Fox International Production (FIP) merupakan divisi bisnis 20th Century Fox yang khusus membuat film-film asing. Bekerja sama dengan pihak asing sering mereka lakukan. Sheila mengungkapkan bahwa mereka sangat memahami bahwa mitranya yang paling paham soal budaya dan kebiasaan lokal, terlebih Wiro Sableng memiliki unsur komedi. Walau demikian, Sheila membutuhkan masukan struktur dari pihak Fox, jangan sampai film dinikmati tidak enak. Fox memiliki pengalaman panjang di industri film.
Dengan bujet sekitar US$3 juta untuk biaya produksi Wiro Sableng yang diberikan, Fox sempat kaget dengan hasil produksi Lifelike Pictures (LP) yang dinilai memiliki kualitas sangat tinggi. “Bujet sebesar itu untuk mereka kecil, tapi untuk kami besar,” katanya. Diakui Sheila danaini juga didukung dari sponsor, namun ia tidak merinci siapa saja dan berapa masing-masing sponsor.
Ketertarikan Fox pada Wiro Sableng dikarenakan buku ini memiliki riwayat panjang yang dimulai pada 1967 hingga 1996, dengan total 185 buku. Ceruk pasar Wiro Sableng ada tiga, yaitu pembaca bukunya, penonton sinetronnya tahun 90-an, dan anak-anak sekarang yang suka akan super hero. “Saya sampaikan ini seperti film Star Wars, setelah diambil Disney, film tersebut booming pada film terakhir, orang tuanya menurunkan dan mengenalkan ke anak-anaknya, "katanya.
Sheila juga menyampaikan bahwa film ini sangat Indonesia sekali. Dari sisi martial art dipercayakan pada Ruhian sebagai silat koreografer. Sengaja tidak memilih wushu atau kung-fu karena akan tergilas habis di luar. Pencak Silat yang dikedepankan, ditambah dengan action comedy fantasy. Itu yang membuat Fox setuju dengan rencana jangka panjang yang Sheila presentasikan. Co-production dengan studio besar Amerika yang dilakukan Fox adalah pertama kalinya di Indonesia dan bersama LP. “Wiro Sableng kerja sama pertama film pertama Fox di Asia Tenggara,” imbuhnya.
Saat ini Wiro Sableng dalam proses post-production. Semua langkah marketing sudah dilakukan sejak produksi Agustus tahun lalu hingga nanti rilis film pada September 2018. Behind the scene film telah diluncurkan, bahkan LP telah melansir pre-teaser 30 detik film Wiro Sableng pada 28 Desember 2017. Targetnya film ini ini bisa ditonton sebanya 2,5-4 juta penonton.
“Saya juga didukung Caravan Studio yang dimiliki oleh Chris Lie, yang pernah meng-handle film G.I Joe, untuk gambar komik dan promotion material. Saya tertarik menggandeng dia karena visinya ingin membesarkan komik Indonesia,” ungkapnya.
Chris Lie membantu film ini bersama Adrianto Sinaga termasuk dalam pembuatan storyboard, desain film, dan desain merchandise film. Tahun ini LP akan fokus untuk film Wiro Sableng, tidak ada film besar lain karena saat ini seluruh tenaganya untuk film ini.
Tomas Jegeus, Presiden Fox International Production, tertarik pada produksi film ini karena visi LP. Tomas memandang kru dan kreativitas mereka sudah mencukupi, dengan kemampuan itu ia ingin membuat lebih baik lagi. “Saya kagum dengan visi, profesionalisme, dan kreativitas Lala (sapaan Sheila). Makin terkesan kala bertemu dengan kru, sutradara, dan pemain Wiro Sableng,” ungkap Tomas. Ia berharap ini akan menjadi kerja sama berkelanjutan, tidak hanya membuat sekuel film Wiro Sableng, juga mengangkat cerita lain tentang sejarah dan budaya Indonesia.
Reportase: Herning Banirestu
www.swa.co.id