Trends Economic Issues zkumparan

Upaya BPDPKS Dukung Pemerintah Tingkatkan Produktivitas Sawit

Minyak sawit adalah produk yang banyak dikonsumsi di dunia. Indonesia merupakan negara eksportir terbesar minyak sawit dunia. Pada 2018 ekspor minyak sawit Indonesia mencapai Rp 265 triliun. Dalam upaya terus mendorong peningkatan ekspor ini, peran Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sangat penting.

BPDPKS yang didirikan pada 2015 tugasnya adalah mengembangkan dan meneliti perkembangan kelapa sawit Indonesia, peremajaan kelapa sawit serta mendukung program biodiesel. Menurut Dono Boestami, Dirut BPDPKS keberhasilan dukungan pendanaan yang dilakukan lembaga ini, tidaklah, tertumpu seluruhnya pada BPDPKS, tetapi juga tergantung pada kualitas program yang ditujukan oleh kementerian.

“BPDPKS merupakan badan layanan umum di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, visinya menjadi badan pengelola dana yang terpercaya dalam pengembangan sawit berkelanjutan sebagai komuditas strategis nasional untuk kesejahteraan rakyat Indonesia,” paparnya di Four Points Hotel (19/12/2019).

Misi BPDPKS adalah menjalankan kebijakan Pemerintah dalam program pengembangan sawit berkelanutan melalui penghimpunan, pengembangan, dan penyaluran dana sawit yang terpadu dan tepat guna, secara profesional, dan akuntabel untuk kepentingan: pengembangan SDM, penelitian dan pengembangan, promosi, peremajaan, sarana dan prasarana, pemenuhan kebutuhan pangan, hilirisasi industri perkebunan kelapa sawit, dan penyediaan serta pemanfaatan bahan bakar nabati.

Sejak dbentuk hingga saat ini, BPDPKS telah berhasil melakukan dukungan dana pada berbagai program pemerintah, antara lain untuk penyaluran dana dukungan program biodiesel. Penyaluran dukungan dana bodiesel ini selain dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak solar dan minyak mentah, juga merupakan instrumen kebijakan pemerintah untuk menciptakan stabilitas harga Tandan Buah Segar (TBS) dalam negeri.

Dengan kemampuan untuk menyerap kelebihan CPO di pasar domestik, program biodiesel telah mendorong keseimbangan pasar menuju tingkat harga yang lebih baik dibandingkan periode sebelum BPDPKS didirikan Sejak 2015, diungkap Dono, sampai saat ini, program biodiesel telah mempertahankan tingkat harga CPO rata-rata di atas US$ 50/ton.

Dono melanjutkan, BPDPKS secara aktif dalam mendukung pendanaan guna mempersiapkan program B30 di awal 2020 antara lain melalui dukungan dana untuk keperluan uji coba dan bahan bakar biodiesel termasuk sosialisasi program ini ke masyarakat. Program yang juga tak kalah penting dijalankan BPDPKS, dalam mempertahankan komoditas utama di Indonesia adalah program peremajaan sawit rakyat untuk meningkatkan produktivitas kebun swadaya dan memenuhi permintaan minyak nabati dunia yang diproyeksikan akan terus meningkat.

“Pada program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) peran BPDPKS turut memberikan dukungan dengan menyalurkan bantuan dana sebanyak Rp 25 juta per hektar per petani. Hngga bulan November 2019 dana PSR telah tersalur sebesar Rp 2,4 triliun, dengan luasan lahan sebesar 98.869 Ha dan melibatkan 43.881 pekebun yang tersebar di 21 propinsi dan 106 kabupaten di Indonesia,” jelasnya.

Pencapaian ini terus meningkat drastis pada tahun 2019, dengan peningkatan penyaluran dana sebesar 622% dibanding 2018. “Kalau ada yang bilang, tidak tercapai, ini orang banyak tidak paham misi yang diemban BPDPKS, kami yang mendanai. Pemilik programnya adalah Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, programnya seperti apa, kami mendukung, bagaimana Dirjen Perkebunan bagaimana menyalurkan sesuai yang diamanahkan, akuntabel dan tepat sasaran serta profesional,” paparnya.

Peningkatan yang dicapai tersebut disebabkan oleh adanya penyempurnaan pada proses bisnis dukungan dana peremajaan antara lain penyederhanaan proses yang semula terdiri dari 14 eprsyaratan disimplifikasi menjadi menjadi 8 persyaratan saja. Selain itu untuk memberikan akses lebih luas kepada para petani yang membutuhkan dana peremajaan, sejak pertengahan tahun 2019, telah diluncurkan program Aplikasi Peremajaan Sawit Rakyat online (PSR online).

Dono menelaskan, BPDPKS dalam mendukung kemajuan industri sawit nasional juga mendukung dalam penelitian dan, pada 2019 telah tersalurkan dana Rp 98,4 miliar, angka ini melonjak dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 48,9 miliar. Untuk pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) di sektor sawit, dilakukan pengembangan dengan memberikan pelatihan, maupun penyediaan bea siswa bagi putra putri petani sawit. Tahun ini, dikatakan Dono, sudah sekitar Rp 30,8 miliar yang tersalurkan untuk pengembangan SDM ini, tahun 2018 hanya sekitar Rp 16,2 miliar yang terealisasi.

Sementara iitu untuk penyaluran dana promosi hingga November 2019, BPDPKS telah menggunakan dana sebesar Rp 37,7 miliar yang digunakan antara lain untuk mendukung pemerintah RI untuk menghadapi diskriminasi Eropa terhadap sawit dan produk turunannya. Angka tersebut naik dibanding 2018 yang realisasinya mencapai Rp 30,3 miliar.

Tentang ke depan, upaya stabilitas harga melalui program biodiesel yang mulai Januari 2020 akan ditingkatkan semula campuran 20% bidiesel pada tiap liter bahan bakar solar (B20) menjadi B30. Selain itu, tambah Dono, BPDPKS juga menyediakan dukungan dana bagi pengembangan industri bahan bakar berbasis sawit. Dengan program ini, diharapkan akan mampu menghasilkan minyak mentah dari sumber daya nabati yang berasal dari dalam negeri dan mengurangi ketergantungan akan impor minyak mentah dari luar negeri.

Program peremajaan akan diarahkan untuk meremajakan pohon sawit untuk 500 ribu hektar selama 3 tahun ke depan. Untuk ini tengah dipersiapkan perbaikan pada prosedur dan atat kerja program peremajaan termasuk alternatif untuk menggunakan pihak surveyor untuk melakukan verifikasi petani dan lahan yang didanai BPDPKS. “Kami lakukan juga konsolidasi data lahan dan produksi sawit, pendataan petani sawit rakyat, perbaikan tata kelola pasokan dari petani ke pabrik kelapa sawit dan perbaikan infrastruktur logistik serta penyediaan akses yang lebih laus kepada petani swadaya atas informasi yang penting untuk meningkatkan daya tawar petani swadaya dalam penjualan TBS dan hasil sawit lainnya,” paparnya.

Dalam bidang penelitian dan pengembangan, BPDPKS mendorong riset yang tepat guna dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat khususnya petani sawit. Selain itu riset-riset tersebut akan diarahkan untuk mempercepat proses hilirisasi produk sawit. “Riset ini diharapkan dapat mendorong petani sawit dan industri meningkatkan nilai jual TBS produksi sawit yang selama ini hanya bersumber dari hasil CPO menjadi produk-produk turunan lainnya yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Program ini juga memprioritaskan pengembangan pasar domestik untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasar global,” paparnya.

Dalam pengembangan SDM petani, terus dilanjutkan, untuk menciptakan petani dan pelaku industri yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan produktivitas industri sawit baik di sektor hulu maupun hilir. Sedangkan dalam hal promosi, BPDPKS berkomitmen untuk menyediakan dukungan dana, untuk memperluas pasar ekspor antara lain ke China, India dan Pakistan. Pada pasar domestik, BPDPKS akan mendukung upaya untuk mengenalkan penggunaan sawit pada bidang kesehatan.

“Dalam pengelolaan dana BPDPKS, saat ini masih sangat tradisional, tapi tahun 2020 kami akan mengembangkan ke pasar uang. Saya masuk di Februari 2017, sejak awal berdiri sampai saat ini infrastrukturnya baru siap. Agak terlambat, tapi tidak apa, akan dimulai. Seperti namanya sebagai badan pengelolaan dana, kinerjanya mestinya bisa sustainable untuk mendukung program-program pemerintah terkait sawit,” paparnya. Ke depannya BPDPKS, bisa menjadi dana abadi untuk pengembangan sawit Indonesia.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved