Marketing Trends

Waroeng 27, Mainan Baru Adji Watono di Kudus

Waroeng 27, Mainan Baru Adji Watono di Kudus
waroeng27-adjiwatono

Meraih keberhasilan membangun bisnis di ibu kota, membuat Adji Watono, pemilik Dwi Sapta Advertising, tak membuatnya lupa pada tanah kelahirannya di Kudus, Jawa Tengah. Keberhasilannya di bisnis periklanan, ingin ditularkan kepada anak-anak muda di Kudus melalui tempat nongkrong yang, asyik tapi terangkau dengan mendirikan kafe di Kota Kretek itu. Menyadari daya beli di sana tidak setinggi di Jakarta, maka kafe yang didesain sendiri itu, harga menu-menunya pun tidak mahal, maka itu diberi nama Waroeng 27.

Waroeng 27 sebenarnya sudah dibuka untuk umum sejak 5 Maret 2016. Lokasinya di rumah keluarga, di Jalan Cempaka, belakang Pasar Kliwon Kudus. Di rumah inilah Adji lahir dan tumbuh hingga remaja. Atas seizin anggota keluarga lain, rumah kuno yang belakangan lebih sering kosong, kemudian diubah menjadi kafe. Meski dibangun di daerah, menurut Adji, Waroeng 27 tetap dibangun dengan standar internasional. “Inilah cara saya menginspirasi anak-anak muda Kudus, agar tidak takut mewujudkan impian mereka dan mencapai kesuksesan masing-masing,” jelasnya.

Adji pun tidak main-main di bisnis ini. Dengan modal Rp 1,5 miliar untuk merenovasi rumah—meski banyak bagian tetap dipertahankan—untuk membangun Waroeng 27 ini. Kafe berkapasitas 100 orang lebih ini, akan terus dikembangkan. “Saat awal, omsetnya hanya Rp 5 jutaam, lalu dua bulan lalu sudah Rp 7,5 juta per hari. Ramai terus, saya yakin ini bisa makin besar,” ungkapnya. Hanya saja, karena Adji terus mengembangkan interior maupun menu kafenya, menurutnya, hingga akhir tahun kafe ini belum menangguk untung. Tapi ia yakin tahun depan sudah untung.

Anak ketiga dari enam bersaudara ini, mengatakan, bisnis kafe itu kuncinya, harus punya konsep yang bagus. Di Waroeng 27, Adji memajang berbagai kegiatan Dwi Sapta Advertising, termasuk foto-fotonya bersama para bintang iklannya. Desain interior yang menarik dipadu dengan band lokal serta menu yang enak, tapi terjangkau menurut Adji itu yang membuat kafenya selalu ramai, bahkan hingga antri untuk masuk. Bagaimana tidak, harga tiap menu tidak lebih dari Rp 25 ribu. Adji harus mengukur daya beli masyarakat Kudus dalam menetapkan harga menu, maka itu ia menerapkan subsidi silang pada setiap menu di Waroeng 27.

“Saya kalau berbisnis selalu inginnya nomor satu, paling tidak nomor dua, begitu juga kafe ini. Saat ini Dwi Sapta adalah nomor satu untuk local IMC atau integrated marketing concept di Indonesia, kafe ini pun nomor satu di Kudus,” tegasnya. Ide membangun kafe di Kudus sebenarnya sudah ada sejak Oktober 2015. Lulusan univeristas di Jerman ini tidak punya keinginan membuka cabang Waroeng 27 ke Jakarta, karena menurutnya konsep seperti ini di Jakarta sudah banyak. “Kalau di Kudus, kan baru yang seperti ini,” imbuhnya.

Saat ini Waroeng 27 mempekerjakan 35 orang karyawan. Adji ingin menghadirkan kafe bagi semua kalangan di Waroeng 27, baik anak muda maupun keluarga dengan anak-anaknya. “Menu seperti Belgium waffle ice cream, itu anak-anak suka, yang pasangan muda sedang pacaran juga. Juga ada smoothies dan beragam snack internasional,” jelasnya. Penyuka kopi pun bisa menikmati kopi khas Waroeng 27. “Kami punya barista yang bisa menyuguhkan kopi enak khas Toraja, dengan harga murah tapi tidak mengorbankan rasa dan kualitas,” tuturnya.

Seperti halnya dalam membangun bisnis advertising, Adji juga memegang teguh prinsip good quality, good price, good service, dan good delivery di Waroeng 27. Dengan cara ini ia menginspirasi anak muda Kudus untuk berjuang mewujudkan impian, berbisnis dengan baik dan pantang menyerah.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved