlihatkan kemajuan yang stabil menuju pemulihan ekonomi yang lebih tangguh setelah PDB berkontraksi sebesar 2% selama pandemi tahun 2020.

“Di tengah berbagai tantangan serta ketidakpastian global, kami mengapresiasi kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam menavigasi pemulihan ekonomi pasca pandemi. Perekonomian Indonesia terbukti resilien melalui sinergi kebijakan makro ekonomi pemerintah yang telah membawa negara pulih dengan cepat dan berkelanjutan,” ujarnya.

Namun seiring itu, Indonesia juga tengah menghadapi risiko-risiko seperti lesunya pertumbuhan global, volatilitas keuangan global, pengetatan kebijakan makroekonomi, serta memanasnya ketegangan geopolitik. Dalam hal ini, UOB Indonesia memprediksi bahwa perekonomian Indonesia akan tetap tangguh pada tahun 2023 yang didukung konsumsi domestik yang kuat dan kenaikan ekspor komoditas.

Oleh karena itu, pihaknya berpendapat bahwa ekonomi Indonesia sangat prudent, tetapi perlu berhati-hati. “Dampak inflasi biasanya lebih terasa ke kaum menenganh bawah, makanya pemerintah memang harus mengambil tanggungjawab pada kelas ini. Buffer yang harus diberikan,” tuturnya.

Sementara itu pada sisi trading, dia menambahkan, batubara tetap akan menjadi penopang karena harganya masih akan terus tinggi.

Editorn: Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved